Chereads / Monarki Ilahi Kuno / Chapter 242 - Keputusan Yan Tie

Chapter 242 - Keputusan Yan Tie

Ayah Leng Ning dan sepupunya terus memburunya. Sementara Leng Ning selalu menolak untuk pergi ke Klan Yan. Setiap hari, paksaan demi paksaan terus dilancarkan terhadap Leng Ning. Dan Klan Leng pun tanpa henti menekan ayah Leng Ning. Karena hanya memiliki tingkat kultivasi yang biasa saja, status ayah Leng Ning dalam klan cukup rendah. Hal ini juga yang menjadi alasan Klan Leng memilih untuk mengorbankan Leng Ning.

Kekuasaan menentukan status, sementara status menentukan bagaimana orang memperlakukan kita.

Sementara bagi Leng Lin, jika Leng Ning masih menolak untuk pergi, maka masalah baginya belum sepenuhnya tuntas. Bagaimanapun, ia adalah calon yang lebih dulu dipilih.

Leng Ning menampakkan senyum yang sangat kaku ketika melihat ayahnya dan Leng Lin berjalan ke arahnya. Meskipun baginya Qin Wentian adalah seorang pembual, namun entah bagaimana, berada di sisinya memberinya rasa aman. Mungkin itu karena kepercayaan diri yang dipancarkannya sangat tinggi, tampak tidak peduli, sepintas bagaikan angin dan awan yang melintas.

Namun apabila ada sesuatu yang membuatnya marah, dia pasti akan mengamuk tak tertahankan membuat siapapun yang menyebabkan hal itu merasa ketakutan dan penyesalan. Yan Kong telah merasakannya sendiri.

"Sungguh pasangan yang 'serasi'," Leng Lin berbicara dengan nada aneh, sambil mencibir, "Leng Lin, kau sebaiknya memikirkan hal ini dengan baik. Jika Yan Tie benar-benar marah, bahkan jika kekasihmu ini memiliki sepuluh nyawa, hal itu masih belum cukup."

"Lalu apa hubungannya dengan dirimu?" Leng Ning membalas, nadanya membuat Leng Lin tertegun. Leng Ning tampaknya telah meraih kepercayaan diri yang tinggi, ia tidak lagi mudah dikontrol seperti sebelumnya.

"Tentu saja, itu ada hubungannya denganku. Kau adalah bagian dari Klan Leng. Lagi pula, aku selalu memikirkan kebahagiaanmu. Jika kau menikah dengan Klan Yan, itu jelas merupakan keberuntungan." Mata Leng Ning berkedip dengan rasa tidak sabar yang hampir tidak dapat disembunyikan.

"Apakah kau yakin bahwa jika seorang wanita bisa menikahi Yan Tie artinya ia sangat beruntung?" Qin Wentian menatap Leng Lin, saat mengajukan pertanyaan dengan ekspresi yang sangat serius.

Leng Ning mengerutkan alisnya. "Tentu saja."

"Kalau begitu, aku merasa jauh lebih baik sekarang. Awalnya aku khawatir kau tidak bahagia, tapi sekarang setelah aku tahu bahwa kau menganggap pernikahan dengan Yan Tie adalah sebuah keberuntungan, maka kami harus dengan tulus memberi selamat kepadamu apabila itu terjadi." Qin Wentian tertawa, membuat kilatan rasa dingin melintas di mata Leng Lin. Ia tidak bisa berkutik saat menjawab, "Bukan aku yang akan menikah dengan Yan Tie. Leng Ning-lah calonnya."

"Ah, aku tidak memiliki takdir untuk menikmati keberuntungan sebesar itu. Aku harus menyerahkan kesempatan luar biasa itu kepada sepupuku, kalau begitu," Leng Ning mengangguk, senyum ceria tersungging di bibirnya. Melihat wajah Leng Lin, ia mengerti bahwa Leng Lin terus menekannya karena kegelisahan di hatinya sendiri.

Lelaki yang berdiri di samping Leng Lin mengerutkan keningnya, saat aura yang sangat buruk memancar keluar. Sikap Qin Wentian dan Leng Ning membuatnya sangat tidak nyaman. Mereka ingin kekasihnya menikahi Yan Tie? Bukan itu artinya mereka telah menghinanya?

"Apakah kau mengerti arti dari ungkapan 'mulutmu harimaumu'?" Pemuda itu menatap Qin Wentian, ketika sebuah senyum dingin menggantung di bibirnya.

Qin Wentian balas menatap pemuda itu dengan senyum ramah, tetapi jawabannya sangat tajam bagaikan gunting yang memotong kertas, "Karena Leng Lin percaya itu adalah pertukaran yang menguntungkan, kami akan meminta Klan Leng untuk mengganti calonnya kembali menjadi dirinya. Bagaimanapun, aku merasa dia lebih cocok. Oh, omong-omong, bisakah kalian pergi sekarang? Kalian mengganggu kami"

"Hehe." Leng Lin tertawa dingin sambil bersandar pada lengan pemuda itu sambil mengejek. Qin Wentian ini tidak tahu arti kematian.

Senyum di wajah pemuda itu semakin dingin. Setelah itu, ia berbalik dan membawa Leng Lin pergi dan menatap Qin Wentian dengan jijik. "Ingat apa yang kau katakan hari ini. Aku akan menyampaikan kata-katamu kepada Klan Leng."

Ketika tiba di pintu masuk pekarangan Leng Ning, pemuda itu terus melangkah keluar, saat simbol-simbol rahasia terbentuk di permukaan tanah. Dengan satu ayunan langkahnya, aksara dewa itu membuat sebuah tombak panjang terwujud dan tiba-tiba, dengan tendangan yang kuat, ia mengirim tombak yang sangat tajam itu meluncur secara eksplosif menuju ke arah Qin Wentian.

"Huh ...." Ayah Leng Ning menghela nafas, ini merupakan serangan aksara dewa di puncak tingkat kedua.

Qin Wentian menyapu telapak tangannya ke luar lalu dengan mudah menghalau tombak panjang itu ke samping. Pendekar aksara dewa di puncak tingkat kedua hanya memiliki kekuatan yang setara dengan pendekar di puncak Peredaran Nadi. Bagaimana hal itu bisa melukainya?

Sementara penulis aksara dewa tingkat ketiga setara dengan pendekar tingkat Yuanfu.

"Hmm, kekuatanmu tidak terlalu buruk. Tapi apakah kau tahu apa tingkatan aksara dewa itu?'' Pemuda itu melipat tangannya, sangat arogan, dengan Leng Lin dengan dingin tertawa di sisinya. Untuk mencapai tingkat kedua dalam aksara dewa pada usia yang sangat muda, masa depan pemuda ini tidak terbatas. Bakatnya tak terukur, dan begitu ia melangkah ke tingkat ketiga, statusnya di Klan Leng tentu saja akan melambung.

Dengan dengusan jijik, pemuda itu menjentikkan lengan bajunya dan berbalik berniat untuk pergi. Namun saat itu, sebelum ia bisa mengambil satu langkah kaki, suara kaki menghentak ke tanah bergema, membuat dirinya membeku takjub. Sebuah suara desingan tajam bergema, serta perasaan akan datangnya marabahaya. Pemuda itu segera berbalik dan mengangkat tangannya untuk melepaskan serangan. Namun, ia hanya melihat seekor Burung Besar raksasa yang mengerikan menghantamnya. Saat suara dentuman terdengar, tanpa sadar ia terpaksa mundur, jubahnya terkoyak dan sekujur tubuhnya dipenuhi luka.

Akhirnya, pemuda itu berhasil menghalau bayangan Burung Besar raksasa itu. Ia mengangkat kepala dan membelalakkan matanya kepada Qin Wentian, wajahnya berubah pucat setelah menyadari bahwa Qin Wentian telah melepas aksara dewa lainnya. Bayangan kedua dari seekor Burung Besar raksasa lain terwujud.

"Kau bahkan terlalu punya nyali untuk menyebut bahwa gambar kekanak-kanakan yang kau lepas tadi adalah aksara dewa?" Qin Wentian menatap pemuda itu, membuat wajahnya mengalami perubahan drastis. Ia menatap Qin Wentian dengan perasaan terguncang, pikirannya dipenuhi dengan ketidakpercayaan. Bagaimana mungkin Qin Wentian bisa menulis aksara dewa tingkat tiga?

Ia mengerti dengan sangat jelas seberapa tinggi pencapaiannya dalam penulisan aksara dewa itu, dan alasannya muncul di Klan Leng sebenarnya bukan karena Leng Lin. Tujuan sebenarnya adalah untuk meraih kesempatan memasuki Ajang Kompetisi Aksara Dewa yang akan datang.

Wajah Leng Lin berubah pucat, tanpa sadar ia menggigil dan mati rasa melihat kejadian di depan matanya itu.

"Semua ini sudah berakhir …." Leng Lin menatap senyum di wajah Qin Wentian, saat ia tiba-tiba merasakan tubuhnya menjadi dingin. Leng Ning telah menemukan pendekar aksara dewa tingkat ketiga untuk menjadi kekasihnya. Sekarang, bagaimana mungkin Klan mau menerima kerugian karena memberikannya kepada Yan Tie? Qin Wentian masih muda, potensinya belum habis, jadi jika mereka masih bersikeras pada keputusan mereka, bukankah itu berarti menyinggung perasaannya?

Saat itu, karena lelaki yang menjadi kekasihnya hanyalah seorang penulis aksara dewa tingkat kedua, Klan Leng tentu akan memutuskan untuk menggantikan calonnya. Sekarang ... tak disangka bahwa situasinya berbalik sekali lagi, Leng Lin gemetar hebat. Baru sekarang ia mengerti arti percakapan Qin Wentian yang tadi.

"Menyingkir!," Qin Wentian mengucapkan satu kata. Pemuda itu hanya bisa menarik Leng Lin pergi.

Ayah Leng Ning berdiri di sana, dengan terpukau. Ia terkesima dalam tatapan kagum pada pemuda di hadapannya, apakah ini kekasih putrinya? "Hhuff ...." Ia menarik napas dalam-dalam, senyum manis muncul di wajahnya saat ia berbicara kepada Leng Ning. "Nak, kau harus tahu bahwa aku punya alasan sendiri untuk melakukan apa yang aku lakukan. Ayahmu tidak memiliki status dalam klan. Aku tidak punya kekuatan untuk menolak keputusan para tetua."

"Bisakah ayah pergi saja?" Leng Ning tidak ingin terus berbicara dengan ayahnya.

Ekspresi ayah Leng Ning goyah lalu ia mengangguk pada Qin Wentian dan meninggalkan tempat itu. "Kekuasaan? Status? Alasan apa itu, ia bahkan tidak berani membela putrinya sendiri. Tekanan yang diberikan oleh klan memang harus diakui, tetapi meskipun bakatnya rendah, dengan sumber daya yang tersedia, ia harusnya tetap dapat mencapai kekuatan yang lebih baik jika ia berupaya lebih banyak dalam kultivasi. Menyalahkan orang lain karena kebodohan diri sendiri, betapa menggelikan.".

Qin Wentian menepuk bahu Leng Ning, mencoba menghiburnya.

Leng Ning memalingkan matanya yang merah ke arahnya. Setelah melihat wajah Qin Wentian, baru ia bisa tersenyum.

"Terima kasih telah ada di sini." Leng Ning merasakan kehangatan mengalir di hatinya. Ia tidak pernah mengalami perasaan terlindungi oleh orang lain.

"Tidak masalah, bagaimanapun aku seorang tuan guru aksara dewa." Qin Wentian tersenyum, membuat Leng Ning mendelikkan matanya lagi. "Berhentilah bersikap pongah, Bocah Bandel."

"Oh, sekarang setelah kau menunjukkan bakatmu sebagai penulis aksara dewa tingkat tiga, aku khawatir klan kami ingin kau berpartisipasi dalam kompetisi antara para pendekar aksara dewa mewakili Klan Leng." Leng Ning tiba-tiba teringat akan ajang itu.

"Kompetisi ...." Qin Wentian merenung. Bailu Yi telah memberitahukan hal ini sebelumnya. Namun, tidak mungkin ia setuju untuk ikut serta mewakiiKlan Leng, karena ia sudah berjanji kepada Bailu Yi.

"Ya, kompetisi antar ahli aksara dewa ini diselenggarakan oleh kekuatan transenden bernama Graha Pemburu Bintang yang berasal di Benua Bulan ini. Mereka yang memperoleh tiga peringkat teratas akan diizinkan untuk memasuki sebuah Dunia Rahasia di mana ujian sesungguhnya akan dilakukan. Masing-masing peserta yang memenuhi syarat dapat membawa orang lain untuk masuk ke sebuah dunia rahasia bersama mereka. Peringkat pertama akan memiliki sepuluh tempat, peringkat kedua akan memiliki delapan tempat, sedangkan peringkat ketiga akan memiliki tiga tempat."

"Tidak hanya di Kota Timur, kota-kota besar lainnya di Benua Bulan juga akan mengadakan kompetisi ini, membuat kekuatan-kekuatan transenden itu dapat memilih anggotanya untuk memasuki Dunia Rahasia itu. Itulah sebabnya mengapa Klan Leng ingin mengambil kesempatan ini dan berharap bahwa Klan Yan akan memberikan beberapa tempat kepada mereka. Klan Yan dapat dianggap sebagai salah satu klan paling terkenal di Kota Timur, dan akan memenangkan salah satu dari tiga peringkat teratas, atau malah menjadi salah satu pemenang," jelas Leng Ning.

Qin Wentian mencocokkan informasi ini dengan apa yang didengarnya dari Bailu Yi dan perlahan memahami lebih dalam mengenai masalah ini.

Klan Leng, karena tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan slot masuk ke Dunia Rahasia, telah memilih untuk mengorbankan Leng Ning demi Klan Yan. Karena itu seharusnya tidak masalah jika ia membantu Bailu Yi menang dan kemudian memberikan beberapa tempat kepada Klan Leng.

Dan memang, seperti yang sudah diperkirakan, dalam beberapa hari kemudian, ada utusan dari Klan Leng yang datang mengunjungi Qin Wentian. Kejadian ini membuat Leng Ning dengan jelas melihat perbedaan sikap mereka, bagaikan air dan api.

"Wentian, ah, Leng Ning selalu menjadi anak yang sangat patuh sejak ia masih muda. Tidak hanya itu, dia juga sangat cantik, dan sekarang setelah dia menemukan seseorang yang luar biasa seperti kau, aku dapat benar-benar menyerahkannya tanpa khawatir." Kakek Leng Ning tersenyum berseri-seri dan memperlihatkan wajah yang sangat ramah. Namun, Leng Ning telah mengatakan kepada Qin Wentian sebelumnya bahwa kakeknya ini tidak pernah tersenyum padanya. Ia hanya akan memperhatikan cucu dengan bakat luar biasa. Leng Ning sebenarnya tak pernah memiliki arti bagi Klan Leng.

Ketika Klan Leng ingin Leng Ning menikah dengan Yan Tie, kakeknya ini sangat menyetujui keputusan itu. Di matanya, Leng Ning hanyalah alat.

"Ya," Qin Wentian menjawab dan berpura-pura sopan.

"Aku sudah mengirim orang untuk berunding dengan Klan Yan, tidak perlu khawatir." Kakek Leng Ning tersenyum senang. Namun saat itu, seseorang menghampiri dengan tergesa-gesa dan membuat dahi lelaki tua itu berkerut. "Ada masalah apa?"

Orang itu menatap Qin Wentian dan Leng Ning, tetapi tidak menjawab.

"Wentian dan Leng Ning bukan orang luar, kau bisa mengatakan apa yang kau inginkan," kata kakek Leng Ning.

"Ya, Tuan." Orang itu mengangguk. "Yan Tie menolak calonnya ditukar lagi, dia bilang dia hanya menginginkan Leng Ning. Dan terhadap Qin Wentian, Klan Leng sebaiknya tidak ikut campur dan tidak berhubungan lagi dengannya. Jika tidak, Yan Tie tidak ingin kita menyesal atas kemarahannya."

Wajah Kakek Leng tiba-tiba berubah. Pandangannya yang ramah di matanya memudar, digantikan oleh cahaya yang berkedip-kedip. Tidak diketahui apa yang dipikirkannya.

Apa yang sedang dilakukan Yan Tie? Klan Leng sudah memberinya banyak hadiah, mengapa ia tidak setuju untuk menukar calon pengantinnya?

"Tidak ada cara untuk membicarakan hal ini?" Kakek Leng bertanya dengan dingin.

"Tidak, Tuan Tie benar-benar marah ketika aku memberitakan hal ini kepadanya. Bahkan, ia mengatakan agar kita mengirim Nona Leng Ning sesegera mungkin, jika tidak ... kita akan menerima akibatnya. Tidak hanya itu, ia berkata agar aku menyampaikan berita kepada seseorang agar dia bersiap menunggu kematian." Utusan itu menundukkan kepalanya, sementara wajah Kakek Leng menjadi sangat tidak sedap dipandang. Kata-kata ini memang sesuatu yang akan dikatakan Yan Tie. Adapun 'seseorang' yang dimaksud jelas mengacu pada Qin Wentian.

Pasti ada sesuatu hal lain yang terjadi antara Yan Tie dan Qin Wentian. Klan Leng harus memilih salah satu dari keduanya.

Qin Wentian adalah seorang penulis aksara dewa kelas tiga yang masih sangat muda; masa depannya tidak terbatas.

Yan Tie adalah seorang penulis aksara dewa kelas tiga yang matang dengan banyak pengalaman; tingkat pencapaiannya saat ini pasti melampaui Qin Wentian. Jika mereka memilih Qin Wentian saat ini, itu artinya mereka melepaskan kesempatan untuk mendapatkan tempat untuk masuk ke Dunia Rahasia. Selain itu, mereka harus berkorban banyak dalam hal lain untuk melindungi Qin Wentian dari kemarahan Yan Tie. Jawaban Yan Tie telah membuat niatnya jelas; Kematian Qin Wentian akan terjadi ditangannya.

"Aku pergi dulu." Kakek Leng memaksakan senyum saat mengucapkan selamat tinggal. Dari sikapnya, Qin Wentian sudah bisa menyimpulkan pemikiran Kakek Leng tentang dilema ini. Mengenai Yan Tie yang menyarankan bahwa dirinya harus bersiap menghadapi kematian, apakah si Tua Bangsat itu mampu melakukan hal seperti itu? Ia ingin mencari tahu seberapa kuat si Tua Bangsat itu sebenarnya!