"Twain!" teriakan marah terdengar di telinganya, membuatnya tersentak dari lamunannya.
Dia mengangkat kepalanya dan memandang sosok di depannya dengan agak bingung. Di hadapannya terdapat seorang pria botak dengan kacamata berbingkai-hitam, yang terlihat jauh lebih tua daripada usianya yang sebenarnya. Pria itu terlihat familiar...
Tunggu dulu, bukankah dia kepala departemen di perusahaan tempatku bekerja?
Twain memandang ke kiri dan kanan, ruang kecil yang dibentuk oleh sekumpulan meja kantor muncul di hadapannya. Semua orang mengangkat kepala untuk melihat, tapi setelah mereka melihat Twain, mereka menundukkan kepala untuk melanjutkan apapun yang sedang mereka kerjakan.
Bukankah ini tempat kerjanya yang terakhir? Twain tidak asing dengan tempat ini. Setelah dia lulus dari universitas, dia melamar ke ratusan pekerjaan sebelum akhirnya diterima disini untuk mengisi sebuah posisi administrasi.