Chereads / Mahakarya Sang Pemenang / Chapter 13 - Twain yang Layak jadi Berita Bagian 1

Chapter 13 - Twain yang Layak jadi Berita Bagian 1

Saat bangun pagi hari itu, Tang En merasakan sakit kepala. Dia minum alkohol cukup banyak dengan Walker semalam di Forest Bar milik Burns karena mood mereka sedang bagus. Dia masih ingat bagaimana orang-orang di bar itu memberi selamat kepada mereka. Burns pasti juga merasa sangat gembira, karena hampir semua minuman yang diminum kemarin dibayarkan olehnya.

Satu-satunya kekurangan adalah Tang En tidak melihat Michael dan yang lainnya. Mungkin mereka merasa malu dan pergi ke bar lain untuk berkumpul.

Setelah duduk di ranjang selama beberapa saat, Tang En bangkit berdiri untuk mencuci muka dan berpakaian. Kemudian dia melihat kertas pesan merah itu lagi di pintu kulkas saat dia sedang mencari sarapan di dapur.

Melihat sumpah "harus menang" itu, dia mendesah.

Tang En sudah menerima fakta bahwa dia telah menjadi manajer untuk tim Forest dan bahwa dia telah berubah dari orang Cina menjadi orang Inggris. Dia meletakkan sarapan sederhananya diatas meja, lalu beranjak keluar untuk mengambil surat kabar hari ini dari kotak surat dan mulai membaca berita di dalamnya.

Seperti pria Cina pada umumnya, dia tidak memiliki kebiasaan membaca surat kabar saat sedang sarapan. Itu semua adalah cara kerja gen orang Inggris yang ada di dalam tubuhnya. Tampaknya tubuhnya ini membutuhkan banyak waktu untuk beradaptasi terhadap kebiasaan harian yang berbeda.

Membuka surat kabar langsung ke halaman sembilan, halaman olahraga, dia melihat banyak artikel ditulis tentang pertandingan kemarin. Karena yang dibacanya ini adalah surat kabar lokal Nottingham, Nottingham Evening Post, sebagian besar beritanya adalah tentang tim Nottingham Forest. Tang En membaca semuanya. Pada dasarnya, berita itu mendeskripsikan pertandingan kemarin yang menegangkan. Tang En sudah familiar dengan jalannya pertandingan, tapi ketika dideskripsikan dengan kata-kata orang lain, hal itu memberinya sudut pandang yang baru. Setelah membaca bahwa reporter-reporter itu mendeskripsikannya sebagai pria yang tampan, Tang En merasa mood-nya menjadi bagus.

Namun, hal selanjutnya tidak terlalu bagus. Dia tidak tahu bagaimana para reporter menemukan para fans yang memasuki ruang ganti pemain. Media memiliki pendapat yang berbeda tentang masalah ini. Beberapa orang mengatakan bahwa hal ini bukan masalah besar, bahwa situasi khusus membutuhkan perlakuan khusus, bahwa Tony Twain melakukannya untuk memperbaiki skor tim, untuk memotivasi keinginan para pemain untuk berjuang, dan hasilnya sangat bagus. Sisi lain media mengkritik pendekatan tak bertanggungjawab yang dilakukan oleh Tony Twain. Mereka beranggapan bahwa ruang ganti pemain adalah tempat yang suci dan bukan tempat untuk dimasuki Tom, Dick ataupun Harry. Apapun alasannya, pendekatan semacam itu tidak layak mendapatkan pujian apalagi didukung untuk dilakukan.

Tang En mencemoohnya. Dia tidak merasa bahwa ruang ganti pemain sangat suci. Media hanya merasa tempat itu suci karena mereka tidak bisa masuk kesana, dan karenanya membuat mereka hanya bisa menebak-nebak. Kalau dia membiarkan mereka melihat ruang ganti pemain tim Forest usai babak pertama kemarin, tidak satupun dari orang bodoh itu yang akan beranggapan bahwa tempat itu suci.

Dia melemparkan surat kabar itu dan melanjutkan sarapannya. Tanpa diduga, dia melihat judul surat kabar yang membuatnya terkejut.

"Kami kecurian!"

Kata "kecurian" dibuat dalam font yang besar, berukuran lebih besar dan dicetak tebal.

Hah? Kata itu mengingatkanku tentang sesuatu... Bukankah itu yang kukatakan saat konferensi pers kemarin? Coba kulihat foto yang ada dibawah kata itu... kelihatannya memang aku mengatakannya saat konferensi pers.

Ha! Aku menjadi liputan utama. Tang En tertawa dan memungut kembali surat kabar itu untuk membacanya dengan seksama. Tidak ada isi yang penting di dalamnya, hanya laporan tentang keputusan wasit tentang dua gol yang terjadi kemarin.

"...Tony Twain memiliki alasan yang bagus untuk menganggap timnya kecurian oleh wasit dan Football Association..."

Hey, aku tidak mengatakan hal buruk tentang FA!

"Dinilai dari video paska-pertandingan, dua pelanggaran tersebut patut diragukan kebenarannya. Bahkan jika gol yang terakhir itu hampir bisa dikatakan offside, gol Dawson yang dianulir karena pelanggaran ofensif, sedikit terlalu berlebihan."

Tang En mengangguk. Aku suka tulisan ini. Itu memang berlebihan, terlalu berlebihan.

"... Reporter kami bertanya pada John Baker, seorang ofisial dari Football Association yang memiliki keahlian dalam urusan perwasitan. Dia menyatakan bahwa Football Association saat ini sedang meninjau masalah ini dan rekaman pertandingan dan tidak bisa memberikan jawaban pada saat ini. Tapi dia menganggap kata 'kecurian' jelas tidak pantas. Segera setelahnya kami mewawancarai wasit, Winter, dari pertandingan tersebut, dan dia bersikeras bahwa tidak ada masalah dengan penilaiannya tentang pelanggaran yang terjadi..."

Sambil menguap, Tang En meletakkan surat kabar itu. Dia ingat dia harus melakukan sesuatu yang penting pagi ini. Duduk disini sambil membaca surat kabar hanya menyia-nyiakan waktu saja.

Empat puluh menit kemudian, dia berdiri di pintu masuk Royal Hospital of Nottingham University. Bangunan itu terdiri atas enam lantai dan dibuat dari batu kapur yang besar, dengan dua patung gargoyle dari batu yang berdiri di kedua sisi gerbang, membuatnya merasa seolah tempat ini bukanlah rumah sakit, melainkan sebuah biara gelap di Eropa abad pertengahan.

Hal penting yang harus dilakukan oleh Tang En adalah melakukan pemeriksaan otak di rumah sakit yang memiliki reputasi bagus. Sejak dia mengambil alih kepemilikan tubuh ini, dia merasa cemas tentang efek samping dan lain sebagainya. Selain itu, hal ini juga akan bisa mencegah pembicaraan spekulatif apapun di masa depan, sehingga dia memilih untuk datang ke rumah sakit yang paling bergengsi untuk melakukan check up.

Royal Hospital of Nottingham University melayani tim nasional Inggris dan juga Football Association, dan karenanya Tang En mempercayai standar yang mereka gunakan.

Setelah memberikan jalan bagi ambulans yang meraung-raung, Tang En berjalan memutari petak bunga, menaiki tangga dan memasuki aula.

Berdiri di area penerimaan, dia berkata kepada resepsionis agak gemuk dan tua yang sedang sibuk dengan pekerjaannya, "Saya ingin mengambil antrian untuk departemen neurologi. Anda memiliki dokter spesialis neurologis terbaik disini..." Dia tidak tahu siapa yang harus ditemuinya, jadi dia hanya menggunakan kata "bedah saraf" yang umum.

"Apa Anda sudah membuat janji temu, pak?"

"Eh, belum." Tang En tidak tahu kalau dia harus membuat janji temu untuk melakukan pemeriksaan otak. Dia jarang pergi ke rumah sakit karena membenci atmosfirnya.

Resepsionis itu mengangkat kepala dan seolah membeku di tempat. Kemudian dia mengangkat telepon. "Professor Constantine. Ada seorang pasien disini yang membutuhkan Anda." Setelah itu, Tang En tidak bisa mendengar dengan jelas. Resepsionis itu berusaha meredam suaranya, jadi Tang En hanya mengalihkan pandangannya dan memandangi orang-orang yang berlalu lalang di aula.

"Pak, silahkan pergi ke ruangan nomer 415 di lantai empat. Professor Constantine akan ada disana untuk Anda." Dia menyerahkan sebuah kertas kecil bertulisan angka.

"Terima kasih." Tang En mengambil kertas itu dan berjalan pergi. Resepsionis itu mengambil surat kabar yang ada di meja dan memperhatikan fotonya dengan seksama. Itu adalah surat kabar yang dibaca Tang En saat sarapan. Dibawah frase "Kami kecurian!", terdapat foto wajahnya yang berukuran besar.

Tang En menaiki lift ke lantai empat dan dengan mudah menemukan ruangan 415, menurut papan yang ada di pintunya. Dia mengetuk pintu, dan suara yang tajam terdengar, "Silakan masuk."

Tang En membuka pintu dan melihat meja kantor yang berantakan menghadap ke arahnya, di balik komputer itu terdapat seorang pria berusia sekitar 50 tahunan yang sedang bekerja. Ketika dia mendengar pintu dibuka, dia memandang Tang En dengan mata menyipit dibalik sepasang kacamata.

"Tuan Tony Twain?"

"Bagaimana Anda tahu?" Tang En sedikit terkejut, dia tidak ingat pernah menyebutkan namanya.

Si pria tua itu mengeluarkan surat kabar yang memuat foto wajahnya dan kata-kata yang sudah terlihat familiar dari samping komputernya.

Tang En memutar matanya. Si pria tua itu tertawa, "Ms. Lilith baru saja memberitahuku bahwa ada seorang pasien yang ingin melakukan pemeriksaan medis dan terlihat sangat mirip seperti manajer Forest, dan jujur saja, kupikir dia salah karena dia tidak pernah menonton pertandingan Forest."

Tang En menganggukkan kepala untuk menunjukkan kalau dia paham, "Wanita..."

"Bukan, dia adalah fan setia Notts County." Si pria tua itu bangkit berdiri dari belakang mejanya dan mengeluarkan cangkir kertas sekali pakai, "Silahkan duduk. Mau kopi panas?"

"Terima kasih." Tang En memang ingin menemukan kursi untuk duduk, tapi ada tumpukan data di semua tempat. Dia merasa bahkan untuk berdiri pun cukup sulit, apalagi duduk.

Professor Constantine menyadari kesulitan Tang En saat dia meletakkan cangkir kertas itu di atas meja. Dia mengambil tumpukan kertas-kertas yang berantakan di satu sofa dan meletakkannya ke sofa yang lain. Tang En merasa bahwa semua kertas itu bisa menghancurkan sofa yang malang itu.

Si pria itu tersenyum sedikit malu, "Maaf, disini sangat berantakan."

Tang En mengangguk memahami. "Aku hanya punya satu pertanyaan. Bagaimana Anda bisa menemukan informasi yang Anda butuhkan dengan cepat dari semua tumpukan kertas ini?"

"Mereka semua ada disini." Constantine menunjuk ke arah kepalanya. "Kertas-kertas itu... Well, sebenarnya, aku menggunakannya untuk alas cangkir."

Saat itulah Tang En melihat bahwa selembar kertas dibawah cangkir kopi yang diletakkan didepannya itu penuh berisi rumus dan angka. Dia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi kepada pria tua itu.

"Sebenarnya, aku mungkin bisa menebak alasan mengapa Anda datang menemui saya, Manajer Twain."

"Oh?"

Constantine sekali lagi mengambil surat kabar dari tumpukan kertas-kertas tak terpakai yang memuat gambar Twain jatuh ke tanah. Tang En kembali memutar matanya.

"Ya, saya jatuh disini...," kata Tang En, sambil menyentuh bagian belakang kepalanya. "Saya merasa saya benar-benar berubah dibandingkan dengan diri saya sebelumnya, seolah-olah saya adalah seorang pria yang berbeda."

Constantine duduk di sudut meja, melihat ke arah Tang En dengan penuh ketertarikan dan menyuruhnya untuk meneruskan ucapannya.

"Well... mengingat diriku sebelumnya, aku tidak merokok dan tidak minum alkohol. Aku menjalani hidup penuh disiplin tanpa kehidupan malam. Aku cukup pendiam dan tidak terlalu sosial," Tang En mendeskripsikan karakter dan kebiasaan Tony Twain menurut ingatannya. "Anda tidak akan melihatku mengarahkan pertandingan dengan suara keras di tepi lapangan atau menghampiri Anda untuk mengobrol. Kenny Burns mengatakan kalau aku seperti seorang Puritan. Meski aku tahu aku bukan, tapi aku sangat mirip seorang Puritan."

"Dan sekarang kau lebih bersemangat dan lincah, terbuka, banyak menggunakan bahasa tubuh dan memiliki temperamen yang berapi-api. Hidupmu tidak lagi sangat disiplin, kau juga memaki dan menyumpah, kau impulsif, tanpa memikirkan konsekuensinya... Pendek kata, ambil semua yang barusan kau deskripsikan lalu putar balik semuanya, dan itulah yang mewakili dirimu sekarang." Constantine membantu menambahkan semua itu bagi Tang En.

"Tepat sekali, bagaimana Anda bisa tahu?"

"Kesimpulan ini bisa diambil dengan mudah dari kata-kata dan tindakanmu. Well, situasi yang baru saja kau deskripsikan, aku pernah mendengar anekdot yang menarik sebelum ini. Setelah mengalami semacam stimulasi, seseorang tiba-tiba menjadi orang lain dan bisa dengan mudah menyebutkan nama jalan yang berada ribuan mil jauhnya, atau bahkan berbicara dengan bahasa lain yang sama sekali tidak familiar sebelumnya. Semua ini adalah anekdot yang menarik, tentu saja, bukan kejadian yang dapat dibuktikan secara ilmiah." Constantine menggosok dagunya dan memukul bibirnya, dan kemudian dia melambaikan tangan. "Ayo, pertama-tama kita lakukan pemeriksaan otak yang komprehensif untukmu."

Setengah jam kemudian, Tang En dan Constantine kembali duduk di ruang 415 untuk melanjutkan subyek pembicaraan ini. Kopinya sudah dingin, tapi tidak ada yang peduli. Tang En bahkan belum menyesapnya satu kalipun.

"Dari hasil pemeriksaan, sistem saraf otakmu normal dan sama bagusnya seperti sebelumnya, seperti tidak terkena dampak eksternal apapun... Aku bahkan bisa mengumumkan bahwa kau adalah orang yang sehat dan normal," kata Constantine pada Tang En, sambil memegang sebuah folder laporan hasil analisa komputer. "Tentu saja, ini hanyalah hasil analisa pendahuluan. Rekomendasi pribadiku adalah... aku masih perlu terus mengamatimu..."

Tang En dengan segera melambaikan tangannya. "Itu tidak mungkin, aku punya pekerjaan, aku tidak bisa..."

Constantine mengintip dan memandang pasiennya dari bagian atas kacamatanya, tertawa, "Jangan cemas. Aku tidak akan memasukkanmu ke dalam ruangan rahasia untuk pengamatanku, menggunakan peralatan untuk memindaimu sepanjang hari."

"Lalu bagaimana kau akan mengamatiku..."

"Well..., " Constantine mendorong kacamatanya ke atas dan berkata dengan serius, "Aku perlu lebih sering melihatmu, jadi kau perlu membuka diri dan pekerjaanmu padaku, termasuk hal-hal terkait latihan dan pertandingan."

Tang En memikirkan sebuah pertanyaan. "Jangan-jangan kau ingin menonton pertandingan gratis?"

"Ahem! Manajer Twain, jangan meragukan integritas profesional seorang profesor medis yang sudah tua."

"Itu tidak mungkin. Bagaimana saya bisa tahu Anda tidak akan memberitahu pers tentang detil latihan kami? Anda pasti tahu mereka sangat ingin mendapatkan informasi dari orang dalam tentang tim kami."

"Kau juga tidak seharusnya meragukan rasa sayang dan kesetiaan dari seorang fan tim Forest tiga generasi."

Tang En masih menggelengkan kepalanya, "Aku merasa kepalaku tidak luka atau pusing, kepalaku normal. Aku datang padamu hanya untuk memastikan. Karena Anda bilang aku normal, aku tidak membutuhkan seorang spesialis saraf berada disampingku hingga seluruh Inggris mengira aku punya masalah dengan kepalaku."

"Manajer Twain, ini baru hasil dari analisa pendahuluan, kau tahu teknologi komputer tidak selalu dapat diandalkan..." Constantine merasa sedikit gelisah.

Tang En memandangnya curiga. Ekspresi gelisah di wajah pria tua itu segera menghilang, dan dia menyesap kopi yang sudah dingin.

Rubah tua itu. Tang En memaki dalam hati.

"Bagaimana dengan ini. Aku akan mengijinkanmu datang selama latihan, tapi kau tidak boleh muncul di area teknis ataupun di bangku cadangan saat pertandingan. Aku bisa memberimu kursi yang bagus di tribun sehingga akan nyaman bagimu untuk 'mengamati'-ku. Kau tidak bisa datang dan pergi seenaknya selama latihan. Kau hanya bisa datang ketika reporter tidak ada, dan kau perlu memberitahuku tentang itu sebelumnya."

Constantine berpikir sejenak: "Tribun utama tidak akan cocok. Disana terlalu ribut dan tidak nyaman untuk bekerja." Dia dengan sengaja menekankan kata "bekerja". "Aku akan membutuhkan kursi di dalam box VIP."

Berikan padanya satu inci dan sekarang dia ingin sembilan yard... Tang En terus memaki dalam hati.