Jun Wu Xie mulai memeriksa kaki pamannya seraya ia menekan pada beberapa titik. "Apakah kau tak dapat merasakan apa-apa sama sekali?,
"Terkadang sedikit dingin, namun tak terlalu terasa," jawabnya.
Wu Xie terus memeriksa kakinya dan akhirnya setelah beberapa saat ia menengadah dan bertanya, "Paman, apakah kau mempercayaiku?" ia bertanya dengan tenang.
"Tentu saja!" Ia tersenyum hangat pada ponakannya.
Jun Wu Xie melihat ke sekelilingnya dan pandangannya mendarat pada kolam bunga teratai itu, dan matanya berkilat dengan sebuah kesenangan.
"Bunga-bunga teratai ini sangat indah, seperti satu ini yang tengah mekar sempurna. Hmm …. Aku penasaran apakah paman suka makan biji bunga teratai?" ia bertanya santai.
Jun Qing berpikir cepat dan menjawab, "Aku terkadang memakannya."
"Aku baru saja mengambil beberapa kemarin dan menurutku rasanya sangat enak! Apakah kau mau mencobanya?" ia bertanya lagi dengan nada suara santai.
"Tentu saja aku mau, itu dipetik sendiri olehmu." Ia setuju dengan gembira. Keponakan perempuannya sendiri sekarang begitu bijaksana. Sebelumnya, bahkan jika ia memetik biji bunga teratai, orang pertama yang akan ditawarinya adalah Mo Xuan Fei!
"Paman, buka mulutmu," ia menambahkan.
Jun Qing terkejut walaupun ia tak mengetahui apa yang dilakukan keponakannya namun sebagai paman yang menyayanginya, yang ia inginkan adalah supaya keponakannya senang maka ia mendengarkannya dan membuka mulutnya dengan patuh.
Segera setelah ia melakukan itu, Jun Wu Xie segera menyentil biji bunga teratai ke dalam mulutnya dan bahkan sebelum ia sempat bereaksi, Wu Xie menutup mulut pamannya dan mendongakkan kepalanya memaksanya menelan biji itu.
"…." Dari caranya memberi makan dengan 'lembut', ia hampir tersedak dan mengeluarkan air mata.
Ketika ia berpikir keponakannya akhirnya lebih bijaksana, caranya melakukan beberapa hal masih sedikit … kasar.
Jun Wu Xie tak dapat disalahkan untuk cara kasarnya ketika menyuapi obat. Itu hanya sifatnya sejak lahir. Dengan mempertimbangkan pasien-pasiennya yang menolak minum obat, ia selalu hanya memiliki satu tujuan yaitu untuk membuat pasiennya menelan obat dan caranya memang kasar namun efektif tanpa ada kesempatan untuk penolakan.
"Lezat kan?" Ia bertanya.
Jun Qing memandangnya dengan tercengang. Ia langsung mencekokkan obat itu ke tenggorokannya! Kapan ia dapat menikmati rasanya yang istimewa?
"Mmm … Lezat." Ia berkata untuk menghiburnya.
"Kalau begitu aku pergi dulu." Setelah melakukan niatnya, ia berjalan pergi kembali ke halaman paviliunnya.
Jun Qing menatap punggung gadis itu seraya ia beranjak pergi, merasa sedikit bingung. Gadis kecil ini datang ke sini dan setelah berbicara begitu banyak, hanya untuk menyuapi biji bunga teratai padanya?
"Tubuh tuan masih memiliki residu racun, karena biji bunga teratai memiliki sifat dingin, apakah kau mau aku merebus satu mangkuk jahe panas untuk menghangatkan tubuh?" 'Pelayan' yang selalu berdiri di belakangnya selama ini memecah kesunyian. Jika dilihat dari dekat, pria ini memiliki sosok yang tinggi dan gagah, dengan ekspresi bijaksana, seseorang akan berpikir dirinya tidak seperti seorang pelayan.
Jun Qing mengangkat tangannya, "Tidak perlu repot karena satu buah biji bunga teratai. Aku tidak selemah itu."
Pria itu tak lagi memaksa dan mengatakan apa yang ada di pikirannya. "Nona muda sepertinya agak berbeda akhir-akhir ini."
Sejak Jun Qing terluka, ia telah merawatnya selama lebih dari sepuluh tahun dan mengamati Jun Wu Xie bertumbuh dewasa. Ia tak pernah memiliki kesan baik untuknya karena sifatnya yang penyendiri dan angkuh karenanya ia bahkan tak ingin menyapanya ketika melihatnya.
"Kau juga berpikir begitu?" Bibir Jun Qing melengkung seraya berpikir keras. Sambil bernostalgia, ia berkata sambil merenung, "Melihatnya bagaimanapun juga mengingatkanku akan kakakku."
"Tolong jangan bergurau, hal tertentu tak dapat dibandingkan." Pria itu mengerutkan keningnya seraya menjawab dengan tegas, ia sepertinya tak setuju dengan perkataan Jun Qing.