Setengah bulan berlalu, di mana Meng Hao telah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk duduk bersila di Paviliun Sihir Sekte, mempelajari berbagai catatan kuno. Sekarang dia memiliki pemahaman yang jauh lebih dalam tentang Negara Bagian Zhao dan Wilayah Selatan.
Dia bahkan telah menemukan sebuah peta yang digambar dengan tangan dari dataran luas Surga Selatan, yang menunjukkan Tang Besar di Negeri Timur, Gurun Utara dengan seruling Qiang Di-nya, Dataran Barat Barbar, dan tentu saja Wilayah Selatan, di mana saat ini dia berada.
Seluruh dunia tertata rapi pada peta, dan gambaran itu telah terekam di dalam otak Meng Hao. Wilayah Selatan terdiri dari sebuah bagian yang sangat luas dari dataran Surga Selatan, sedangkan Negara Bagian Zhao hanyalah sebuah titik kecil di sekelilingnya.
"Wilayah Selatan begitu besar sehingga bisa menampung ribuan negara seperti Negara Bagian Zhao…" Dia melihat ke langit biru di luar Paviliun Sihir, matanya dipenuhi dengan tatapan yang terpesona.
"Jadi ternyata perjalanan ke Tang Besar di Negeri Timur tidak sesederhana itu. Kamu harus menyeberangi Laut Bima Sakti…" Setelah beberapa saat, Meng Hao melihat kembali pada peta, melihat ke semua empat wilayah utama di dataran Surga Selatan. Negeri Timur dan Gurun Utara membentuk sebuah sub-benua, yang terpisah oleh sebuah samudra besar yang merupakan Dataran Barbar Barat dan Wilayah Selatan, yang membentuk sub-benua lain.
Ketika matahari mulai terbenam di balik pegunungan barat, dan senja mulai mendekat, Meng Hao menggosok matanya, mengembalikan peta ke tempatnya, dan meninggalkan Paviliun Sihir. Dia melihat ke kejauhan ke arah timur untuk sementara waktu, lalu berbalik dan kembali ke Gua Dewa Sekte Dalam miliknya.
Di dalam gua Dewa, mutiara-mutiara yang bercahaya yang menghiasi langit-langit memancarkan cahaya lembut ke dinding hijau muda. Terdapat lima kamar batu dan sebuah Mata Air Energi yang bergemericik mengisi gua dengan Energi Spiritual yang padat. Ini adalah sebuah fasilitas yang tersedia hanya untuk para pengikut dari Sekte Dalam. Meng Hao masuk dan duduk bersila di atas sebongkah batu giok putih. Giok itu tidak terbuat dari Kristal Energi, tetapi jika bermeditasi di atasnya, akan membantu pikiran seseorang menjadi lebih jernih, dan merupakan sebuah harta yang relatif langka.
Ini juga hanya untuk para pengikut Sekte Dalam.
"Hanya para pengikut Sekte Dalam yang benar-benar dapat dianggap sebagai anggota dari Sekte Ketergantungan," pikir Meng Hao, dengan tenang mengamati sekeliling. Dinding batu hijau muda terukir dengan berbagai ukiran burung dan binatang, yang masing-masing tampaknya dipenuhi dengan makna yang mendalam. Bahkan dengan melihat ukiran-ukiran itu, dapat membuat seseorang merasa damai.
"Ini adalah fasilitas yang sangat berbeda dari yang ada di Sekte Luar. Ini menekankan kualitas luar biasa para pengikut Sekte Dalam. Sama seperti di dunia fana, ada pembagian lapisan. Dengan berjuang, seseorang dapat melampaui Sekte Luar. Setelah itu, jika seseorang ingin merasa ditinggikan, seseorang harus menjadi lebih kuat!
Segera, senja bergulir, dan kemudian Meng Hao mendengar suara penuh hormat dari luar.
"Kakak Tetua Meng, Li Fugui dari kaki gunung ingin bertemu dengan Anda" Itu adalah suara seorang anak laki-laki, seorang pelayan. Setelah Meng Hao bergabung dengan Sekte Dalam, anak ini ditugaskan untuk membantunya mengurus keperluannya sehari-hari.
Ini satu lagi fasilitas hidup dalam Sekte Dalam. Pada awalnya, Meng Hao mengalami kesulitan untuk membiasakan diri. Dia tidak pernah memiliki seseorang yang menunggunya sebelumnya. Tetapi ketika dia melihat pelayan Kakak Tetua Chen membantunya, hal itu lebih mudah diterima. Namun, dia tetap memegang teguh keinginannya untuk tumbuh lebih kuat.
Hanya yang kuat yang dapat menguasai orang lain, dan mencegah orang lain mengendalikannya. Hukum dunia Kultivasi dan aturan dari Sekte Ketergantungan adalah sama. Itu tidak masuk akal atau adil, tetapi itu ada, dan itu adalah cara hidup.
Eksistensinya adalah kebenaran. Dunia pada dasarnya tidak masuk akal, dan tentu saja, tidak ada keadilan sejati.
"Suruh dia masuk," kata Meng Hao dengan dingin. Dengan penuh hormat, pelayan muda itu menurut. Sejak ditugaskan untuk melayani Meng Hao, kehidupan bocah itu yang sebenarnya menjadi milik Meng Hao.
Tak lama kemudian, si Gendut masuk, membunyikan giginya dan melangkah dengan langkah panjang. Ini bukan kali pertama ia berkunjung, melainkan yang ketiga. Setiap kali dia datang, dia dipenuhi dengan kegembiraan. Ini bukan tempat yang dapat dikunjungi oleh pengikut Sekte Luar tanpa persetujuan dari orang yang memanggil mereka.
Pelayan muda itu memimpin si Gendut dengan hormat. si Gendut melihat sekeliling, menggosok-gosokkan tangannya di berbagai benda dengan takjub, bahkan lempengan batu giok putih tempat Meng Hao duduk.
"Ini bukan pertama kalinya kamu ke sini," kata Meng Hao sambil tertawa, mengamatinya.
"Meng Hao, tempat ini terlalu menakjubkan. Setiap kali aku datang, aku tidak bisa mengendalikan diri. Gua Dewa dari seorang pengikut Sekte Dalam. Ini adalah sebuah tempat legenda! Tahukah kamu, setelah terakhir kali aku datang ke sini, sekelompok pengikut Sekte Luar berkumpul di sekitarku, menanyakan segala macam pertanyaan. Aku orang penting sekarang!" Tubuhnya bergetar, dan butuh beberapa saat baginya untuk berhenti memikirkannya. Dia duduk di depan Meng Hao.
"Kalau kamu mau, aku bisa meminta gua Dewa Wang Tengfei untuk diberikan kepadamu."
"Itu… itu luar biasa," kata si Gendut, terlihat sangat bersemangat, tetapi pada saat yang bersamaan sedikit malu.
"Zhao Hai," kata Meng Hao dengan dingin. Dia melambaikan tangan kanannya, dan pintu utama terbuka. Pelayan muda itu bergegas masuk dan memberi Meng Hao salam hormat yang mendalam.
Dia tampak berusia sekitar empat belas atau lima belas tahun, mendekati usia si Gendut. Dia memiliki paras yang halus, dan baru tiba di gunung belum lama ini. Dikatakan bahwa dia berasal dari desa yang sama dengan Macan Kecil, dan keluarganya kaya raya.
"Bawa tablet energiku ke Paviliun Penyaluran Gua dan ambil kembali kepingan batu giok Gua Dewa milik Wang Tengfei." Dia melambaikan tangannya, dan sekeping batu giok putih terbang ke tangan pelayan muda itu.
Pelayan muda menerima tugas itu, lalu pergi dengan ekspresi hormat di wajahnya.
"Meng Hao, kapan kamu akan turun dari gunung?" Tanya si Gendut dengan penuh semangat. "Aku berjanji kepada para pengikut Sekte Luar kalau kamu akan datang mengunjungi mereka. Kamu tidak bisa menarik kata-katamu, aku telah berjanji kepada mereka."
"Guru Sepuh Ouyang mengatakan bahwa aku akan memimpin Hari Distribusi Pil berikutnya," katanya sambil tersenyum. "Aku rasa hari itu adalah besok lusa." Mereka berdua telah memasuki Sekte bersama-sama, tiga tahun yang lalu. Sebuah persahabatan yang mendalam telah lama tumbuh di antara mereka berdua.
"Bagus, besok lusa. Oh, baiklah, bisnis kita berjalan baik selama setengah bulan terakhir. Aku sudah memisahkan 80% milikmu." Dia menyerahkan sebuah tas pegangan kepada Meng Hao, terlihat senang akan dirinya sendiri. Sepertinya dia juga mengerti arti dari Sekte Ketergantungan. Dengan mengandalkan Meng Hao, siapa di Sekte Luar yang akan berani bahkan mengatakan satu kata yang keliru padanya?
Bahkan, para pengikut perempuan yang cantik dari Sekte Luar sudah mulai tunduk padanya yang menyebabkan ia seperti melayang di udara. Untuk saat ini, si Gendut cukup populer.
"Apakah Shangguan Xiu memberimu masalah baru-baru ini?" Tanya Meng Hao tiba-tiba, matanya berkedip.
"Tidak ada yang melihat bajingan itu akhir-akhir ini," jawab si Gendut, suaranya menjadi serius. "Aku telah menugaskan seorang pengikut untuk memata-matainya untukku, dan dia berkata bahwa Shangguan Xiu duduk dalam meditasi terpencil sepanjang hari. Dia tidak pernah keluar."
"Berhati-hatilah," dia memperingatkan, dan bukan untuk pertama kalinya. "Jika terjadi sesuatu, bunyikan token pesan yang kuberikan padamu."
Segera, pelayan muda Zhao Hai kembali dengan kepingan batu giok Gua Dewa milik Wang Tengfei. Meng Hao memberikannya kepada si Gendut. Mereka berdua tertawa dan mengobrol sampai larut malam. Sepertinya si Gendut tidak ingin pergi. Bahkan, dia sepertinya semakin bersemangat.
Meng Hao terkejut dengan ini, tetapi ketika dia ingat hari apa itu, dan tertawa.
"Hari ini adalah hari Buah Obat yang didistribusikan di dalam Sekte Dalam," kata Meng Hao.
Si Gendut menjilati bibirnya dan mengangguk, hatinya dipenuhi rasa iri pada perbedaan antara para pengikut Sekte Dalam dan Luar. Setiap bulan Buah Obat didistribusikan, sebuah jenis Buah Spiritual khusus yang diinfuskan dengan Pil Obat. Buah itu sendiri terasa seperti sebutir Pil Obat, tetapi jauh lebih efektif daripada Pil Obat biasa.
Para pengikut Sekte Dalam menerima buah-buahan itu sekali dalam sebulan.
Setelah waktu yang dibutuhkan sebuah dupa untuk terbakar, pelayan muda Zhao Hai masuk. Dia sebenarnya membenci si Gendut, tetapi ia tidak menunjukkan sedikitpun tanda di wajahnya. Di tangannya, dia membawa Buah-Buahan Obat itu, terbungkus dalam sebuah daun hijau besar.
Aroma yang halus tercium keluar dari buah itu, menyebabkan Zhao Hai juga menghirupnya dalam-dalam. Dia meletakkan buah-buahan itu dan kemudian pergi.
Ketika daun besar itu dibuka, aroma obat memenuhi udara. Di dalam daun ada dua buah kecil berwarna merah muda semi-transparan. Buah-buahan itu tampak begitu lembut sehingga tampak akan patah jika kamu menyentuhnya. Di dalam masing-masing buah itu, sebutir pil obat bisa terlihat dengan jelas.
Mata si Gendut melebar. Dia belum pernah makan Buah Obat sebelumnya, tetapi sudah mendengar hal ini disebut-sebut oleh beberapa pengikut Sekte Luar akhir-akhir ini. Setelah mencari tahu lebih banyak, dia telah mendapatkan tanggal pendistribusian, dan langsung bergegas mengunjungi Meng Hao. Dia mengambil salah satu buah dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Dia menggigitnya, lalu menelannya, dan rasa lezat mengisi mulutnya. Kemudian, sensasi panas memenuhi kepalanya dan menyebar ke seluruh tubuhnya.
"Luar biasa, luar biasa. Aku pasti merupakan pengikut Sekte Luar pertama yang pernah memakan Buah Obat ini. Ketika aku mengatakannya, para gadis akan iri sampai mati. Semua orang akan iri dengan keberuntungan si Guru Gendut." Tiba-tiba ia tampak seolah-olah telah mengingat sesuatu, dan dia menutup mulutnya, tidak membiarkan aroma harumnya keluar. Menggunakan tangannya, dia memberi isyarat kepada Meng Hao bahwa dia harus pergi, lalu kabur.
"Aku punya bukti!" Pikirnya. "Aku harus menemukan beberapa pengikut perempuan itu dan membiarkan mereka menciumnya." Semakin dia memikirkannya, semakin bersemangat dirinya, dan dia berlari menuruni gunung bahkan lebih cepat.
Rencana pintar si Gendut cukup jelas, yang menyebabkan Meng Hao tertawa. Dia perlahan-lahan memasukkan Buah Obat yang tersisa ke dalam mulutnya. Rasanya lezat, diisi dengan rasa Obat yang padat.
"Ini adalah sesuatu yang lain yang para pengikut Sekte Dalam…" Saat dia makan Buah Obat itu, dia menghela napas. Hidup ini bukanlah sesuatu yang bisa dinikmati oleh para pengikut Sekte Luar. Jika dia mau, dia hanya bisa memberi sebuah isyarat, dan salah satu pengikut perempuan yang cantik itu akan langsung mengabdi kepadanya.
Segera, dua hari berlalu, dan Hari Distribusi Pil tiba. Meng Hao berjalan keluar dari Gua Dewa, diikuti oleh pelayan muda Zhao Hai. Di tangannya dia membawa sebuah tas pegangan berwarna ungu, yang berisi Kristal Energi dan Pil Obat untuk dibagikan.
Angin gunung menyambut fajar saat Meng Hao menuruni gunung. Sepanjang jalan, para pengikut Sekte Luar yang dia temui akan melihat dirinyaa dengan terkejut, lalu berhenti dan memberinya penghormatan yang mendalam dengan menangkupkan tangan.
"Salam, Kakak Tetua Meng."
"Kakak Tetua Meng sangat elegan seperti biasanya. Saya tidak melihat Anda dalam beberapa hari ini, Saudari Junior merindukan Anda."
"Salam, Kakak Tetua Meng. Bakat terpendam Anda sangat spektakuler, basis Kultivasi Anda menakjubkan. Anda pasti akan menjadi seorang pilar dari Sekte."
Di tengah semua sanjungan, Meng Hao berjalan hingga dia mencapai alun-alun, yang sudah dipenuhi oleh banyak pengikut. Melihat dirinya, mereka memberi salam hormat, dan kemudian udara dipenuhi dengan kata-kata mereka yang menyanjung.
Dia mengangguk, tersenyum, lalu melompat, membawa Zhao Hai bersamanya ke podium. Ini bukan pertama kalinya ia di sini, tetapi ini adalah pertama kalinya dia mendistribusikan pil obat.
Tatapannya menyapu kerumunan. Wajah setiap orang dipenuhi dengan pengabdian yang penuh hormat. Secara bertahap, wajah Meng Hao menjadi teralihkan, dan dia mengingat kembali ke Hari Distribusi Pil pertamanya, dan kemudian pada saat Wang Tengfei mempermalukannya. Banyak kenangan terlintas di benaknya.
Akhirnya, dia menghela napas dalam-dalam, dan berkata, "Bunyikan lonceng."