Chereads / Monarki Ilahi Kuno / Chapter 159 - Sebuah Kunjungan

Chapter 159 - Sebuah Kunjungan

Setelah hari persembahan tahunan berlalu, warga Negeri Chu menyambut dimulainya tahun baru.

Namun, pada awal tahun baru ini, ketenangan warga Negeri Chu mulai terusik. Mayoritas warga terlibat dalam kekerasan ketika pergolakan pecah di Negeri Chu.

Pasukan yang membangkang dan susah diatur yang berkedudukan di dekat perbatasan Negeri Chu, banyak yang sudah mulai mengibarkan bendera pemberontakan terhadap Negeri Chu. Tidak ada yang menyangka bahwa gelombang kerusuhan, gejolak, dan kekacauan yang dahsyat seperti itu akan mengguncang Negeri Chu hanya dalam beberapa hari, tepat setelah pergantian tahun.

Pihak yang memegang kekuasaan dan memerintah Negeri Chu mulai goyah seolah bisa runtuh kapan saja.

Tentu, ada orang-orang dengan indera yang lebih tajam yang sudah bisa mengatakan bahwa api peperangan akan mengamuk di seluruh negeri dalam waktu beberapa hari. Kejadian ini tentu bukan sesuatu yang terjadi dalam semalam. Di balik kekacauan ini, mestilah ada persiapan yang telah direncanakan dengan hati-hati dalam rentang beberapa tahun. Saat mereka secara rahasia telah menerima perintah, semua penyamaran selama ini akan ditinggalkan karena pasukan pemberontak akan secara terbuka menyerang kota-kota di Negeri Chu, tanpa menyentuh warga Chu dan membiarkan pasukan Chu yang menyerah tetap hidup. Sasaran mereka satu-satunya adalah Penjaga Naga Chu, yang secara langsung berada di bawah komando klan kerajaan.

Di dunia yang berorientasi pada kekuatan ini, mereka yang berkultivasi tidak terlalu peduli tentang siapa yang memerintah negara mana.

Klan kerajaan adalah kekuatan terkuat di suatu negara. Namun demikian, tidak ada yang peduli siapa yang memiliki wewenang untuk memerintah atau tidak. Selama penguasa tidak menghalangi gerakan mereka, para pendekar tidak peduli. Jika penguasa entah bagaimana membuat marah para pendekar di negara tertentu, wewenang pemerintah juga akan terguncang jika para pendekar itu menyatukan kekuatan.

Bahkan ketika api peperangan berkobar di berbagai kota di sekeliling Negeri Chu, anak-anak muda berbakat masih tetap bersemangat menuju ibukota kerajaan Chu.

Itu karena semua perguruan bela diri besar di Negeri Chu sudah memulai perekrutan. Ini adalah kesempatan yang ditunggu-tunggu oleh para pendekar muda berbakat. Daripada memikirkan siapa yang akan memerintah, mereka tentu saja akan lebih khawatir akan masa depan mereka sendiri.

Dan karena itu, bagi beberapa pemuda yang sangat berbakat, pilihan antara mendaftar di Perguruan Kerajaan atau Perguruan Bintang Kekaisaran menjadi dilematik. Setelah penggabungan antara Perguruan Kerajaan dan Sekolah Tinggi Militer Kerajaan, tingkat kekuatan mereka secara keseluruhan menjadi berimbang, setara dengan Perguruan Bintang Kekaisaran. Dan sekarang, kompetisi dan pergesekan antara kedua perguruan itu sudah menjadi pengetahuan umum.

Para pemuda dan pemudi Negeri Chu berkumpul di perbatasan ibukota kerajaan Chu ketika sebuah berita menyebar dari ibukota kerajaan.

Hari ini, setelah penggabungan, para elit dari Perguruan Kerajaan akan mengunjungi Perguruan Bintang Kekaisaran. Berita seperti itu langsung mengguncang seluruh ibukota kerajaan, menarik perhatian khalayak ramai. Kunjungan ini menjadi sangat penting bagi para pendekar muda dalam memilih perguruan.

Hari ini, Qin Wentian mengakhiri latihannya di ruang tertutup. Meskipun Francis memberikan banyak sumber daya berharga kepadanya, tapi masih belum cukup untuk mengembangkan Seni Perubahan Bentuk Siluman.

Mengembangkan Seni Perubahan Bentuk Siluman membutuhkan jumlah inti siluman yang sangat banyak. Namun, satu kabar baik yang membuat Qin Wentian senang adalah ia menemukan bahwa tubuhnya sangat cocok untuk mengembangkan Seni Perubahan Bentuk Siluman itu. Seolah-olah seni kultivasi khusus ini telah dibuat untuknya. Darahnya menggelegak dengan rasa senang dan penuh semangat.

Qin Wentian menciptakan sebuah Lukisan Aksara Dewa serta sebuah surat yang kemudian ia kirimkan ke Graha Senjata Dewa. Dia percaya bahwa Lukisan Aksara Dewanya akan dapat membantunya dalam memperoleh sumber daya kultivasi yang ia butuhkan.

Saat berjalan ke tengah halaman, Qin Wentian tiba-tiba mendengar tarikan napas dalam dari sesuatu yang berbulu. Sebuah bayangan putih yang kabur melesat dan tiba-tiba melompat ke dalam pelukannya.

"Teman kecil, apakah kau merindukanku?" Qin Wentian mengusap kepala Bajingan Kecil sambil tersenyum.

Mata besar anak anjing itu menatap Qin Wentian. Itu menjilat wajahnya, tampak sangat menggemaskan.

"Wentian." Setelah melihat Qin Wentian mengakhiri latihan tertutupnya, Qin Chuan dan Qin Yao bergegas menghampiri.

"Ayah, Kakak." Qin Wentian tersenyum. Setelah melihat alis Qin Chuan yang bertaut erat, ia tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Ayah, apakah ada yang salah?"

"Wentian, selama beberapa hari ini ketika kau mengasingkan diri untuk berlatih, banyak hal yang telah terjadi di Negeri Chu." Qin Yao menarik Qin Wentian ke kursi ketika mereka duduk bersama dan menyampaikan kepada Qin Wentian tentang informasi apa yang terjadi selama beberapa hari terakhir ini

Setelah mendengar kata-kata Qin Yao, ombak besar melintas di hati Qin Wentian lalu surut.

"Sepertinya Kakek Qin sudah melakukan persiapan sejak lama." Qin Wentian menghela nafas. Selama setahun terakhir, ia selalu bekerja keras, ingin menyelamatkan ayah dan kakeknya dari penjara. Namun pada kenyataannya, tidak perlu baginya untuk membuat gerakan sama sekali. Bahkan jika ia tidak melakukan intervensi, tidak ada yang akan terjadi pada Qin Wu dan Qin Chuan.

"Wentian, mengenai rencana itu, aku juga tidak tahu. Kakekmu menyembunyikan banyak hal dariku." Qin Chuan menghela nafas.

"Dalam hal perebutan kekuasaan, dia juga tidak punya pilihan. Jika leluhur kita Qin Wu benar-benar menjadi korban Chu saat itu, jika Kakek tidak melakukan apa yang ia lakukan, kediaman Qin kita pastilah sudah dibantai dengan kejam. Ini memang tindakan yang harus dilakukan pahlawan sejati," gumam Qin Wentian.

"Ada sesuatu yang mencurigakan di balik kematian leluhur kita. Jika tidak, berdasarkan kemampuan kakekmu, tidak mungkin ia bisa meyakinkan begitu banyak kekuatan untuk memberontak. Hanya leluhur kita saat itu yang memiliki prestise semacam itu." Qin Chuan menghela nafas lagi.

"Hmm, kehidupan manusia harus seperti nyala kembang api dan memiliki kesadaran yang jelas. Bagaimana seseorang bisa hidup sebagai boneka orang lain?" Qin Wentian tersenyum. Klan kerajaan Chu tidak memiliki karakter yang baik.

"Ya, jika Klan Qin tidak memberontak, kita hanya akan menunggu kematian." Qin Chuan berdiri dan berseru dengan aura seorang pahlawan. Kesetiaan leluhur mereka tidak begitu penting baginya. Pertama, kematian yang mencurigakan dari leluhurnya Qin Wu, diikuti oleh evakuasi Klan Qin ke Kota Langit Selaras, serta penindasan dari semua kekuatan lainnya. Ini sudah seperti membunuh para anjing pemburu sesudah buruannya didapat. Mereka mungkin juga memberontak hanya untuk melanjutkannya.

Saat itu terdengar langkah kaki mendekat dari luar halaman. Qin Wentian mengalihkan pandangannya, hanya untuk melihat Fan Le mendekat. Setelah melihat Qin Wentian, Fan Le berteriak kegirangan, "Bos, kau akhirnya menyelesaikan latihan tertutupmu. Chu Tianjiao membawa orang-orangnya berkunjung ke Perguruan Bintang Kekaisaran hari ini. Kabarnya tujuan kunjungannya adalah untuk membawa kakak Qin Yao pergi. Potongan sampah itu terlalu sombong; kunjungan tai anjing! dia jelas bermaksud untuk memancing keributan dengan kita."

"Negeri Awan Salju juga konyol. Siapa Kakak Qin Yao bagi mereka? Apakah mereka pikir mereka dapat membawanya pergi hanya dengan mengatakannya? Tak disangka mereka masih ingin memanfaatkan kunjungan ke Perguruan Bintang Kekaisaran sebagai alasan." Kemarahan membakar hati Qin Wentian. Jangankan menyebutkan fakta bahwa Putra Mahkota Negeri Awan Salju telah mengkhianati Qin Yao. Bahkan jika pengkhianatan itu tidak terjadi, Qin Yao juga tidak akan mau bersamanya. Apakah hanya karena mau menyelamatkan wajahnya, dan kebanggaan Negeri Awan Salju, ia harus memaksa Qin Yao untuk menurut?

Menurut Xiao Lǜ siapa dirinya?

"Itulah yang kupikirkan juga. Seberapa arogan dirinya? Semoga Perguruan Bintang Kekaisaran bisa memadamkan semangat mereka. Bos, ayo kita pergi dan menonton." Fan Le berseru.

"Benar." Qin Wentian mengangguk.

"Aku juga ikut." Qin Yao menyejajarkan langkah dan menggamit tangan Qin Wentian.

Qin Wentian menatap Qin Yao lalu tersenyum. "Tentu, menurut Putra Mahkota Negeri Awan Salju dirinya itu siapa? Bagaimana mungkin dia pantas dengan kakak perempuanku?"

"Yup, adikku di masa depan akan jauh lebih luar biasa dibandingkan dengan Putra Mahkota Negeri Awan Salju." Senyum di wajah Qin Yao menyembunyikan jejak kenakalan di dalamnya.

Ekspresi kepuasan muncul di wajah Qin Chuan ketika menyaksikan seberapa dekat Qin Wentian dan Qin Yao. Ia sangat senang. Meskipun Qin Wentian adalah putra angkatnya, status Qin Wentian di hatinya tidak kalah dari Qin Yao; dia mirip dengan putranya yang sebenarnya.

Chu Tianjiao membawa murid Perguruan Kerajaan yang baru menggabungkan diri dengan Sekolah Tinggi Militer Kerajaan untuk berkunjung. Karena semua orang sudah tahu tentang hal itu, Perguruan Bintang Kekaisaran tentu saja tidak menolak. Sebaliknya, mereka membuka pintu lebar-lebar ketika mereka menyambut para tamu itu.

Meski ada yang berniat mau memprovokasi mereka, mereka hanya bisa menanggapi dengan ramah.

Di arena pusat Perguruan Bintang Kekaisaran, sudah ada kerumunan yang berkumpul di sana. Banyak siswa berdiskusi dengan sungguh-sungguh di bawahnya. Hari ini, mereka melihat banyak senior elit tingkat Yuanfu muncul. Biasanya, para senior ini jarang muncul di dalam perguruan, tetapi hari ini, banyak dari mereka berdiri di sana sebagai bukti yang menunjukkan seberapa kuat tekanan yang diberikan Perguruan Kerajaan yang baru kepada Perguruan Bintang Kekaisaran.

Di kejauhan, sebaris siluet perlahan mendekat. Orang-orang ini semuanya remaja sekitar usia 20 tahun, dan masing-masing dari mereka memiliki pembawaan yang luar biasa. Ketika mereka berjalan bersama, perasaan takdir tampaknya mengelilingi mereka, memancarkan gelombang aura yang hebat.

Mereka yang mengetahui situasi ini memahami bahwa mereka yang datang hari ini, bukan saja adalah elit dari Perguruan Kerajaan yang baru, ada juga para ahli dan jenius dari Negeri Awan Salju. Tidak hanya itu, bahkan ada beberapa elit dari Istana Sembilan Mistis di dalam kelompok itu.

Tentu saja ini memberikan tekanan luar biasa pada Perguruan Bintang Kekaisaran. Saat itu, Kakek Gu duduk di tribun penonton dan alisnya berkerut saat menatap siluet yang perlahan mendekat. Kali ini, segalanya tidak terlihat baik.

Perguruan Bintang Kekaisaran akan kesulitan menangani rombongan seperti itu.

"Wentian, kau di sini." Seketika, Kakek Gu memperhatikan kedatangan Qin Wentian, dan ia tanpa sadar tersenyum.

Qin Wentian bisa dikatakan sebagai salah satu elit paling mengerikan yang pernah ia saksikan sejak saat ia berada di perguruan. Tentu saja, dia menyukai Qin Wentian.

"Kakek Gu." Qin Wentian mengangguk hormat saat ia berjalan ke arahnya. Setelah mendekatinya, Qin Wentian membungkuk hormat, begitu juga saat melihat Mustang. "Guru."

"Ayo, duduk di sampingku." Kakek Gu tertawa, saat ia memanggil Qin Wentian. Kerumunan di bawah hanya bisa menghela nafas iri dan kagum. Saat ini, posisi Qin Wentian di dalam perguruan telah melebihi posisi Tetua. Saat itu, setelah upaya pembunuhan, Tetua Janus dibantai di tempat sebagai peringatan bagi mereka yang berani bergerak melawan Qin Wentian.

"Wentian tidak akan sungkan-sungkan kalau begitu." Qin Wentian dengan rendah hati berkata saat duduk di samping Kakek Gu.

"Aku sebenarnya menunggu untuk melihat kapan saatnya kau menjadi tidak sungkan." Kakek Gu membelai janggutnya sambil tertawa, "Cucu perempuanku itu terlalu nakal. Kapan kau akan membantuku untuk mengendalikannya?"

"Er …." Qin Wentian tertegun dan berkedip cepat.

"Apa? Apakah kau tidak mau?" Kakek Gu berseru pura-pura marah.

"Tidak, aku bersedia, aku mau." Qin Wentian tergesa menambahkan.

"Haha, kalau begitu, itu berarti kau sudah setuju. Aku akan memberi tahu cucuku tentang hal ini suatu hari nanti." Kakek Gu melanjutkan, membuat wajah Qin Wentian membeku, lalu ia tertawa pahit. Tampaknya ia baru saja jatuh ke dalam perangkap ....

"Kakek Gu, Anda benar-benar …." Qin Wentian terdiam.

"Apa yang salah dengan hal itu? Dari sudut pandangku, Wentian, temperamenmu sangat cocok dengan Nona Mo." Qin Yao, yang berdiri di samping, tertawa.

"Nah, kakakmu juga setuju denganku." Kakek Gu juga tertawa. Alisnya yang tadi terjalin erat akhirnya mengendur.

Chu Tianjiao dari Perguruan Kerajaan berharap para Tetua Perguruan Bintang Kekaisaran masih dalam keadaan yang baik.

Pada saat itu, suara suara terdengar. Untuk sesaat, kegembiraan yang dirasakan Kakek Gu, terganggu, hanya untuk melihat ekspresi dingin di wajahnya ketika dia mengalihkan pandangannya, menatap siluet yang saat ini telah tiba di bagian bawah tribun penonton.

Semua orang ini menyembunyikan niat jahat, tetapi meskipun demikian, mereka masih menjaga sopan santun. Mereka semua membungkuk ke arah Perguruan Bintang Kekaisaran, menunjukkan rasa hormat mereka kepada Tetua mereka.

"Bolehkah aku bertanya pada Pangeran ke-3, apa alasan Anda mengunjungi Perguruan bintang kekaisaran hari ini?" Kakek Gu menatap Chu Tianjiao dan bertanya dengan suara yang jelas.

"Putra Mahkota Negeri Awan Salju, Xiao Lǜ, ada di sini untuk menjemput Qin Yao kembali ke Negeri Awan Salju dalam kemuliaan. Namun, ia mengalami kegagalan berkali-kali karena Perguruan Bintang Kekaisaran menolak. Jadi, kami tidak punya pilihan selain mengatur kunjungan ini. Kami berharap bahwa Tetua Perguruan Bintang Kekaisaran tidak akan mempersulitnya dan merusak hubungan antara Negeri Chu dan Negeri Awan Salju; Namun, aku memahami bahwa kata-kataku tanpa tekanan dan tidak cukup untuk mempengaruhi keputusan para Tetua. Karena itu, aku hanya bisa membawa beberapa rekanku sesama murid dari sekte yang sama, berharap dapat menerima petunjuk dan bimbingan dari Perguruan Bintang Kekaisaran."

Chu Tianjiao berbicara dengan sopan, kata-katanya sempurna, tanpa cacat. Ia berada di sini dalam kapasitas sebagai Pangeran ke-3 Negeri Chu, serta atas nama Perguruan Kerajaan untuk meminta petunjuk.