Semakin banyak Xu Wennuan memikirkannya, semakin ia merasa jengkel. Pada akhirnya, ia tidak memedulikan rasa malunya dan duduk di jalan-jalan berbatu di kota kuno dan mulai memikirkan tentang langkahnya selanjutnya.
Ia menyaksikan langit perlahan menjadi gelap ketika matahari berangsur-angsur terbenam. Pada saat bus terakhir menuju Lijiang berangkat, ia masih belum mendapatkan solusi.
Lampu jalan di kota kuno menyala satu per satu. Jumlah wisatawan juga berkurang, dan hiruk-pikuk di jalanan menjadi jauh lebih tenang. Xu Wennuan menggerakkan kakinya yang sedikit mati rasa dan berpikir bahwa satu-satunya solusi saat ini adalah meminjam telepon sehingga ia bisa menghubungi orang tuanya dan meminta mereka datang ke Lijiang untuk menjemputnya; namun, pada saat itu, ia menemukan sebuah sosok yang dikenalnya saat melihat ke sekelilingnya.