Twain berdiri di lapangan latihan nomor 2 di Wilford. Hutan yang lebat ada di depan matanya dan bayangan selang-seling dedaunan hutan terlihat di kakinya. Latihan hari itu sudah berakhir dan para pemain juga sudah pergi, tapi ada satu orang yang masih berlatih di lapangan latihan.
Twain berdiri di pinggir lapangan dan memperhatikan pria yang sedang berlatih.
Pemandangan ini terasa familiar baginya.
Ditemani sisa cahaya matahari terbenam dibawah langit merah yang mulai temaram, kompleks Wilford seolah disekat-sekat oleh bayangan hutan di sisi barat. Seluruh lapangan latihan itu tenang. Tidak ada suara lain yang terdengar kecuali bunyi bola ditendang dan bola yang membentur tiang gawang, jaring maupun pagar kawat. Hanya sesekali terdengar suara burung. Ini benar-benar kontras dengan keramaian yang terjadi di siang hari.