Raja rubah berdarah sakral tidak bergerak sama sekali ketika melihat panah mendekat, bahkan memancarkan mata yang memandang rendah.
Tetapi, rubah itu segera terperanjat. Panah tidak ditujukan pada raja rubah, tetapi pada mata cacing batu emas yang sebesar kacang.
Walaupun cacing batu emas berbadan sangat besar, matanya hanya sekecil kacang dan tersembunyi di balik cangkang kerasnya, hampir tidak terlihat.
Han Sen tidak hanya dapat melihatnya, tetapi juga dapat menembakan panah ke salah satunya, dengan satu teriakan, cacing batu emas mengamuk pada Han Sen yang berada di udara.
Raja rubah berdarah sakral sangat cerdas, tetapi cacing batu emas hanya beroperasi dengan insting. Saat terprovokasi, dia akan marah.
Sudah terlambat bagi raja rubah untuk menghentikannya, maka dia melompat dari cacing dengan kakinya yang terluka secepat mungkin sebelum cacing itu jatuh ke dalam tebing.