Chereads / Monarki Ilahi Kuno / Chapter 241 - Niat Buruk

Chapter 241 - Niat Buruk

Selama masa ini, kehidupan Leng Ning di Klan Leng bisa dianggap menyedihkan, bahkan sangat menyakitkan.

Sejak Yan Kong kalah dari Qin Wentian, ia segera melaporkan hal ini kepada pamannya. Tentu saja ia tidak akan mengatakan bahwa dialah yang membuat masalah, melainkan, calon pengantin pamannya itu yang menjalin hubungan yang sangat dekat dengan seorang pria lain.

Karena itu, Yan Tie, paman dari Yan Kong, segera mengirim orang ke Klan Leng dengan perintah agar mereka menjaga Leng Ning sebagai tahanan rumah. Tidak hanya itu, Leng Ning tidak ditahan di kediaman Klan Leng, melainkan di kediaman Klan Yan.

Hal ini membuat Leng Ning menjadi lebih takut menerima perintah Yan Tie. Ia tahu bahwa begitu ia masuk ke Klan Yan, itu sama saja dengan masuk ke dalam mimpi buruk. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan monster itu padanya, bagaimana mungkin ia sebagai seorang perempuan muda, berani masuk ke dalam tempat tinggal seorang monster?

Apa yang membuat Leng Ning semakin tertekan adalah bahwa setiap hari, Klannya menekannya untuk menerima permintaan Yan Tie. Bahkan ayahnya berusaha membujuknya tanpa henti. Kebebasannya telah dipasung, hal ini membuat Leng Ning putus asa. Ia bahkan berpikir untuk bunuh diri. Bagaimanapun, pergi ke Klan Yan sama saja dengan menjemput kematian, daripada mati karena siksaan monster itu, lebih baik ia mengakhiri semuanya dengan caranya sendiri.

Beberapa pesuruh di dalam Klan Leng yang ikut merasakan penderitaan Leng Ning, hanya bisa mendesah dalam hati. Wanita muda yang cantik seperti itu harus tersia-siakan karena nafsu seorang lelaki tua yang menjijikkan. Ini tidak adil, dan terlalu kejam. Leng Ning layak hidup lebih baik dari itu.

Saat itu, ayah Leng Ning muncul di halaman rumahnya. Melihat putrinya, ia berkata, "Leng Ning, waktunya akan segera tiba, mengapa kau belum pergi ke Kediaman Klan Yan?"

Wajah Leng Ning menjadi dingin. Ia menatap ayahnya dan menjawab, "Hehehe, Ayah, untuk mendapatkan beberapa manfaat dari Yan Tie, Klan Leng rela memilih untuk mengorbankan aku?"

"Leng Ning, apa yang kau bicarakan? Apa maksudmu mengorbankan? Yan Tie itu penulis aksara dewa tingkat ketiga yang dihormati. Ada banyak perempuan yang ingin menikah dengannya, tetapi ditolak. Jika kau benar-benar menjadi selirnya, statusmu akan segera meroket. Ini adalah kesempatan langka. Mengapa kau harus begitu keras kepala?" Sepupu Leng Ning, Leng Lin, tersenyum sinis dari sisi ayahnya.

"Wow, kesempatan langka? Mengapa tidak kau saja yang menikahinya? Mengapa kau malah mendorong agar aku yang melakukannya?" Leng Ning tertawa dingin.

"Hmm. Aku sudah menemukan seseorang yang spesial," Leng Lin bersandar pada pemuda yang berdiri di sisinya. Wajahnya dipenuhi dengan perasaan lebih hebat, yang mewakili kesombongan dan keangkuhan.

"Leng Ning, kau harus tahu betapa pentingnya hal ini bagi Klan Leng. Tidak hanya itu, Klan Leng juga tidak lagi memiliki penulis aksara dewa. Jika kita ingin mengangkat martabat Klan ke tingkat yang lebih layak, kita hanya bisa mendapatkannya dengan meminjam kekuatan Yan Tie," ayah Leng Ning terus membujuknya.

"Menyedihkan, karena kita tidak punya penulis aksara dewa, lalu Klan Leng rela melakukan hal-hal yang rendah demi martabat dan nama besar? Yang menggelikan adalah bahwa Klan Leng akhirnya meminta bantuan orang lain dan tega menjualku, semua hanya demi kepentingan segelintir orang ... Kalian semua benar-benar tak tahu malu!"

Hati Leng Ning benar-benar gelap, ia tidak lagi menganggap dirinya bagian dari Klan Leng. Fan Le benar, mengapa ia tinggal di klan seperti itu? Semakin cepat dia pergi, semakin baik. Tidak ada harapan lagi di sini.

"Leng Ning." Tepat saat itu, sebuah suara tiba-tiba terdengar. Leng Ning gemetar, ia mengenali suara ini. Pandangan dingin di matanya langsung menghilang, tergantikan oleh senyum, saat ia berbalik dan berlari ke arah suara itu.

"Apa yang kau lakukan?" Ayah Leng Ning berteriak.

"Itu bukan urusan ayah," Leng Ning mengabaikan ayahnya. Di sampingnya, seekor anak anjing putih salju berlari mengiringi menuju pintu gerbang kediaman Klan Leng.

Qin Wentian sebenarnya merasa agak tertekan. Setelah ia tiba di Klan Leng, para penjaga menghalangi jalannya meskipun tahu bahwa ia adalah teman Leng Ning. Insiden ini membuat Qin Wentian samar-samar merasakan bahwa situasi Leng Ning saat ini tidak begitu baik.

Sebuah bayangan putih melompat ke dadanya. Qin Wentian mengacak-acak bulu di kepala Bajingan Kecil sambil tersenyum, "Apakah kau merindukanku?"

"Yiyiyaya!" Sebuah suara menggema dalam benaknya, Bajingan Kecil terus menggosok kepalanya di dada Qin Wentian, tampak sangat menggemaskan.

Sesosok indah muncul di depannya. Orang ini tidak lain adalah Leng Ning, garis kelelahan terlihat jelas di wajahnya saat memandang Qin Wentian sambil tersenyum. "Bagaimana kabarmu di Perkumpulan Menjangan Putih? Pasti kau menghabiskan banyak waktu bersama Guru Bailu, kan?"

"Lumayan baik, kurasa." Qin Wentian dengan ringan menganggukkan kepalanya, mempertahankan ekspresi tak acuhnya. Hal ini menyebabkan Leng Ning mendelikkan matanya, bahkan menghabiskan begitu banyak waktu dengan sebuah kecantikan sebesar Bailu Yi hanya sekadar 'lumayan baik' baginya?

"Bagaimana denganmu?" tanya Qin Wentian, saat menatap wajah lelah gadis itu ia merasakan perasaan bersalah di hatinya. Ia terlalu asyik meneliti dan mempelajari aksara dewa selama ini dan lupa tentang situasi Leng Ning.

"Tidak terlalu buruk, kurasa, hanya saja aku tidak terbiasa tidak mendengar seseorang membual di sekitarku." Leng Ning tersenyum.

Qin Wentian mengalihkan pandangannya ketika melihat ayah Leng Ning, serta pasangan yang mereka temui sebelumnya, muncul di belakang Leng Ning. Wajah mereka, terutama ayah Leng Ning, sangat tidak enak dilihat. Qin Wentian mengerti saat itu, bahwa senyum di wajah Leng Ning adalah senyum terpaksa.

"Heh heh, aku tidak menyangka kau masih berani menunjukkan wajahmu." Ayah Leng Ning tertawa dingin melihat Qin Wentian. Sumber kemarahan Yan Tie tidak lain adalah pemuda di depannya ini, karena ia dikabarkan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Leng Ning.

Tanda tanya muncul di dalam pikiran Qin Wentian, 'mengapa ia tidak berani menunjukkan wajah di sini?'

"Sepupu, demi orang ini, kau menolak menikah dengan Klan Yan?" Leng Lin menghampiri dengan senyum di wajahnya. "Sedangkan kau, setelah menyinggung Yan Tie, kau bersembunyi begitu lama namun masih berani menampakkan dirimu sekarang?"

Baru sekarang Qin Wentian mengerti. Yan Tie yang aneh, adalah monster yang diceritakan Leng Ning kepadanya waktu itu.

Mengenai masalah 'menyinggung Yan Tie', ini tentu ada hubungannya dengan Yan Kong. Manusia hina itu tidak berani membalas dendam sendiri dan memilih memberi tahu pamannya. Akibatnya Leng Ning tak bisa tidak terseret di dalamnya.

Qin Wentian tidak merasa perlu menanggapi Leng Lin. Bahkan, ia malah merasa agak sedih. Kepribadian Leng Lin telah terbentuk dan dibesarkan dalam lingkungan seperti itu.

"Apa pendapatmu tentang hal itu?" Qin Wentian langsung bertanya pada Leng Ning. Ia tidak mempedulikan Leng Lin, yang berdiri di samping, membuat wajahnya cemberut karena tidak senang. Orang ini terlalu sombong, beraninya ia bersikap seperti itu di dalam kediaman klannya.

Mata indah Leng Ning memandang Qin Wentian. Meskipun ia memiliki beberapa pemikiran di dalam hatinya, ia akhirnya memutuskan untuk tidak melakukannya. Klan Yan terlalu kuat, bahkan meskipun Qin Wentian adalah penulis aksara dewa peringkat ketiga, bagaimana ia bisa dibandingkan dengan orang tua aneh itu, yang telah mencapainya beberapa tahun lebih dahulu? Ia tahu bahwa sangat sulit berurusan dengan Yan Tie, dan ia tidak ingin menyeret Qin Wentian ke dalamnya. Bagaimanapun, masalah ini tidak ada hubungannya dengan pemuda itu.

"Dia dan Bailu Yi adalah pasangan yang sempurna." Leng Ning menghela nafas. Setelah itu, ia mengangkat kepalanya dan tersenyum kepada Qin Wentian. "Kalian harus pindah, tempat ini menjadi terlalu kacau, tidak lagi cocok untuk kalian semua untuk tetap tinggal di sini."

"Hehe, sepupu cukup cerdas." Leng Lin mencibir. Sepertinya Leng Ning tidak ingin ada tragedi atau kemalangan menimpa teman-temannya, itulah sebabnya ia memutuskan semua bentuk hubungan di antara mereka. Bagaimanapun, tidak peduli seberapa perasaan yang ditanggungnya, ia tetap harus pergi. Jika ia tidak melakukannya, kemalangan pasti akan menimpa, Leng Lin, sebagai gantinya.

"Gadis ini …." Qin Wentian tanpa sadar mendesah ketika menyadari bagaimana Leng Ning menghindari tatapannya. Meskipun kata-katanya kadang-kadang keras, hatinya hanya dipenuhi dengan kebaikan.

"Penulis aksara dewa tingkat ketiga, kan?" Qin Wentian bergumam sambil berjalan ke arah Leng Ning, dan menarik tangannya. Tindakannya membuat Leng Ning membeku saat menatap Qin Wentian tanpa berkedip.

Seulas senyum, seperti semburat sinar matahari, bersinar di wajahnya. "Hal ini tidak serumit yang kau bayangkan."

Setelah mengatakan hal itu, Qin Wentian menatap ayah Leng Ning lalu berkata, "Leng Ning milikku sekarang. Jika Yan Tie menginginkannya, suruh dia bicara padaku."

Qin Wentian membuatnya jelas maksudnya dengan mengatakan hal itu. Ayah seperti itu adalah sebuah kegagalan. Qin Wentian menarik tangan mungilnya, lalu berjalan menuju pekarangan rumah Leng Ning.

Mata Leng Ning cemerlang laksana Lampu yang menyala terus-menerus. Melihat senyum cerah di wajah Qin Wentian, jantungnya berdebar kencang.

Entah bagaimana orang ini masih sama seperti sebelumnya, membual seperti biasa tanpa peduli dunia.

Tetapi saat ini, ia tampak sangat bisa diandalkan.

"Jika aku bisa menjadi kekasihnya, betapa ajaibnya itu." Leng Ning berpikir dalam hati. Namun segera setelah menyadari pikirannya, wajahnya memanas tanpa sadar. Ia pasti sudah gila, mengapa gagasan ini muncul di benaknya?

Ayah Leng Ning, Leng Lin dan kekasihnya berdiri terdiam kehilangan kata-kata. Orang ini terlalu sombong, apakah ia memperlakukan dirinya sebagai penguasa tempat ini?

Jika Yan Tie menginginkan Leng Ning, ia harus berbicara dengan Qin Wentian secara langsung? Apakah dia tidak tahu resiko dan tanggung jawab mengucapkan kata-kata itu?

"Eh, berapa lama kau ingin memegang tanganku?" Setelah kembali ke rumahnya, Leng Ning memelototi Qin Wentian.

Baru saat itulah Qin Wentian melepaskan cengkeramannya, menggosok hidungnya dengan canggung.

"Hmff, kau terlalu menggampangkan, kau belum bertanya apakah aku menyetujuinya atau tidak." Leng Ning mendengus, namun ia sepertinya tidak bisa menyembunyikan kesenangannya. Jelas ia hanya bercanda, jika Qin Wentian benar-benar memintanya menjadi kekasihnya, Leng Ning pasti akan setuju.

"Yah, tentu saja kau boleh memilih untuk menolak," kata Qin Wentian, sambil menatapnya.

"Kau …." Leng Ning terdiam, setelah melihat senyum yang tidak mirip senyum di wajah pemuda itu. Apakah bajingan ini tidak mengerti hati wanita? Ia harusnya memberi sedikit ruang agar seorang wanita bisa mundur tanpa kehilangan muka, kan?

Pria ini terlalu nakal, terlalu sombong. Leng Ning menggertakkan gigi karena frustrasi.

"Baiklah, anggap saja aku terlalu lancang. Kau bisa mencampakkan aku setelah masalah ini selesai." Qin Wentian mengerti bahwa Leng Ning tetap saja masih seorang perempuan muda. Untuk meminta seorang pria untuk berpura-pura menjadi kekasihnya? Berapa banyak gadis yang berani memulai pembicaraan seperti itu? Bahkan jika mereka tidak malu-malu, mereka tentu akan khawatir ditolak atau disalahpahami.

"Hmph, baiklah kalau begitu." Leng Ning tersenyum puas.

"Oh Leng Ning, bukankah kau pernah mengatakan bahwa kandidat asli seharusnya adalah Leng Lin? Hal ini sangat mudah diselesaikan, karena klanmu dapat menukar calonnya dengan dirimu, seharusnya tidak jadi masalah jika dikembalikan lagi kepada Leng Lin." Qin Wentian mengangkat bahu, merasa agak tidak senang ketika memikirkan kata-kata kasar Leng Lin.

Mata Leng Ning berkedip geli saat mendengar kata-kata Qin Wentian. Setelah itu, ia menyeringai dan memandang Qin Wentian, "Kau sangat nakal."

Namun, dalam hati ia sangat senang. Ya, ini memang ide yang sangat bagus!