Keberadaan kelas sekunder sangat penting karena sekali menerima kelas sekunder, maka tidak akan bisa diganti.
Marvin mengetahui hal itu, dia mempertimbangkan enam kelas sekunder yang terbaik.
Tiap kelasnya sangat cocok dengan Pejalan Malam.
Jika bukan karena kolam ajaib semesta yang hancur, kelas penyihir adalah kelas terbaik. Namun, Marvin tidak terlalu berani untuk memilih itu. Dalam setengah tahun, bagi mereka yang bukan dari aliansi penyihir akan berdampak sedikit saja, namun para penyihir akan berada di tengah kehancuran.
Meski Marvin ingin mengambil kelas penyihir, ia bersedia untuk menunggu kehancuran kolam ajaib semesta, dan memilih kelas pengguna mantra lainnya yang akan datang.
Maka dari itu, penyihir bukan prioritasnya sekarang.
Untuk kelas lainnya, belajar mendalaminya akan sama sulitnya dengan kelas Pejalan Malam.
'Aku akan mengurus pekerjaanku dulu, kemudian mengurus kelas sekunder setelah meningkatkan kelas utamaku,' pilih Marvin.
Terlalu banyak yang harus ia urus untuk sekarang. Untungnya, masih ada waktu sampai kolam ajaib semesta hancur.
...
Marvin tidak bertemu ahli nujum lain setelah membunuh pembantu itu.
Keberuntungan ada di tangan Marvin, dia telah sampai di utara Lembah Tengkorak.
Ini adalah daerah yang mirip dengan Lembah Hantu. Tanpa tanda masuk, Marvin hanya membutuhkan buku mantra Heiss' untuk mengakali penjaga hantu tingkat rendah.
Tetapi sekarang Marvin memiliki tanda masuk! Dia dengan mudah keluar dari Bukit Keputusasaan. Ini memang lebih mudah.
Langit masih gelap ketika Marvin meninggalkan Bukit Keputusasaan, matahari kemudian terbenam.
Marvin memperkirakan bahwa ia sudah satu hari berada di bukit keputusasaan. Ia masuk saat subuh dan pergi saat petang.
Kebetulan sekali. Marvin tidak kekurangan sesuatu apapun.
Jalan selanjutnya harusnya lebih mudah. Namun Marvin memutuskan untuk beristirahat pada malam itu.
Karena Marvin akan memasuki wilayah para ahli.
Beberapa orang diantara kabut tebal mengetahui keberadaan Marvin, suara samar-samar dan mantra-mantra halus membuat lingkungan menjadi bernuansa mistis. Jika Marvin tidak mengambil langkah, maka orang lain akan melakukannya.
Namun Marvin telah siap untuk datang.
Meski seseorang dibalik kabut itu tidak berbahaya, Marvin masih harus menyimpan tenaga untuk selanjutnya.
'Tidur sesaat mungkin boleh. Tubuh ini terlalu lemah. Staminaku sudah menurun.'
Marvin menidurkan diri di dalam lubang pohong kering. Dia memakan persediaan makanan dan minuman, kemudian ia tertidur.
...
Esok paginya, Marvin terus bergerak ke utara.
Diluar bukit keputusasaan ada sebuah danau kecil, dan di tengahnya ada sebuah hutan kecil.
Marvin berdiri diatas bukit, mengawasi area tersebut. Saat itu adalah siang hari, namun hutan masih diselimuti kabut.
Hutan cahaya bulan berada di utara danau ini. Sebuah bagian dari kerajaan peri, rumah dari peri kayu, kebanyakan para pedagang. Perjalanan dari hutan cahaya bulan ke menara tiga cincin hanya ditempuh dalam setengah hari melalui balon udara.
'Aku orang yang tepat waktu.'
Marvin menuruni bukit dan memutuskan untuk pergi ke hutan berkabut itu.
Hutan tersebut sangatlah sunyi, tidak ada satu suara pun terdengar dari hutan itu. Nampaknya semua binatang bersembunyi ketakutan.
Semakin jauh Marvin ke dalam, kabut semakin menyelimutinya. Di mulai dari kaki, hingga pinggangnya.
'Mungkin sudah dekat.'
Marvin perlahan menyentuh sebuah pohon, secara misterius membuat ia tersenyum.
Nampaknya ini bukan sebuah pohon.
Bahkan nampaknya indera sentuhan miliknya sedikit terpengaruh oleh kabut yang membingungkan ini.
Marvin segera mengambil kain hitam dan menutup matanya.
Marvin tetap berjalan maju tanpa melihat selama dua jam!
Hingga akhirnya suara nyaring terdengar dari telinga Marvin. "Tampaknya kau dapat melihat labirinku"
"Ranger yang menarik, buka penutup matamu. Biarkan aku melihatmu."
Sebuah bahasa yang umum.
Marvin membuka matanya.
Lingkungan sekitarnya berubah.
Hutan yang lembab dan berkabut berubah menjadi pegunungan batu. Ada juga sebuah gua tak jauh dari sana.
Sisanya tempat itu terlihat gersang.
'Oh? Aku sudah melewatinya?'
Marvin menyadari ia menghadap ke arah yang salah dan segera berbalik.
Diatas batu besar terdapat sebuah makhluk yang besar!
Di sisi lain ada makhluk yang memperhatikan Marvin dengan acuh, sayap menyelimuti tubuhnya. Ia memiliki buntut dan mengayun sesekali.
Artinya ia sedang berbaik hati.
Seekor naga tembaga merah!
Marvin tersenyum. Ia sangat kenal dengan makhluk ini.
[Professor], sebuah tembaga merah dari zaman kuno. Kekuatan yang legendaris dan berhati mulia.
Diantara para naga, naga tembaga merah memiliki reputasi yang baik. Mereka makan metal dan bebatuan, beberapa dapat menyakiti makhluk lain.
Mereka makhluk yang menarik, penuh teka-teki. Banyak pengelana disambut oleh naga tembaga merah karena mereka memiliki cerita-cerita yang menarik.
Ranger juga dipandang baik oleh naga merah tembaga. Terutama Marvin setelah melakukan trik untuk lepas dari labirin naga.
Betul, sebenarnya bukit kecil yang ada di tengah danau itu.
Naga merah menggunakan beberapa cara untuk merubah bukit itu menjadi hutan yang berkabut.
Namun naga tembaga merah tidak memiliki labirin yang sempurna. Labirin itu mudah diselesaikan karena Marvin telah melakukannya beberapa kali.
Professor naga sekarang tidak terluka karena lingkungannya yang bergunung api. Dia masih terlihat sehat.
"Halo Ranger." Sang naga mengedipkan matanya yang merah membara. Ia penasaran, "Bagaimana kau bisa menyelesaikan labirinku?"
Marvin tertawa dengan misterius. "Jika aku menjawabnya, apakah kau ingin menerima tantanganku?"
"Menantangku?" Sang naga merah tidak marah. Sang naga sedikit tertarik. "Jangan tersinggung, tapi kau bukan lawanku.'
"Aku hanya butuh sedikit kekuatan untuk mengalahkanmu."
Sang naga tembaga merah merupakan makhluk yang rendah hati, melebarkan cakarnya yang besar dan mencoba mengayunkannya. Menunjukkan kekuatannya yang luar biasa.
"Tentu saja, aku bukan lawanmu."
Marvin tertawa dan berkata, "Tidak, aku malah berpikir untuk menantang diriku sendiri."
"Ku dengar dirimu adalah orang yang bijaksana. Jadi aku ingin menemuimu."
"Aku ingin menantang [Dunia Cermin] milikmu."
"Menarik sekali" sang naga tembaga merah bergumam. Ia mengangguk, dan berkata, "[Dunia Cermin] sangatlah berbahaya, kau yakin mau menantang itu?"
"Tentu saja," Jawab marvin. "Aku datang kesini untuk mempertajam kemampuanku."
"Ku beritahu dirimu sekarang. Alasan mengapa aku dapat melihat labirinmu adalah karena tidak ada pohon di dunia ini yang terasa seperti batu!"
Naga tembaga merah tertawa. "Jadi begitu? Sepertinya bukan masalah. Lain kali aku akan menambahkan jurus [Persepsi Kebingungan]."
"Mungkin aku tidak akan menemuimu lain kali." Kata Marvin.
"Jika penampilanmu hebat di dunia cermin, aku akan mengizinkanmu masuk."
Sang naga tembaga merah menggoyangkan ekornya untuk mengambil sebongkah batu dan menelannya.
"Aku suka pejuang yang ingin menantang dirinya sendiri."
"Terlalu banyak penyihir di dunia ini. Mereka pengecut karena tidak mau mengambil resiko. Tidak ada penyihir yang bisa memasuki dunia cerminku."
"Tunggu sebentar. Aku akan membuat gambaran rupa dirimu. Aku juga akan menghadiahimu pada tiap tingkatnya."
"Tunggu disini, sepuluh menit lagi akan dimulai!"
Kemudian kabut perlahan-lahan menyelimuti Marvin.
Marvin menghela nafas panjang, menutup matanya dan berhitung perlahan.
Dunia cermin naga tembaga merah merupakan tempat untuk orang-orang menantang diri mereka sendiri.
Jika mereka tidak fokus, mereka bisa mati.
Namun juga sebuah tantangan yang menarik!
Mengalahkan dirimu di dunia cermin akan mengasah kemampuan dirimu sendiri. Bagi Marvin, ia ingin mengasah kemampuan belati miliknya.
Dan tiap kali ia mengalahkan musuhnya, ia akan menerima hadiah dari [Professor].
Sang naga tembaga merah gemar mengoleksi harta karun, hadiahnya pasti akan menarik.