Chereads / Monarki Ilahi Kuno / Chapter 213 - Hati Mistis Tujuh Lubang

Chapter 213 - Hati Mistis Tujuh Lubang

Putri Kaisar Ramuan, Luo He, telah meninggalkan Kediaman Klan Mo, namun emosi sukacita dan kebahagiaan masih bisa dirasakan memenuhi atmosfer.

Hal ini terutama berlaku bagi Kakek Mo dan orang tua Mo Qingcheng. Putri mereka mendapatkan takdir seperti itu, bagaimana mungkin mereka tidak bahagia?

"Xiaoyun, aku benar-benar harus berterima kasih," kata Kakek Mo dengan sopan kepada Hua Xiaoyun, yang berada di sisinya. Namun, Bai Fei hanya menyeringai ketika mendengar kata-katanya. Berterima kasih kepada Hua Xiaoyun? Jika bukan karena Mo Qingcheng memang benar-benar memiliki bakat, bagaimana bisa gurunya yang terhormat menerima Mo Qingcheng sebagai murid hanya karena untuk menghormati Hua Xiaoyun?

Tidak hanya itu, jika bukan karena menghormati kakak laki-laki Hua Xiaoyun, gurunya yang terhormat bahkan tidak akan melakukan perjalanan ke Kediaman Klan Mo.

"Qingcheng memiliki Hati Mistis Tujuh Lubang, itu sebabnya ia sangat dihormati oleh Senior Luo He. Ini tidak ada hubungannya denganku, kakek Mo, Anda tidak perlu bersikap sopan." Hua Xiaoyun tertawa, padahal sebenarnya, ia juga terpana dengan hasilnya. Mo Qingcheng ternyata memiliki Hati Mistis Tujuh Lubang yang legendaris. Jika itu yang terjadi, Mo Qingcheng pasti akan matang untuk menjadi salah satu pilihan langit di masa depan. Tidak heran ia terlihat begitu murni dan tenang, namun juga penuh dengan kecerdasan.

Saat itu, Hua Xiaoyun sudah berpikir, jika ia bisa memperbaiki hubungannya dan Mo Qingcheng entah bagaimana caranya, atau bahkan lebih baik, jika ia berhasil merayunya ….

Karena itu, Hua Xiaoyun memutuskan untuk tinggal di Kediaman Klan Mo, jadi ia akan memiliki peluang yang lebih baik untuk lebih dekat dengan Mo Qingcheng.

"Haha, aku juga tidak mengharapkan hal ini." Kakek Mo tertawa gembira, dengan volume yang sedemikian rupa sehingga orang-orang dari kejauhan pun bisa mendengarnya. Memang, mereka yang berasal dari Kekaisaran Xia yang Agung berbeda dan berkali-kali lebih berpengetahuan. Apa itu Hati Mistis Tujuh Lubang? Apa tingkat bakat seperti ini, ketika tidak ada seorang pun di negeri Chu yang pernah mendengarnya sebelumnya? Jika Mo Qingcheng tinggal di negeri Chu sepanjang hidupnya, bukankah bakatnya akan terpendam?

Kakek Mo dan rombongannya mendekati pintu masuk suatu halaman. "Apakah Qingcheng masih dalam mood yang buruk?" Kakek Mo menanyai penjaga yang berdiri di sana.

"Nona Kecil mengatakan bahwa ia sangat ingin keluar dari sini." Penjaga itu membungkuk, merasa tidak berdaya.

Wajah Kakek Mo menjadi muram ketika ia memasuki halaman, hanya untuk melihat Mo Qingcheng berdiri di sana, menatap penjaga itu. Kakek Mo berseru dengan marah, "Hentikan omong kosongmu."

Mo Qingcheng menatap kakeknya, tekadnya bisa terlihat berkedip-kedip di matanya yang indah saat ia menjawab, "Kakek, Kakek membatasi kebebasanku sejauh ini. Dalam hal itu, tidak peduli seberapa hebatnya Aula Kaisar Ramuan, aku tidak akan bergabung dengan mereka."

"Lancang!" Kakek Mo membentak, saat ia menatap Bai Fei dan teman-temannya di sampingnya. Bai Fei mengerutkan alisnya, tampak sangat tidak senang. Meskipun Mo Qingcheng memiliki Hati Mistis Tujuh Lubang, tanpa Aula Kaisar Ramuan yang akan mendidik dan mengembangkan keterampilannya, bakatnya hanya akan sia-sia. Tapi sekarang, seolah-olah Aula Kaisar Ramuan yang memintanya untuk bergabung dengan mereka, di mana harga diri mereka? Harusnya mereka tahu bahwa banyak orang ingin bergabung dengan Aula Kaisar Ramuan, tetapi akhirnya ditolak.

"Qingcheng, jangan katakan hal seperti itu lagi," Kakek Mo membentak marah.

"Ini bukan kata-kata kemarahan, Kakek. Bahkan jika Kakek menyekapku dan mengirimku ke sana dengan paksa, aku tidak akan bekerja keras dalam mengembangkan diri." Mo Qingcheng menatap Kakek Mo, nada suaranya terdengar sedikit keras kepala.

"Kau ... kau ...." Kakek Mo sangat marah sehingga ia hampir tidak bisa bernapas. "Baik, aku akan mengizinkanmu keluar, tapi seseorang harus ikut bersamamu."

"Aku akan pergi sekarang." Mo Qingcheng melompat, saat ia membubung ke angkasa, kecepatan tindakannya membuat Kakek Mo langsung berubah menjadi tak bisa berkata-kata.

"Kakek Mo, kami akan mengikuti adik seperguruan, Anda tidak perlu khawatir." Pemuda-pemuda di samping Bai Fei tersenyum. Kakek Mo mengangguk setuju, "Jika begitu, aku tidak bisa meminta sesuatu yang lebih lagi."

Jing Yu dan Yan Qi dengan ringan mengangguk, dan kemudian terbang mengejar Mo Qingcheng. Bai Fei menatap kosong pada mereka, lalu menghentakkan kakinya dengan marah dan setelah itu mengikutinya. Kedua bajingan ini pasti jatuh terlalu dalam dan terpesona oleh kecantikan Mo Qingcheng, sehingga, mereka segera ingin mengambil kesempatan untuk mengambil hatinya. Betapa menyebalkan, karena sebelumnya, ia adalah pusat perhatian mereka.

Setelah meninggalkan Kediaman Klan Mo, Mo Qingcheng dengan cepat terbang menuju ke Pondok Bambu untuk mencari Qin Wentian.

Setelah melihat ekspresi sedih di wajahnya, Qin Wentian dengan lembut mencubit pipinya yang halus lalu ia tertawa, "Apa yang terjadi? Siapa yang berani mengganggu Qingcheng-ku?"

"Bodoh bau, kau masih punya mood untuk bercanda." Mo Qingcheng mendelikkan mata kepada Qin Wentian dengan sorot kepahitan yang tersembunyi.

"Jangan sedih, bukankah hal yang baik bahwa Putri Kaisar Ramuan menemukan bakatmu? Kau pasti akan menjadi ahli ramuan yang hebat di masa depan." Qin Wentian tersenyum, menghibur Mo Qingcheng. Pada kenyataannya, ia mendesah dalam hati; ia tidak tahan membiarkan Mo Qingcheng pergi, tetapi ia tidak bisa terlalu egois. Ia tidak bisa membantu mengembangkan kemampuan kultivasi Mo Qingcheng.

"Hati Mistis Tujuh Lubang, aku belum pernah mendengar hal ini sebelumnya. Aku yakin bakatmu pasti setinggi langit." Qin Wentian terus tersenyum.

Melihat bagaimana Qin Wentian terus menghiburnya, Mo Qingcheng juga merasa lebih baik. Ia bersandar pada tubuh Qin Wentian saat tatapan mereka bertemu dan merasakan detak jantung satu sama lain.

Senyum lembut dan berseri-seri bisa terlihat di mata Mo Qingcheng, begitu indah sehingga menyebabkan denyut nadi Qin Wentian menjadi cepat. Mo Qingcheng menyandarkan kepalanya ke dada kekasihnya sambil memeluknya erat. Ia lalu bergumam dengan suara rendah, "Jika kau bilang tidak, aku tidak akan pergi."

"Pergilah, mengapa kau tidak ingin pergi?" Qin Wentian dengan lembut mengacak-acak rambut Mo Qingcheng dan menatap cakrawala. Saat ini, emosinya sangat rumit; ia ingin Mo Qingcheng memiliki masa depan yang baik, namun ia juga tidak tahan berpisah darinya.

"Setelah kau memasuki Aula Kaisar Ramuan, aku yakin banyak yang akan mencoba untuk merayumu. Jangan tergoda, ya?" Qin Wentian bercanda.

Mo Qingcheng menarik kepalanya dari dada Qin Wentian, mengamati ekspresinya lalu tanpa sadar terkikik, "Apa ... ada yang cemburu ya? Kau harus berusaha lebih keras jika ingin merayuku, ya?"

Setelah mengatakan hal itu, ia mengepalkan tangan mungilnya ke udara.

"Tentu saja." Qin Wentian tertawa, sambil mengangguk. Keduanya duduk di tepi sungai, saling membelai dan berpelukan bersama, menikmati saat-saat tenang yang langka ini.

Senja itu, matahari terbenam sangat indah. Merahnya matahari terbenam melukiskan warna merah tua yang indah di langit, saat Qin Wentian dan Mo Qingcheng duduk bersama, menatap awan di cakrawala.

"Huff ... betapapun indahnya matahari terbenam, pada akhirnya tetap harus tenggelam, kan?" Setelah melihat gelap yang datang, Mo Qingcheng merasa sedikit melankolis. Tiba-tiba, ia berdiri dan berlari.

"Ke mana kau akan pergi?" Qin Wentian bangkit mengikuti Mo Qingcheng. Setelah itu, ketika ia berhasil menyusul, Mo Qingcheng sudah berbaring di tempat tidur di dalam pondok jerami kecil, menatap Qin Wentian dengan matanya yang bening dan jernih.

"Kau baik-baik saja?" Ia bertanya dengan suara rendah dan melangkah mendekat.

"Aku ingin tinggal di sini malam ini." Suara Mo Qingcheng sangat lembut, sangat lembut sehingga sulit untuk didengar.

Qin Wentian menatapnya membisu, membuat pipi Mo Qingcheng merona. Rasa malu bisa terlihat di matanya, ketika ia mengerti apa yang dipikirkan pemuda itu.

Perasaan hangat mengalir di hatinya, dan ia bertanya-tanya akan perasaannya itu.

"Gadis bodoh." Qin Wentian setengah berlutut di samping tempat tidur, lalu dengan ringan mencium bibir Mo Qingcheng yang harum. Matanya melebar dan pipinya semakin memerah, semakin menggemaskan. Perlahan ... matanya tertutup saat ia menyerah, dan hanyut menikmati sensasinya.

Entah berapa lama, bibir mereka pun terlepas. Qin Wentian tertawa melihat betapa merahnya wajah Mo Qingcheng. "Pulanglah dulu. Apakah Kakek Mo akan membunuhku jika dia tahu apa yang kita lakukan? Aku masih harus pergi ke Klan Mo di masa depan untuk melamarmu."

"Baiklah ...." Mo Qingcheng duduk, pada titik itu ia memahami bahwa Qin Wentian tidak ingin dirinya terjebak di antara pemuda itu dan keluarganya. Saat duduk dari tempat tidur, ia menghujani dahi Qin Wentian dengan kecupan sebelum berjalan menuju pintu. Setelah mencapai pintu, ia berbalik dan tersenyum ke arah Qin Wentian, "Sebelum aku pergi, aku akan menunggu sampai urusanmu di negeri Chu beres. Biarkan aku menemani langkahmu sampai selesai, di jalan yang telah kau pilih."

"Dan satu lagi, Qin Wentian, kau telah mencuri ciuman pertamaku. Dalam masa kehidupan ini, kau tidak boleh meninggalkanku, atau aku tidak akan membiarkanmu hidup."

Mo Qingcheng menyatakan semua ini dalam kemarahannya yang manja, setengah bercanda setengah serius. Lalu ia berbalik dengan senyum cerah di wajahnya, kemudian terbang ke angkasa dan semakin menjauh. Namun, tepat setelah ia berbalik, air matanya sudah tak terbendung, menetes membasahi pipinya; ia tidak kuasa berpisah dari Qin Wentian.

Qin Wentian berjalan menuju pintu masuk, dan dengan kerinduan di matanya dan kepahitan di hatinya, ia menatap kepergian Mo Qingcheng menghilang dari garis pandangnya. Bagaimana dirinya bisa tahan berpisah dari Mo Qingcheng? Siluetnya melesat, ketika ia melompat, terbang mengejarnya.

Di luar Hutan Bambu, Yan Qi dan Jing Yu dihadang oleh Ouyang Kuangsheng ketika mereka mencoba masuk. Wajah mereka sangat tidak sedap dipandang, ketika mereka melihat betapa terlambatnya itu, tapi Mo Qingcheng belum juga keluar.

Namun saat itu, sebuah sosok anggun terbang keluar dari Hutan Bambu. Ouyang Kuangsheng berbalik, dan setelah melihat percampuran antara sukacita dan kesedihan di wajah Mo Qingcheng, jantungnya berdebar kencang. Ia bisa merasakan kedalaman emosi di mata Mo Qingcheng.

Mo Qingcheng tidak memperhatikan mereka, atau lebih tepatnya, dia tidak peduli pada mereka saat ia terus terbang menuju Kediaman Klan Mo.

Qin Wentian juga segera terbang keluar dari Hutan Bambu. Pikirannya dipenuhi kata-kata perpisahan Mo Qingcheng yang bergema tak henti, lalu ia menghela nafas tanpa henti menenangkan hatinya.

"Ingat, Qin Wentian, kau telah mencuri ciuman pertamaku. Dalam masa kehidupan ini, kau tidak boleh meninggalkanku, atau aku tidak akan membiarkanmu hidup."

Ia bisa merasakan kedalaman perasaan gadis itu padanya dan ia tahu bahwa dalam masa kehidupan ini, tidak peduli berapa lama atau seberapa jauh jaraknya, ia tidak akan pernah melupakan Mo Qingcheng.

Jing Yu mengerutkan kening saat ia menghadang Qin Wentian. Ia menatapnya dan bertanya dengan tak acuh, "Kau Qin Wentian?"

Qin Wentian memandangnya. Pemuda ini pasti menjadi murid Putri Kaisar Ramuan, Luo He. Tatapan yang ia arahkan pada Qin Wentian, sangat jelas dipenuhi dengan kebencian.

''Terlepas dari apa hubunganmu dengan Mo Qingcheng di masa lalu, mulai sekarang dan seterusnya, kau harus berhenti membayangkan dirinya. Kalian berdua adalah orang-orang dari dunia yang berbeda; burung phoenix tidak ditakdirkan untuk bersama dengan burung gagak," kata Jing Yu, nada suaranya terdengar tenang. Dengan Hati Mistis Tujuh Lubang, Mo Qingcheng pasti akan menjadi salah satu murid pilihan Aula Kaisar Ramuan mereka.

"Dia benar. Mungkin ada banyak orang yang memulai sebagai kekasih semasa kecil. Tetapi setelah tumbuh dewasa, perbedaan status mereka secara perlahan menjadi lebih lebar dan semakin melebar seperti perbedaan antara langit dan bumi, selamanya ditakdirkan untuk tidak bisa bersatu. Akan lebih baik jika kau tidak membangun hayalan tentang itu. Jangan mengundang penderitaan bagi dirimu sendiri, dan menjauhlah dari hidupnya mulai sekarang."

Kata-kata Yan Qi bahkan lebih kasar dan lebih menghina, namun nada suaranya sama tenangnya dengan Jing Yu.

Bai Fei melirik sekilas ke arah Qin Wentian. Meskipun ia tidak menyukai Mo Qingcheng, gurunya sangat menghargai bakat Mo Qingcheng. Ia juga mendesak, "Lepaskan dan lupakan saja. Itu lebih baik untuk kalian berdua."

Setelah berbicara demikian, ketiga orang dari Aula Kaisar Ramuan berangkat, meninggalkan Ouyang Kuangsheng yang murka. Sialan, kenapa mereka begitu sombong? Bahkan dirinya, Ouyang Kuangsheng yang begitu terkenal jahat, tidak sampai tega sejauh itu.

"Wentian, abaikan mereka. Semua ahli ramuan memiliki kepribadian seperti ini. Mereka sudah terlalu terbiasa menerima para pendekar yang kuat yang memohon agar diracikkan pil dan obat lainya karena itu mereka merasa bahwa mereka lebih hebat dibandingkan yang lain. Jangan terlalu memikirkan mereka." Ouyang Kuangsheng muncul seolah-olah ia sedang berusaha menghibur Qin Wentian. Tindakannya tanpa sadar membuat Qin Wentian merasa heran dan tertawa. Ouyang Kuangsheng yang sembrono dan liar ini ternyata juga tahu bagaimana menghibur orang lain?

"Jangan khawatir, seperti yang mereka katakan, phoenix tidak akan pernah bersama dengan gagak. Kalau begitu, bagaimana dengan unicorn? Haruskah ia peduli dengan pendapat kuda-kuda 'biasa' itu?'' Qin Wentian berkata sambil tertawa, membuat Ouyang Kuangsheng tertegun saat mendengar kata-katanya. Sesaat kemudian, ia tertawa terbahak-bahak karena setuju, "Ya, kau benar sekali. Mengapa unicorn peduli tentang pendapat 'kuda' biasa?"