Sinar matahari pagi menyinari ruangan melalui celah kecil diantara tirai.
Twain perlahan turun dari tempat tidur sebelum kemudian menoleh untuk memandang istrinya yang masih tidur. Lalu dia mengenakan piama dan meninggalkan kamar dengan tenang. Dia menyalakan keran wastafel dan menaruh banyak pasta gigi ke atas sikat giginya. Lalu dia meletakkan handuk mandi yang terlipat rapi ke sebelah wastafel. Dia sudah siap untuk mencuci muka dan menyikat giginya agar terlihat segar di hari yang baru.
Saat dia mengangkat kepalanya, dia terkejut. Pria yang dilihatnya di cermin sangatlah asing baginya. Dia terlihat seperti seseorang yang sudah lama tidak tidur. Kerutan di wajahnya seolah diukir dalam-dalam dengan menggunakan pisau dan matanya merah. Tapi, yang paling membuatnya gusar bukanlah kerutan atau matanya yang merah melainkan gumpalan rambut putih yang berantakan di atas kepalanya.