Plak!
Perhatian semua orang tertuju pada suara tamparan itu. Liu Anan ditampar secara tak terduga, tetapi dia segera sadar kembali dan berteriak, ingin membalas Su Qianci. Namun, Su Qianci bahkan lebih cepat. Menahan tangan Liu Anan dengan satu tangan, Su Qianci menggunakan tangannya yang lain untuk menampar sisi lain wajah Liu Anan.
Orang-orang mulai berkumpul mengerumuni mereka.
"Su Qianci!" Liu Anan hampir menjadi gila. Dia tidak pernah diperlakukan seperti ini. Merasa pipinya panas terbakar, dia tahu bahwa wajahnya pasti membengkak. Dengan berurai air mata, dia melemparkan dirinya ke Su Qianci dengan penuh kemarahan.
Su Qianci melangkah ke samping dengan cepat, dan Liu Anan hampir terjatuh ke depan. Ketika dia berusaha mendapatkan kembali keseimbangannya, punggung Liu Anan didorong dan akhirnya dia terjatuh ke lantai. Meskipun dia tidak terluka karena lantainya dilapisi karpet, Liu Anan merasa sangat dipermalukan.
"Hei." Fu Lengbing menghentikan Su Qianci dan berkata, "Kita selalu bisa membicarakannya. Jangan menggunakan kekerasan."
Su Qianci meliriknya dan membentak, "Lepaskan!"
Fu Lengbing berhenti dan segera meletakkan tangannya di udara.
Saat melihat bahwa Su Qianci ingin memukulnya lagi, Liu Anan meringis dan mengerang. "Su Qianci, apa yang pernah aku lakukan padamu sehingga kau memperlakukanku seperti ini?"
Su Qianci menyeringai. "Apa yang telah kau lakukan?" Kemudian, dia mengangkat ponsel Liu Anan dan berdiri. "Kenapa kau mengirim foto-foto seperti ini kepada suamiku?"
Suami? Dia sudah menikah?
Sebagian besar teman-teman sekelasnya tidak mengetahuinya, mereka memandangnya dengan penuh rasa ingin tahu.
Liu Anan meringis dan segera berteriak keras, "Apa yang sedang kau bicarakan? Aku tidak mengerti."
Su Qianci mengirim kedua foto itu ke grup obrolan kelas SMA mereka. Dengan segera, banyak ponsel yang berdering.
Melihat foto pertama, Lu Yihan terpana. Dan ketika dia menggeser dan melihat foto ke dua yang memperlihatkan sebuah nomor kamar, dia langsung terlihat murung.
"Dia mengirim foto-foto seperti ini?"
"Tidak mungkin …. Mereka hanya mengobrol. Dan dia menindaklanjutinya dengan mengirim foto sebuah kamar hotel. Apa artinya itu? Itu tidak membuktikan apa-apa."
"Aku yakin suaminya tidak akan berpikir demikian."
Liu Anan menjadi pucat dan dengan cepat menjelaskan, "Ponsel itu bukan milikku. Lin Wanting memintaku untuk memegangnya untuknya. Ini bukan urusanku."
"Benarkah? Periksa waktu pengirimannya. Sudah lima menit yang lalu. Apakah Lin Wanting bahkan berada di sini?"
"Dia pasti memprogram pesan ini untuk dikirim pada waktu itu untuk menjebakku."
"Baiklah kalau begitu. Bagaimana Lin Wanting bisa memiliki nomor telepon suamiku kalau begitu?" Su Qianci terlihat ganas.
Mereka yang sudah mengenal Su Qianci dengan baik merasa terkejut dengan keganasannya yang tiba-tiba. Sejak kapan dia menjadi begitu kuat?
"Aku …." Liu Anan merasa sangat tertekan oleh Su Qianci, merasa gugup.
Ketika Li Sicheng memasuki ruang dansa itu, dia melihat sebuah kerumunan orang berkumpul. Samar-samar dia mendengar Su Qianci bertanya, "… memiliki nomor telepon suamiku kalau begitu?" Kata "suamiku" membuat pandangan Li Sicheng menjadi lembut. Itu tidak terdengar terlalu buruk.