Hutan persik berwarna merah, seperti perona pipi seorang wanita. Tempat itu sepertinya abadi, dan dipenuhi dengan energi masa muda.
Ketika Han Sen berjalan ke hutan pohon persik, dia cukup terkejut. Semua pohon persik dikelilingi oleh capung yang beterbangan. Bunga-bunga merah muda di pepohonan bermekaran dan sungai-sungai mengalir dengan keindahan yang harmonis.
Keharuman bunga-bunga bisa tercium dari jauh, dan aromanya yang manis membuat semua orang yang melihatnya tersenyum. Itu seperti aroma seorang wanita muda.
Gajah tulang amuk tidak peduli dengan segala sesuatu yang menghalangi jalannya, dan terus berjalan lurus menuju hutan. Namun, ketika mendekati bagian atap dahan yang tinggi, dia melambat. Gajah itu tidak menginjak-injak jalan melalui hutan seperti sebelumnya. Dia berjingkat-jingkat dengan lembut dan ringan di sekitar pohon-pohon, berjalan dengan setenang mungkin, seolah-olah agar tidak membangunkan wanita cantik yang sedang tidur.