Chereads / Monarki Ilahi Kuno / Chapter 431 - Kemunculan Peri Qingmei

Chapter 431 - Kemunculan Peri Qingmei

Kisah-kisah tentang Qin Wentian beredar di seluruh Xia yang Agung, namun Qin Wentian sendiri tampaknya telah menghilang dari muka bumi.

Ada desas-desus mengatakan bahwa sebuah kecantikan surgawi telah muncul di Aula Kaisar Ramuan dan membawanya pergi. Namun tentu saja, kebenaran kabar burung itu tidak dapat diverifikasi.

Tidak diketahui apakah Qin Wentian masih hidup atau sudah mati. Juga tidak diketahui apakah Mo Qingcheng masih hidup atau sudah mati.

Beberapa mengatakan bahwa keduanya telah tewas, sementara yang lain mengatakan bahwa Qin Wentian masih hidup, menunggu kesempatan untuk kembali menyerbu ke Aula Kaisar Ramuan demi membalas dendam untuk Mo Qingcheng.

Waktu mengalir perlahan. Hari ini, sebuah berita yang sangat penting di Benua Iblis menyebabkan banyak keributan.

Di daerah terpencil di luar Benua Iblis, ada seseorang yang melihat seorang gadis yang cantik tak tertandingi membawa seekor burung raksasa di punggungnya, terbang perlahan di atas langit dengan susah payah. Dan setiap kali ia berhenti untuk istirahat, tanpa sadar ia akan memuntahkan darah. Pemandangan emosional semacam itu menyentuh mereka yang menyaksikan dan membuat mereka merasakan sakit di dada mereka.

Ketika berita itu beredar di seluruh Benua Iblis, kecurigaan muncul di hati banyak orang. Seorang perawan surga membawa burung siluman raksasa? Benarkah kabar burung tentang apa yang telah terjadi di Aula Kaisar Ramuan itu nyata?

Setelah mendengar kabar itu, ada beberapa orang yang segera berangkat menuju ke daerah di luar Benua Iblis itu untuk menyelidikinya, namun mereka tidak menemukan jejak seorang perawan surga membawa seekor burung raksasa di punggungnya.

Dalam sekejap mata, satu bulan lagi telah berlalu. Dari sejak Qin Wentian melakukan tindakan yang menghancurkan bumi dan mengguncang langit di Aula Kaisar Ramuan, total tiga bulan sudah berlalu.

Di suatu daerah dekat hutan pegunungan di Benua Iblis, terdapat banyak petualang dan pengembara. Namun, mereka tidak berani menjelajah terlalu dalam karena ada terlalu banyak bahaya yang tersembunyi di dalam hutan itu. Dan hari ini, di kedalaman wilayah hutan belantara itu, di atas sebuah gunung purba, sesosok raksasa terlihat terbaring di sana, begitu besar sehingga menyerupai sebuah gunung. Mata siluet raksasa itu bersinar seperti obor, namun mengandung aura sedingin es yang bercampur dengan kesedihan. Jika seseorang mendekat untuk melihatnya, mereka akan menemukan sesuatu yang sangat mengejutkan, bahwa siluet raksasa itu adalah seekor burung siluman raksasa. Dan burung raksasa itu tentu saja tidak lain adalah Qin Wentian.

Setelah pertempuran hari itu, tubuhnya menderita cedera parah. Meskipun ia sudah menjadi seekor burung raksasa perkasa dan memiliki vitalitas yang besar, ia nyaris kehilangan nyawanya. Beruntung baginya, kekuatan garis darahnya terlalu mengerikan, ia perlahan-lahan mulai memulihkan diri. Setelah tiga bulan, ia akhirnya terbangun, dan luka-luka di tubuhnya secara perlahan juga mulai menghilang. Meskipun api hidupnya belum pudar, namun hatinya telah dingin. Qingcheng, apakah gadis itu masih ada di sana?

Dan setiap pemikiran itu melintas, kesedihan di hatinya semakin terasa perih. Tatapannya seperti ujung pisau, ia hanya ingin menghabisi semua yang menghalangi jalannya untuk membalas dendam kepada Aula Kaisar Ramuan sekali lagi.

Tapi di manakah pil yang diracik Qingcheng dengan menggunakan kekuatan hidupnya itu sekarang?

Karena ia telah lama tak sadar, Qin Wentian tidak tahu bagaimana peristiwa itu terjadi setelah ia pingsan. Dia berpikir bahwa dia pasti akan mati, namun ketika ia terbangun, ia menyadari bahwa dirinya berada di dalam bopongan lembut seorang gadis yang secantik peri. Qing'er telah membopongnya di punggungnya.

Di kejauhan, angin bertiup kencang, hanya untuk membawa siluet yang berkedip-kedip indah itu muncul tepat di hadapan burung raksasa itu. Di tangannya ada beberapa ramuan obat yang ingin ia berikan kepada Qin Wentian.

Qin Wentian menatap Qing'er dan membuka paruhnya lalu membiarkan Qing'er menempatkan ramuan obat di dalamnya. Setelah itu, gadis itu berjongkok di hadapannya, bersiap untuk kembali membawanya pergi.

"Qing'er."

Pada saat itu, burung besar besar itu berbicara, menyebabkan wajah Qing'er menjadi gamang ketika ia berjalan perlahan ke sampingnya dan berdiri di sana dalam diam. Dia masih tetap seperti sebelumnya, seorang wanita dengan sedikit kata-kata.

Qin Wentian berbicara dengan suara rendah, "Kau tidak perlu menggendongku, aku hanya perlu istirahat beberapa hari lagi sebelum lukaku pulih sepenuhnya. Tetapi apa yang sebenarnya terjadi selama aku tidak sadar? Dan Qingcheng, apa yang terjadi padanya ...?"

Qing'er menatap Qin Wentian, menggelengkan kepalanya sambil menjawab jujur, "Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya."

Dia benar-benar tidak tahu. Ia hanya tahu bahwa ada seorang pendekar yang sangat kuat yang mengatakan kepadanya untuk tidak memberi tahukan tentang dirinya kepada Qin Wentian. Ia percaya bahwa sosok misterius itu tidak bermaksud jahat dan menyuruhnya seperti itu demi kebaikan Qin Wentian. Sedangkan Mo Qingcheng, Qing'er tidak tahu pasti apa yang terjadi padanya.

Qin Wentian berdiam diri. Pandangannya beralih menatap cakrawala sekali lagi.

Qing'er bisa dengan jelas merasakan kesedihan di hati Qin Wentian, namun dia tidak tahu apa yang harus dia katakan untuk menghiburnya. Keduanya terpaku dalam kesunyian untuk waktu yang lama dan setelah beberapa saat baru Qing'er menambahkan, "Mungkin, dia masih hidup."

Ekspresi Qin Wentian berubah saat ia menatap Qing'er. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa dan ekspresinya yang penuh harapan juga redup. Mungkin Qing'er berusaha menghiburnya.

"Qing'er, terima kasih."

Qin Wentian bergumam, kata-katanya menyebabkan tubuh Qing'er sedikit bergetar. Setelah itu, ia hanya duduk di tanah menemani Qin Wentian dalam diam.

Di masa lalu, dia selalu sangat misterius dan tidak akan pernah muncul atau berinteraksi dengannya, kecuali ada alasan kuat untuk melakukannya. Tapi sekarang, dia ternyata secara sukarela duduk menemani di samping Qin Wentian. Ia bisa merasakan kesedihan dan duka di hati pemuda itu sedang menyiksanya. Ia telah menyaksikan secara langsung sepak terjang Qin Wentian di Aula Kaisar Ramuan.

Saat ini, gadis itu merasa sangat lelah hanya duduk saja di sana. Saat malam tiba, Qing'er menutup matanya dan tertidur. Tubuh lembutnya bersandar ringan pada tubuh Qin Wentian. Bahkan dalam tidurnya, kecantikannya tetap sangat mempesona.

Qin Wentian menghela nafas. Dalam hatinya yang tenggelam dalam kesedihan, ia merasa sedikit tersentuh oleh tindakan Qing'er. Dia jelas tahu bahwa Qing'er terluka. Tidak hanya itu, lukanya tidak ringan. Namun, gadis itu tetap terus membawanya di punggungnya, jauh dari Benua Bulan ke daerah hutan pegunungan di pinggir Benua Iblis.

Manusia tidak terbuat dari batu atau kayu. Bagaimana bisa hati Qin Wentian tidak tergerak?

Sinar matahari yang lembut mengalir turun ke tempat itu, ketika makhluk-makhluk di hutan itu mulai bergerak menantang kehidupan. Hari ini, Qin Wentian akhirnya bisa berdiri dengan kekuatannya sendiri dan berjalan maju perlahan. Qing'er ada di sampingnya, berjalan bersama dengannya, siap untuk memberikan bantuannya jika diperlukan.

Beberapa hari kemudian, kecepatan Qin Wentian meningkat secara bertahap.

Dan beberapa hari setelah itu, ia bisa mengembangkan sayapnya dan terbang untuk waktu yang lama. Di atas langit dan mengawang di atas awan, Qing'er duduk di punggungnya sambil menatap pemandangan di bawahnya.

Pada malam hari, bulan terbit dan memancarkan cahaya gemerlapnya ke seluruh hutan pegunungan itu.

Di hutan itu, ada beberapa pendekar yang saat ini sedang melintasinya. Mereka semua adalah petualang yang datang untuk berburu binatang siluman.

Salah satu dari mereka memandang bulan yang terbit dengan pelan, dan ketika matanya beralih, ia langsung membeku seolah-olah baru saja menyaksikan sesuatu yang luar biasa.

Di puncak sebuah gunung purba di depannya, ada sebuah cadas besar. Di atas cadas besar itu, seekor burung raksasa berdiri dan menatap langit. Tubuhnya yang hitam, terlihat kontras dengan indahnya cahaya bulan yang keperakan, membentuk sebuah pemandangan yang begitu indah sehingga membuat seseorang menahan napas.

Tidak hanya itu tetapi ada juga sebuah siluet yang sangat indah di samping burung besar itu. Saat ini, wajahnya tidak lagi tertutup; parasnya tak tertandingi sehingga hanya bisa digambarkan sebagai 'sesuatu yang tidak berasal dari dunia ini'.

Seorang perawan surga yang berdiri bersama dengan seekor burung raksasa yang mengerikan. Kesan yang diberikan oleh pemandangan ini kepada mereka yang menyaksikannya terlalu kuat.

"Hmm, apa yang terjadi?" Teman-temannya bertanya, dan ketika mereka mengikuti pandangannya, ketika mata mereka terpaku pada gunung purba itu, mereka juga membeku karena perhatian mereka benar-benar terpaku ke sana.

Perawan surga itu naik ke punggung burung raksasa itu dan duduk di sana. Burung itu merentangkan sayapnya sepanjang 300 meter dan tiba-tiba mengepakkannya sehingga menyebabkan terpaan angin besar meraung menembus hutan, ia melesat ke atas langit seolah-olah ingin terbang ke arah bulan.

Kecepatan burung itu sangat cepat hingga menyebabkan hembusan angin yang menakutkan menera Qing'er, namun ia tetap duduk dengan diam di sana sambil mengagumi pemandangan dari udara.

"Betapa indahnya." Qinger mengulurkan tangannya, mencoba menangkap cahaya perak itu, hanya untuk menemukan bahwa hal itu tidaklah mungkin.

"Seni rahasia yang kau gunakan ... apakah kau tidak dapat kembali menjadi manusia?" Qing'er bergumam, suaranya merambat halus ke telinga Qin Wentian.

"Seni Pengorbanan Dewa Siluman membuatku mampu membentuk kaitan alami dengan dewa siluman dari kedelapan penjuru dan menganugerahkanku sejumlah kekuatan yang mencengangkan. Harga yang harus kubayar adalah ini. Seni rahasia ini tidak dapat melakukan perubahan kembali," Qin Wentian terus terbang sambil menjawabnya. Namun hatinya juga mendesah.

Meskipun kekuatannya melesat naik setelah bertransformasi menjadi siluman sejati, ia, yang semula adalah manusia, bagaimana bisa rela menjalani sisa hidupnya sebagai siluman?

"Pasti akan ada jalan keluarnya." Qing'er bergumam pelan ketika pandangan yang penuh perenungan menyorot di matanya.

"Memangnya kenapa kalau aku harus hidup sebagai siluman selamanya? Seekor burung raksasa penguasa langit. Sang raja langit, meskipun sebagai seorang siluman, aku ingin menjadi penguasa langit." Suara Qin Wentian berisi sedikit keganasan, sayapnya mengepak lebih keras lagi ketika ia melesat maju seperti sebuah sambaran petir.

Setelah hening sejenak, Qinger melanjutkan, "Tapi aku masih ingin kau kembali menjadi manusia …."

Qin Wentian merasakan tubuhnya bergetar ringan, saat ia melesat maju.

Sepasang manusia dan siluman itu melanjutkan perjalanan mereka. Akhirnya, sebuah kota siluman yang luas muncul di tengah belantara itu, terlihat jelas dari langit.

Di dalam Istana Danau Surga, sebuah badai angin besar tiba-tiba menerpa ketika seekor burung siluman raksasa yang menakutkan tiba-tiba turun dari langit. Raut wajah para anggota Istana Danau Surga mengalami perubahan drastis dan mengeluarkan tanda-tanda peringatan ketika mereka merasakan aura tirani yang dipancarkan oleh burung itu.

"Tunggu, bukankah itu Qing'er?"

Pada saat ini, tatapan mereka bergeser kepada siluet yang duduk di atas punggung burung itu. Baru kemudian kegugupan mereka menghilang, ketika jantung mereka mulai berdetak normal lagi.

"Qing'er benar-benar kembali di punggung burung raksasa yang begitu tangguh itu!" Beberapa tokoh bergerak maju. Burung hebat itu menjerit nyaring; embusan angin besar menderu, saat ia mendarat di suatu halaman yang luas. Matanya yang besar menyapu sekeliling, membuat mereka yang melihatnya bergetar di dalam hati mereka.

Saat ini, beberapa sosok perlahan terbang di udara. Yang memimpin kawanan itu adalah seorang wanita yang sangat cantik dan memancarkan aura yang sangat mengesankan.

Saat tatapannya terpaku pada burung besar itu, kehangatan dan kelembutan terlihat jelas di matanya. Ketika ia tiba di sebelah Qin Wentian, wajahnya yang khidmat meredup, tergantikan dengan wajah penuh kekhawatiran, "Nak, kejadian itu sangat berat bagimu."

Wajah Qin Wentian menyorotkan kebingungan dari matanya. Wanita cantik yang memimpin itu tersenyum dan menambahkan, "Namaku Qingmei."

"Peri Qingmei!"

Cahaya terang bersinar di mata Qin Wentian, ia membuka mulutnya dan menyapa, "Hormat dari seorang Junior."

Peri Qingmei mengulurkan tangannya dan dengan lembut membelai kepalanya sebelum menghela nafas dan mengalihkan pandangannya kepada sosok perawan di punggung Qin Wentian. "Qing'er, kau baik-baik saja?"

Qing'er dengan ringan menganggukkan kepalanya tetapi tidak mengatakan apa-apa.

Para anggota Istana Danau Surga yang lain berdiri tertegun di sana, Peri Qingmei ternyata muncul secara langsung? Bukan hanya itu mengapa ia begitu lembut terhadap seekor burung raksasa purba itu?

Siapa sebenarnya burung itu?

Lokasi Istana Danau Surga terletak di bagian yang sangat terpencil di Benua Iblis, jauh di kedalaman wilayah belantara itu. Mereka hampir tidak pernah berurusan dengan kekuatan eksternal dan karenanya, berita apa pun tentang Xia yang Agung tidak akan sampai kepada mereka secara tepat waktu. Selain Peri Qingmei dan beberapa orang terpilih, tidak ada anggota lain yang tahu apa yang terjadi pada Aula Kaisar Ramuan.

"Segala sesuatu yang kalian lihat sekarang harus mutlak dirahasiakan." Peri Qingmei menginstruksikan, suaranya membawa titah komando dan bergema di udara.

"Mengerti, Peri." Peri Qingmei seperti legenda bagi mereka, sebagian besar dari mereka bahkan belum pernah bertemu Peri Qingmei sebelumnya. Tentu saja, mereka memandangnya dengan penuh hormat di hati mereka, bagaimana mungkin ada di antara mereka yang tidak mematuhi perintahnya?

"Ikut aku." Peri Qingmei kemudian mengalihkan perhatiannya kembali kepada Qin Wentian dan Qing'er, sebelum berbalik dan melangkah pergi.