Saat jam kelas pelatihan di siang hari, matahari bersinar sangat terik. Begitu bel berbunyi, para murid cabul langsung berbaris membentuk sebuah formasi matriks dan menunggu instruksi dari pelatih mereka - yang biasanya akan melambaikan sebuah bendera sambil berdiri di platform komando. Tetapi, tidak ada siapapun yang berdiri di sana hingga dua menit setelah bel berbunyi. Selama itu, semua murid yang cabul itu menahan napas mereka dengan gugup. Lalu - menggantikan pelatih yang biasa mereka lihat hari itu - muncullah pria bermata satu yang hebat itu di lapangan. Aura Qi-nya yang dingin seperti es membuat takut semua murid yang berdiri di bawah platform komando. Awalnya mereka tidak tahu apa yang akan terjadi, namun segera menyadarinya begitu melihat sebuah cambuk kulit berwarna hitam di tangannya - yang membuat mereka semua mulai gemetar ketakutan.