Di era Pemerintahan Penyihir, biasanya hanya Penyihir dan keturunan mereka yang bisa menjadi bangsawan.
Ayah Marvin bukanlah seorang penyihir, tetapi kakek dari pihak ayah adalah penyihir. Kakek Marvin anggota berpangkat tinggi di aliansi Penyihir selatan. Dia dan pengikutnya sudah mulai merintis bahkan sebelum Kota Pinggiran Sungai di bangun. Sebagai penyihir dari aliansi, dia memimpin untuk membersihkan banyak lahan-lahan yang belum dijelajahi untuk dijadikan wilayah baru. Sesuai perjanjian dengan Aliansi Penyihir dan para perintis dari Penyihir, bagian tanah yang di peloporinya, yang dikenal sebagai Lembah Sungai Putih, akan menjadi wilayahnya sendiri.
Karena status mereka sebagai wilayah yang baru diperoleh dan dekat dengan alam liar, wilayah ini diberi lebih banyak kebebasan daripada kota-kota utama lainnya yang berada di selatan. Mereka tidak banyak menerima perintah dari Aliansi Penyihir, selain membayar pajak secara rutin. Tetapi ketika ada keadaan darurat, mereka harus bisa menjawab panggilan dari aliansi penyihir.
Kakek Marvin memiliki dua orang anak. Yang pertama Jean, ayah Marvin, dan yang kedua Miller. Setelah kematian dari kakeknya Marvin, Jean menerima Lembah Sungai Putih sebagai ahli waris yang sah. Dan Miller, dia tidak memiliki hak untuk mewarisi wilayah tersebut, sebagai gantinya dia memperoleh cukup banyak uang dan setelah bertemu secara pribadi dengan Jean untuk mendapatkan lebih banyak lagi, lalu meninggalkan Lembah Sungai Putih.
Marvin sekarang ingat bahwa pamannya yang telah pergi selama bertahun-tahun. Dia tiba-tiba kembali ke selatan tahun lalu. Rupanya bisnisnya berkembang dan dia adalah seorang pengusaha yang sangat kaya. Miller membeli tempat di Kota Pinggiran Sungai. Kedua bersaudara ini jadi sering bertemu dan Jean sangat senang karena adik laki-lakinya telah kembali. Dia tidak mengeluarkan biaya sepeserpun untuk menyambut dia kembali ke rumah.
Dalam ingatan pemuda yang tidak berdosa ini, walaupun Paman Miller itu sangat pelit, hubungan dengan saudaranya sangatlah baik.
Tetapi bagi Marvin saat ini, ada berbagai macam petunjuk dalam ingatan itu.
Tubuh ayahnya tiba-tiba mulai memburuk hanya setengah tahun setelah Miller kembali ke Kota Pinggiran Sungai. Ayahnya sedang berada pada masa primanya dia baru berumur 40 tahun dan tubuhnya sangat kuat bagaikan kerbau! Walaupun dia tidak memenuhi syarat untuk menjadi seorang penyihir, untuk seorang Petarung peringkat 2 yang pernah membunuh dengan satu tangan seperti seekor babi liar yang telah bermutasi yang mengganggu di wilayahnya, sangat tidak mungkin jika fungsi tubuhnya bisa memburuk sebanyak ini dalam waktu yang singkat.
Bahkan jika itu adalah penyakit, itu akan sangat sulit untuk memberikan banyak masalah pada seorang Petarung yang kuat dan tegap.
Namun justru karena penyakit yang tak terduga yang menyebabkan Jean, ayah Marvin, meninggal setengah tahun yang lalu. Marvin baru saja berumur 14 tahun waktu dia mewarisi wilayah beserta gelarnya. Dia mulai memerintah wilayahnya secara perlahan dan dengan tekun.
Beberapa tahun terakhir ini sangat sulit untuk ditangani oleh anak berumur 14 tahun. Tapi hasilnya tidaklah terlalu buruk.
'Meskipun bocah polos itu agak lemah, dia cukup berbakat dalam mengelola wilayah itu.'
'Miller datang ke acara pemakaman ayahku dan memalsukan air matanya. Dia juga mengatakan beberapa kata aneh.'
'Kembalinya dia dan kematian ayahku terlalu kebetulan; dia mungkin campur tangan dalam hal ini. Karena dia tidak mewarisi wilayah tersebut, Miller selalu membenci ayahku. Mungkin kejadian ini adalah tujuan dia selama ini. Dia menjadi kaya dan datang kembali untuk balas dendam kepada kami.
'Mungkin dia ingin mengambil alih ahli waris Lembah Sungai Putih. Selama aku mati, adik laki-lakiku, Wayne, pastilah bukan tandingannya. Dia hanya menyuap Geng Acheron dan balai kota di Kota Pinggiran Sungai dan Lembah Sungai Putih akan menjadi miliknya!'
...
Dalam waktu singkat, Marvin memikirkan banyak hal.
Paman Miller cukup mencurigakan. Tapi mereka tidak punya cukup bukti untuk mendukung teori ini.
"Apakah Paman Miller merencanakan ini atau tidak, kita perlu menyelidikinya."
Marvin dengan cepat menyarankan, "Mungkin kedua Anggota geng Acheron itu bisa menjelaskan masalah ini."
"Apa maksud anda?"
"Ikuti aku, diam-diam." Marvin menambahkan, "Pastikan untuk membuat salah satu dari mereka tetap hidup."
...
Di gang dekat pintu depan Penginapan Kuda Ganas, Pencuri yang bosan itu melihat pemandangan yang tak berubah di depannya.
Di kakinya ada jam pasir yang sebagian besar pasirnya sudah jatuh ke bawah. Ini berarti sudah waktunya untuk sinyal rahasia.
"Wanita itu mungkin sudah tidur seperti kayu. Apa yang harus kita perhatikan lagi? Aku mendengar bos kita menyukai makhluk setengah peri ini, dan ingin menangkapnya hidup-hidup. Mungkin besok bos kita akan mengurusnya."
Pencuri itu bermain dengan belatinya sambil berpikir. Dia memperhatikan atap yang tidak jauh dimana penjaga yang satu lagi dengan hati-hati dan dengan tekun memperhatikan penginapan tersebut.
Tapi pada saat itu, matanya tiba-tiba menyadari sesuatu! Sebuah bayangan sembunyi-sembunyi mendekati pria yang berada di atas atap.
"Siapa itu!"
Si Pencuri menajamkan matanya. Persepsinya luar biasa tinggi untuk dapat melihat orang ini yang sedang menggunakan skill [Menghilang].
'Pencuri dari geng lain?'
Tepat ketika di membuka mulutnya untuk memperingatkan Pencuri lainnya, dia tiba-tiba merasakan sesuatu yang dingin di belakangnya!
'Sialan! Seseorang dapat melihatku saat menggunakan [Menghilang]?
Dia tiba-tiba berbalik dan melihat seorang pendekar pedang setengah peri yang sedang memegang pedang dan sedang berlari ke arahnya.
Matanya terkunci padanya. Dia tahu dimana tempat persembunyiannya.!
Si Pencuri bereaksi dengan cepat, mengambil gerakan yang gesit untuk lari ke arah gang, karena dia tidak mungkin bisa menghadapi si pendekar pedang dalam keadaan seperti ini.
Namun, pada saat bersamaan, sebuah bayangan tiba-tiba muncul di sudut matanya.
Bayangan yang dengan cekatan melompat dari atap dan mendarat tepat di depannya, dan menghalangi jalannya.
Si Pencuri dengan kaget melihat tubuh temannya yang berada di atas atap, mulutnya kering.
Ini sudah pasti pembunuhan…
Mungkinkan orang ini benar-benar pembunuh bayaran?
Dari semenjak dia menyadari ada yang menyelinap ke arah temannya hingga pendekar pedang setengah peri itu muncul, hanya berjarak sekitar 2-3 detik saja dan dia sudah membunuh temannya yang di atap.
Ini tidak bisa dibayangkan!
Dari mana para anggota geng di area bisnis yang bisa membunuh dengan metode seperti ini! Si Pencuri tidak tahu berapa banyak orang yang telah dia bunuh dengan skill seperti itu.
Tapi ketika melihat wajah si pembunuh, dia kaget. "Itu kamu! Kenapa kamu tidak mati…" Pencuri itu tidak bisa berkata-kata.
Pedang Anna ditekan ke arah punggungnya, dan dengan suara dingin dia berkata, "Kamu memiliki dua pilihan, bekerja sama dengan kami, atau mati."
Si Pencuri dengan patuh melepaskan belatinya dan mengangkat tangannya. Dia telah menyerah tidak melawan. Kelihatannya si bangsawan yang lemah itu sebenarnya adalah seorang pembunuh yang menakutkan, belum lagi si manusia setengah peri yang merupakan petarung level 4. Jika terjadi pertarungan, dia tidak akan memiliki kesempatan melawan.
"Ikat dia, aku tahu ada gudang kosong tidak jauh dari sini," kata Marvin dengan lembut.
...
Di utara kota, di gudang yang di tinggalkan.
"Aku bersumpah! Aku sudah memberitahumu semua yang kutahu!"
Nama si Pencuri adalah Dink di terikat di kursi dengan tali rami. Dia berteriak, "Aku hanya bertugas menjaga, bukan untuk menyerang!"
"Kamu masih belum memberitahuku, mengapa gengmu mencoba membunuhku?" Marvin dengan dingin bertanya.
Dink bertindak menyedihkan dan berkata, "Aku benar-benar tidak tahu.."
"Hey! Apa yang kamu lakukan?" Pencuri itu ketakutan.
Marvin menyeringai sambil meraih tangan kanan si pencuri itu. Dengan tenang di menarik garis di pergelangan tangan dengan pisau kecil dan darah mulai mengalir keluar.
"Ini tidak sakit sama sekali, kan?" kata Marvin yang terlihat menakutkan. "Tapi aku akan memotong urat nadimu, darahmu akan habis secara perlahan sampai kamu mati."
Sambil mengatakan itu, dia sekali lagi dengan tenang memotong pergelangan tangan Dink dengan pisau.
"Dasar iblis!" Dink bergetar ketakutan, "Cepat hentikan."
"Katakan apa yang ingin kuketahui dan kamu akan bebas," Kata Marvin tanpa perasaan. "Kalau tidak, kami akan pergi dan membiarkanmu mati kehabisan darah."
Anna dengan cemas melihat ke arah Marvin. Dia jelas tahu bahwa mereka perlu menggunakan beberapa metode untuk interogasi, tapi dia khawatir dengan perilaku berlebihan Marvin.
Dia tampak terlalu tidak punya perasaan, seolah dia baru saja berubah dari yang baik hati menjadi seseorang yang ekstrim.
'Ini semua karena saya yang tidak berguna. Tidak bisa melindungi Tuan Muda dan membuat dia menderita sehingga dia berubah seperti saat ini.' Si setengah peri menggigit bibirnya dan menggenggam pedangnya dengan erat sehingga tangannya berubah menjadi putih dan menunjukkan urat-uratnya.
Di bawah interogasi Marvin yang sederhana. Dink pingsan dengan cepat. Para anggota geng ini belum menerima pelatihan untuk menghadapi interogasi kejam seperti ini. Mereka hanya bergabung dengan anggota geng untuk mendukung keluarga mereka, jadi mereka memiliki tekad yang lemah.
Di masa lalunya, Marvin pernah bertemu seseorang yang merupakan anggota fanatik dari sebuat sekte. Mendapatkan informasi dari mulut mereka sangatlah mengganggu.
...
'Orang itu benar-benar tidak tahu siapa yang memerintahkan untuk membunuhku. Dia hanya mengatakan bahwa ada seorang pedagang kaya yang membayar dalam jumlah yang besar.'
'Geng Acheron di Kota Pinggiran Sungai hanyalah kekuatan kelas dua. Bos mereka ingin bangkit tapi membutuhkan sejumlah besar uang. Pedagang kaya itu berjanji akan berinvestasi pada mereka jika mereka berhasil melaksanakan tugasnya.'
'Hanya bos mereka yang pernah bertemu dengan orang itu, sedangkan yang lain hanya menerima perintah saja. Jika kita ingin tahu siapa yang menjadi otak dari semua ini, aku harus bertemu dengan orang yang bernama Diapheis.'
Marvin merenung.
Dink pasti akan mengatakan segala yang dia tahu untuk menyelamatkan hidupnya.
Terlepas dari Diapheis yang seorang petarung peringkat dua, sisa dari anggota geng Acheron tidaklah terlalu kuat. Yang paling menyebalkan untuk ditangani adalah Pencuri level 4. Mereka bermarkas di Bar Pyroxenem yang terkenal kumuh sebagai kasino bawah tanah yang berurusan dengan perdagangan organ, dan itu cukup ramai.
Diapheis adalah seseorang yang selalu berhati-hati. Dia telah membentengi Bar Pytoxene, terutama halaman belakang dan area basement. Menyelinap tidak akan mudah.
Marvin adalah Ranger, bukan seorang yang ahli menyelinap seperti Pencuri, jadi dia tidak bisa mendekati Diapheis dengan mudah.
"Tuan Muda, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Anna bertanya.
Entah bagaimana, dia secara tidak terduga mengandalkan Marvin sejak dia sembuh dari penyakitnya.
"Kamu bilang akan membebaskanku!" Kata Dink dengan kuat.
Marvi berjalan dan memotong tali yang mengikat dengan belati melengkungnya.
Dink terkejut. Dia tidak mengharapkan Marvin akan melepasnya seperti ini.
Anna mengerutkan kening dan ingin mengatakan sesuatu, tapi tiba-tiba tangan Marvin dengan cepat bergerak bagai cahaya.
Mulut tertutup! Potong Tenggorokan! Darah mengalir!
Dink membuka matanya lebar-lebar, berjuang sebelum mati.
"Aku memang mengizinkanmu untuk bebas, bukan berarti aku tidak akan membunuhmu." Marvin dengan dinginnya mendorong tubuh si Pencuri dan menatapnya dengan kosong sambil membersihkan belatinya.
Anna sedikit gemetar ketakutan, "Tuan Muda Marvin, apa yang terjadi pada anda? Ini tidak seperti diri anda."
Marvin menatap Anna dan dengan tulus berkata, "Orang memiliki banyak sisi yang berbeda. Dan dalam situasi seperti ini, aku harus berubah menjadi orang lain. Aku tidak akan menginjinkan siapapun, merebut wilayahku, dan jika ada yang menyakitimu."
"Saya tidak akan mengijinkannya!"
Dia menggenggam tangan Anna dan berbisik, "Kamu adalah salah satu orang yang penting dalam hidupku. Jika ada yang ingin menyakitimu. Mereka akan membayarnya."
Wajah mungil Anna sedikit memerah, dan walaupun melihat Marvin yang menakutkan tapi dia merasa jauh lebih aman sekarang.
Dia menarik tangannya, agak malu dan berkata dengan suara rendah, "Tuan Muda, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?"
"Kita pergi menuju pemakaman."
Marvin membicarakan tentang lokasi yang tidak terduga.