Ruang ganti tetap hening, dan Twain berdiri diantara sekelompok pemain. Dia memandang mereka satu per satu. Semua orang balas memandangnya tanpa kata-kata. Dia adalah tulang punggung dari tim ini.
"Apa kalian benar-benar tidak ingin kalah?" tanya Twain, tapi dia tidak berharap mereka menjawabnya. Dia mengangkat tangannya di depan dada dan menundukkan kepalanya untuk mengisyaratkan agar semua orang tidak bicara dulu.
"Baiklah, kalau begitu mulai sekarang lupakan apa yang baru saja kukatakan. Lupakan semua kata-kata seperti 'melepaskan turnamen liga', 'pulang ke rumah dan tidur'. Ayo kita siapkan taktik melawan Arsenal untuk babak kedua...