Lu Yihan melipat menu itu dan menyerahkannya kepada pelayan. Dia tersenyum. "Itu saja, terima kasih." Pelayan itu terpesona oleh senyuman Lu Yihan, tersipu malu, mengambil menu itu dan cepat-cepat pergi menjauh.
Su Qianci menggigit sedotannya dan merasa canggung. Kakek benar-benar …. Kakek dulu mempersatukan dirinya dan Li Sicheng, yang mana bukan sebuah masalah. Tapi kenapa kakek mencoba menjodohkan dirinya dengan Lu Yihan sekarang? Bukankah ini merupakan pengkhianatan terhadap cucunya? Jika Li Sicheng kembali … jika Li Sicheng kembali …. Hatinya terasa sakit, dan matanya sedikit menyipit. Dia melepaskan sedotan itu dan berbisik, "Yihan …."
"Qianqian …."
Kedua orang itu berbicara pada saat yang bersamaan, dan keduanya menjadi tertegun. Pada saat itu, suasana menjadi semakin canggung. Su Qianci tidak mengetahui bagaimana cara menghadapi Lu Yihan. Karena merasa tertekan, dirinya menunduk dan berkata, "Yihan, hari ini …."
"Bukankah ada sesuatu untukku?" Lu Yihan memotong kata-kata Su Qianci, mata pria itu bersih dan lembut. Namun, yang tersembunyi di dalamnya adalah rasa frustrasi yang tak terkatakan.
Su Qianci dipotong perkataannya dan semua kata-katanya ditelan kembali.
Melengkungkan bibirnya, Lu Yihan menggoda, "Apakah ini juga sebuah kebohongan?"
Juga? Kapan dia berbohong pada Lu Yihan? Su Qianci menatap pria itu, mengeluarkan arloji saku yang terbungkus kotak kado dari tasnya dan menyerahkan benda itu kepada Lu Yihan.
Sepasang mata yang berada tidak jauh dari mereka telah melihat segalanya. Duduk di sebuah sudut terpencil, sebuah sosok jangkung diam tak bersuara. Mengenakan sebuah kacamata hitam besar dan topi berwarna gelap, dia menatap kotak kado yang diberikan Su Qianci kepada Lu Yihan. Tangannya yang berada di sandaran tangan kursi mencengkeram. Dia bangkit berdiri dan berjalan ke dalam restoran ….
Lu Yihan melihat kemasan kotak kado itu, dan matanya berbinar-binar. Dia tidak bisa menahan rasa terkejutnya.
"Sebuah kado?" Lu Yihan segera mengambilnya dan membuka tutup kotak kado, melihat arloji saku di dalam kotak kado itu.
Arloji saku itu tampak tua dan di dalamnya terdapat sebuah foto hitam dan putih yang sudah usang.
"Ini …."
"Kakekku berkata bahwa ini adalah milik kakekmu. Ketika mereka masih muda, kakekmu adalah kawan lamanya. Ini adalah satu-satunya peninggalan yang ditinggalkan oleh kakekmu." Su Qianci mulai memiliki sejumlah keraguan. Apakah foto ini juga palsu? Bagaimana bisa dirinya tidak pernah mengetahui bahwa Lu Yihan memiliki seorang kakek yang meninggal di medan perang?
Lu Yihan menatap foto usang di arloji saku itu untuk sejenak, tersenyum kecil, dan mengangguk. "Ini benar-benar nenekku, tetapi aku belum pernah bertemu kakekku. Nenekku memberitahuku bahwa kakek adalah seorang pahlawan dan berkorban di medan perang."
Su Qianci merasa sedikit malu dan mengangguk.
"Kejutan yang dikatakan oleh kakek ternyata benda ini," Lu Yihan menggoyang-goyangkan arloji saku itu, dan senyumnya menjadi semakin lebar. "Benar-benar sebuah kejutan, sampaikan terima kasih pada kakek untukku."
Ternyata apa yang kakek katakan kepada dirinya adalah benar … Su Qianci mengira kakek sedang berbohong pada dirinya.
Lu Yihan dengan hati-hati memasukkan kembali arloji saku itu ke dalam kotak kado dan meletakkannya ke samping. Ketika dia hendak mengatakan sesuatu, seorang pelayan yang sedang memegang nampan berisi segelas jus di atasnya datang menghampiri. Tiba-tiba, pelayan itu sepertinya tersandung dan seluruh nampan tiba-tiba terpental ke udara. Jus itu melayang dan tumpah mengenai tubuh Lu Yihan ….