Chereads / Monarki Ilahi Kuno / Chapter 469 - Permainan Pedang Tujuh Kehancuran

Chapter 469 - Permainan Pedang Tujuh Kehancuran

Qin Wentian menatap orang yang melangkah pergi itu lalu tanpa sadar memanggil, "Mengapa pedang-pedang itu tidak membunuhmu?"

"Aku adalah sebilah pedang, mengapa pedang itu membunuhku?" Orang itu menjawab dengan lembut, kata-katanya menyebabkan sebuah ekspresi perenungan muncul di wajah Qin Wentian.

Aku adalah sebilah pedang, mengapa pedang itu membunuhku?

Dia adalah pedang?

Qin Wentian berdiri di tempat asalnya dan tak berani bergerak. Niat pedang itu memenuhi udara dan menguncinya. Jika ia bergerak, pedang itu pasti akan membunuhnya. Tak perlu dikatakan, perasaan seperti itu terasa sangat mengancam, tetapi juga sangat luar biasa jika dirasakan. Ia bisa dengan jelas merasakan keberadaan setiap pedang yang ada di Rimba Pedang itu. Namun meski begitu, apa yang harus ia lakukan untuk dapat melewati tempat ini?

Qin Wentian menutup matanya dan menarik napas dalam-dalam, ia mencoba menenangkan hatinya yang kacau. Ia tahu bahwa ia harus mempertahankan kepala yang dingin agar dapat menangkap setiap kesempatan untuk memecahkan teka-teki itu. Jika pikirannya kacau, itu sama dengan kematian. Burung Vermilion itu sudah bertanya kepadanya apakah dia bersedia mengambil risiko kematian saat itu sebelum ia membuat pilihan. Karena ia sudah memilih jalan ini, ia seharusnya tidak perlu merasa takut. Hanya dengan bergerak maju dia akan bisa hidup. Tidak ada pilihan lain yang tersedia, dia harus memiliki keberanian dan keyakinan untuk tanpa henti terus maju.

"Aku adalah pedang, aku adalah pedang …." gumam Qin Wentian, kata-kata dari orang itu bergema di benaknya. Frasa yang dia ucapkan ini sepertinya menjadi kunci untuk memecahkan teka-teki itu. Jika dia adalah pedang dan menyatukan diri bersama, menjadi satu dengan Rimba Pedang itu, pedang yang tak terhitung jumlahnya yang sedang melayang itu tidak akan mengincarnya.

Tiba-tiba, sebuah niat pedang yang sangat besar dan kuat menyembur keluar dari tubuh Qin Wentian, ia mencoba untuk menggabungkan niat pedangnya secara paksa dengan niat pedang yang terpancar di udara milik Rimba Pedang itu. Tetapi dalam sekejap, ia merasakan bahwa niat membunuh dari pedang-pedang yang melayang itu semakin kuat seolah-olah mereka dapat menembak menembus ruang kapan saja dan membunuhnya. Ekspresi Qin Wentian berubah suram dan ia segera menarik kembali niat pedangnya.

Cara ini salah.

Jika kunci memecahkan teka-teki ini dengan sangat sederhana, ia tidak akan disebut sebagai jalur tersulit di antara jalur peninggalan kaisar kuno. Di dimensi pertama, itu adalah ujian kekuatan tempurnya. Di dimensi kedua, yang ingin mereka uji adalah pemahamannya. Jika ia ingin keluar dari Rimba Pedang ini, ia harus menjadi satu dengan pedang-pedang itu. Itu adalah prinsip yang sama yang digunakan manusia salju itu dalam dimensi sebelumnya - ia bisa menyatu bersama salju, sepenuhnya menyatu dengannya dan menyembunyikan semua jejak kehadirannya. Pria yang berjalan keluar dari Rimba Pedang tadi juga memancarkan aura semacam itu. Kesan yang diberikannya kepada orang lain seperti yang ia rasakan, adalah sebilah pedang. Namun, pedang-pedang yang sangat banyak di udara itu semua menunjuk ke arahnya sekarang, bagaimana mungkin Qin Wentian dapat secara diam-diam memahami makna menyatu dengan pedang?

Qin Wentian menarik napas dalam-dalam lagi, ia ingin menenangkan hatinya sepenuhnya. Ia berdiri dengan tangan bersilang di belakang dan diam-diam menatap pedang-pedang mengambang yang bergoyang tertiup angin. Pedang itu tajam dan lurus. Kualitas yang berasal dari dalamnya menyapu segala yang ada di depannya.

"Mengamati pedang untuk memahami pedang." Qin Wentian merenung di dalam hati. Ia berdiri tegak di sana, selurus pedang dan diam-diam menatap tajam pada pedang-pedang yang melayang itu, mengamati segala sesuatu tentang pedang itu. Lantunan pedang yang harmonis memancar dari Qin Wentian, seolah-olah ia ingin beresonansi dengan nada yang sama dengan pedang-pedang yang melayang itu.

Beberapa hari kemudian, lantunan pedang dari Qin Wentian terus berlanjut. Pedang yang tak terhitung jumlahnya masih menunjuk ke arahnya, niat membunuhnya masih memenuhi atmosfir. Namun, Qin Wentian memiliki perasaan aneh. Sepertinya niat membunuh itu sedikit berkurang. Meskipun penurunan itu amat lambat, setidaknya ada sedikit kemajuan.

"Meniru pedang untuk memahami pedang." Qin Wentian diam-diam berkata dalam hati. Dia membayangkan dirinya sebagai sebilah pedang yang berdiri tegak di Rimba Pedang itu, berbagi kehendak dan niat yang sama seperti setiap pedang yang ada di situ. Ketika pedang-pedang itu meratap, begitu pula dirinya, saat pedang-pedang itu tidur, ia juga tidur.

Di dalam Rimba Pedang, sebenarnya ada perubahan iklim. Hujan deras mengguyur, pedang-pedang yang melayang itu masih tetap tak bergerak dan menunjuk ke arah Qin Wentian. Saat hujan memercik di tubuhnya, Qin Wentian tidak bereaksi sama sekali. Ratapan pedang yang memancar darinya terus berlanjut, dia masih berusaha untuk menyatu dengan pedang yang mengelilinginya. Hujan semakin deras dan semakin deras, merendamnya sepenuhnya. Namun dia berdiri tegak di sana, menyerupai pedang yang tertancap ketika niat pedang menakutkan keluar darinya untuk menyapu air hujan.

Ratapan pedang dari Rimba Pedang semakin terdengar keras. Demikian pula ratapan pedang dari Qin Wentian juga mencapai frekuensi yang serupa.

Akhirnya, hujan berhenti. Ratapan pedang itu masih bergema tetapi saat ini, Qin Wentian menemukan bahwa niat membunuh dari pedang yang melayang yang diarahkan kepadanya, telah berkurang sedikit lagi. Hal ini menyebabkan Qin Wentian merasakan sukacita di dalam hatinya. Tampaknya jalan yang telah dipilihnya benar. Hanya ketika niat membunuh pedang itu menghilang sepenuhnya dia bisa melanjutkan langkahnya.

Waktu berlalu, Qin Wentian mempelajari tentang sifat pedang dengan mengamatinya, pemahamannya berkembang sedikit demi sedikit dalam upayanya untuk menyatu dengan pedang. Ia ingin memahami dunia dari apa yang dikatakan pria itu sebelumnya, 'Aku adalah pedang, mengapa mereka ingin membunuhku?'

Di dalam Rimba Pedang, angin dingin menerpa, berhembus mengenai tubuhnya. Qin Wentian masih tenggelam dalam keadaan khusus di mana ia telah melupakan segalanya, bahkan dirinya sendiri. Saat ini, dia adalah pedang, sebilah pedang di Rimba Pedang. Tiga bulan berlalu, Qin Wentian berdiri diam di sana dengan mata terpejam. Saat ini, dia mulai memancarkan aura pedang yang sebenarnya, memancarkan sebuah ratapan bersama dengan pedang lain, berayun bersama dengan mereka dalam terpaan angin, sementara juga 'bernafas' dengan niat pedang yang keluar masuk.

Di luar Rimba Pedang, sebuah sosok berdiri diam memperhatikan Qin Wentian ketika sebuah rasa yang tajam berkilau di matanya. Pemuda itu luar biasa, tingkat pemahamannya berada pada tingkatan yang gila. Mungkin, ia akan bisa keluar dari tempat ini hanya dalam waktu tiga tahun.

Setengah tahun berlalu, Qin Wentian merasa seolah-olah sekarang telah berubah sepenuhnya menjadi sebuah pedang dan menyatu dengan pedang lainnya di Rimba Pedang. Pedang-pedang yang melayang itu tidak lagi menunjuk ke arahnya, dan kekuatan pedang itu di dalam kawasan itu berkali-kali lebih lemah dibandingkan sebelumnya.

Seulas senyum muncul di wajahnya, Qin Wentian mengangkat kakinya dan melangkahkan kaki sambil bersiul bebas seperti sebilah pedang terbang. Namun begitu dia melangkah, niat membunuh yang menakutkan menyembur tepat ke arahnya saat kekuatan pedang di daerah itu tiba-tiba terpusat. Wajah Qin Wentian memucat, jantungnya berdebar kencang dengan rasa kekalahan yang dingin saat ia dengan cepat menarik kakinya. Apa yang salah? Dengan menggunakan ketulusan sebagai pendekatannya, menempa kondisi hatinya sebagai pedang selama setengah tahun. Apakah jalannya salah? Rimba Pedang masih tidak mau mengakuinya, dia masih tidak bisa keluar dari tempat itu.

"Apakah aku salah? Kalau begitu, bagaimana aku bisa keluar dari Rimba Pedang ini?" Qin Wentian diam-diam bertanya pada dirinya sendiri. 

Dia memilih jalan yang paling sulit, bagaimana dia berhasil melewati ujian ini? Jika ia benar-benar tidak bisa keluar dari tempat ini, apakah ia akan terjebak di sini untuk selamanya? Saat pikirannya sampai pada kesimpulan seperti itu, hati Qin Wentian tanpa sadar mulai menjadi kacau.

Setengah tahun, dia telah menghabiskan total waktu setengah tahun hanya untuk mengetahui bahwa dirinya salah. Ia selalu menghargai waktu dan tidak mau menyia-nyiakannya. Tapi sekarang, setelah setengah tahun, dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa ia sama sekali tidak membaik dibandingkan dengan saat awal. Ia masih tak bisa bergerak, bahkan tidak satu langkah pun.

Selama tiga hari, Qin Wentian tersesat dalam pikirannya. Ia mulai membenci pedang-pedang mengambang yang menunjuk ke arahnya, dan tidak menginginkan apa pun selain untuk menghancurkan mereka semua menjadi berkeping-keping. Namun, saat pikiran seperti ini melintas di benaknya, niat membunuh yang dipancarkan dari Rimba Pedang semakin kuat.

Saat suaranya mereda, ia memejamkan matanya sekali lagi, meninggalkan pikiran tentang kemarahan dan pembalasan di dalam hatinya. Secara perlahan, niat membunuh yang menindas itu lenyap sekali lagi. Saat merasakan niat membunuh yang menindas, hati Qin Wentian sedikit bergetar. Seolah-olah ia memahami sesuatu. Ia bergumam di dalam hatinya, "Tak disangka bahwa sebagai pedang, semua persepsimu akan menjadi sangat akut bahkan untuk mengenal teman dari musuh, mampu membedakan kejahatan dari kebaikan. Sepertinya aku benar-benar keliru sebelumnya.

"Dengan ketulusan sebagai pendekatanku, jika hatiku benar-benar sejalan dengan pedang itu, aku tentu akan bisa menjadi satu dengan Rimba Pedang. Jalan yang kutempuh sebelumnya tidak sepenuhnya salah."

Kali ini, ia hanya menggunakan waktu satu bulan untuk kembali ke keadaan diam sebelum mencoba untuk bergerak. Namun Qin Wentian mengerti bahwa itu masih belum cukup. Ia harus benar-benar melupakan segalanya. Melupakan namanya, melupakan identitasnya, bahkan melupakan keberadaannya sebagai manusia. Menjadi satu dengan pedang, bukan apa-apa tanpanya.

Waktu berlalu, Qin Wentian tetap berdiri di sana, di tengah-tengah keadaan yang melupakan segalanya. Dia lupa siapa dirinya, lupa fakta bahwa dia harus menjadi satu dengan pedang. Tapi entah bagaimana, perubahan misterius terjadi, dia sendiri menjadi lebih seperti pedang sungguhan tanpa harus berusaha.

Angin sepoi-sepoi bertiup ringan di Rimba Pedang sekarang, tidak ada manusia. Hanya ada pedang. Saat ini, Qin Wentian tiba-tiba memiliki perasaan yang sangat aneh. Rasanya lingkungan sekitar adalah bagian dari tubuhnya termasuk pedang-pedang mengambang serta keseluruhan Rimba Pedang.

Akhirnya pada akhirnya, sebuah senyuman tersungging di bibir Qin Wentian. Dia membuka matanya dan melangkah maju. Kekuatan langkah ini lembut, namun penuh dengan rasa percaya diri yang tak tertahankan. Saat ia mengambil langkah maju, rasanya seolah seluruh Rimba Pedang mengambil langkah bersama dengannya.

Qin Wentian tahu bahwa pemahaman dan pengertiannya tentang pedang telah mencapai kondisi yang sama sekali baru. Dia juga mengerti bahwa hanya setelah melangkah ke kondisi ini seseorang akan bisa keluar dari Rimba Pedang. Tidak hanya dia bisa keluar dari tempat ini, dia bahkan bisa mengendalikan Rimba Pedang jika ia menginginkannya.

Qin Wentian mengulurkan tangannya dan membelai salah satu pedang yang mengambang. Saat merasakan sentuhannya, pedang itu mulai bergetar dengan lembut, ketika suara dengungan memenuhi udara.

"Sayangnya, dalam pertarungan sungguhan, tidak akan ada begitu banyak pedang kuat yang ada di sekitarku untuk mengendalikan mereka," kata Qin Wentian sambil menghela nafas. Setelah itu, dia melambaikan tangannya dan langsung, seluruh pedang di Rimba Pedang melaju ke arahnya, melayang di udara sambil memancarkan sebuah kekuatan pedang yang luar biasa yang tampak seolah-olah ingin melahap segalanya.

Rimba Pedang itu menghilang. Apa yang muncul selanjutnya, adalah sebuah pedang kuno raksasa yang melayang di atas Qin Wentian. Dan saat ini, sosok yang pernah muncul itu keluar sekali lagi, ada cahaya kekaguman yang aneh di matanya saat menatap Qin Wentian.

"Bahkan belum satu tahun berlalu. Aku tidak berpikir bahwa kau akan dapat memahami keadaan ini begitu cepat." Mata sosok itu dipenuhi dengan kekaguman. Kemampuan pemahaman Qin Wentian mengejutkannya.

Qin Wentian memperlihatkan senyum pahit di wajahnya, ia berkata dengan suara rendah, "Aku juga tidak menyangka. Namun, ini hanya percobaan kedua dan aku sudah terjebak di sini selama satu tahun. Aku ingin tahu apabila aku melanjutkan terus, berapa lama ujian ketiga akan bisa kutempuh."

Sosok itu tersenyum tapi sepertinya bukan senyum yang ada di wajahnya ketika ia berkata, "Apakah kau tahu bahwa dalam rentang waktu satu tahun ini, tidak hanya Mandat Pedangmu telah mengalami terobosan, kau bahkan sudah memahami prinsip-prinsip seni pedang yang sangat menakutkan. Apakah kau masih belum puas?"

Qin Wentian tentu mengerti apa yang dibicarakan orang itu. Wawasan kedua tentang Mandat Pedang, Lantunan Pedang, telah menerobos dari Batasan Lanjutan menjadi Batasan Transformasi. Ia hanya satu langkah lagi dari mencapai Kesempurnaan. Selain itu, ia juga mengerti bahwa dengan berhasil keluar dari Rimba Pedang, ia sudah memahami seni pedang yang sangat tirani.

"Apa nama seni pedang ini?" Qin Wentian.

"Meskipun kau telah memahami prinsip-prinsip itu, apa yang telah kau pahami dari sebuah wawasan, barulah sebuah puncak gunung es. Ayo, biar ku anugerahkan teknik alami ini kepadamu." Sosok itu tertawa dan dengan lambaian tangannya, sebuah kitab kuno terbang menuju Qin Wentian. Qin Wentian menangkapnya, fluktuasi pedang mungkin terasa berasal dari tujuh huruf tebal dan berwarna emas yang terukir di sampul kitab itu – Permainan Pedang Tujuh Kehancuran.

"Aku sangat berterima kasih." Qin Wentian membungkuk berterima kasih.

"Tidak perlu terima kasih, kau sudah melewati dua ujian. Namun, ujian berikutnya yang akan kau hadapi tidak akan mudah. Jika kau bisa melewatinya, itu berarti kau hanya selangkah lagi dari keberhasilan." Sosok itu tersenyum ketika siluetnya mulai memudar, sebelum menghilang sepenuhnya.

Seluruh dimensi itu mulai bergetar lagi. Dan dalam sekejap mata, sebuah rangkaian tangga lagi terlihat di tempat sosok tadi berdiri, membuat Qin Wentian bisa naik ke dimensi berikutnya. Jika dia lulus ujian berikutnya, ia hanya akan berada selangkah lagi dari kesuksesan.

Meskipun jalan ini tidak memiliki banyak ujian, setiap ujian sangat sulit; sampai-sampai seseorang bisa gila dalam mencobanya. Contohnya adalah Rimba Pedang, jika dia menyerah pada kemarahan dan kemurkaan yang ia rasakan, akan sangat sulit untuk mendapatkan pemahaman dan keluar dari rimba pedang itu. Ia bahkan mungkin terjebak disitu selama bertahun-tahun hingga mungkin ketidaksabarannya akan semakin menumpuk dan mencoba untuk menerobos keluar Rimba Pedang dengan kekuatan yang hanya akan membawanya pada satu jalan, jalan menuju kematian.