Chapter 5 - Bab 5

Saat menghadapi rintangan, reaksi Xu Xu selalu berbeda dengan rekan-rekannya.

Kebanyakan anak muda memiliki kemauan kuat untuk menunjukkan harga dirinya, yang membuat mereka lebih mementingkan apa yang mereka "rasakan" daripada apa yang mereka peroleh. Hanya mereka yang telah mengeraskan diri selama bertahun-tahun yang bisa mengembangkan kualitas ketenangan agar tidak terpengaruh oleh keuntungan eksternal ataupun kerugian pribadi. Mungkin orang melihat ketenangan ini sama seperti mati rasa secara emosional.

Walaupun begitu, Xu Xu lahir untuk lebih memperhatikan apa yang seharusnya dilakukan, daripada melindungi dirinya. Alasan dia melakukan penelitian pada psikologi tindak kejahatan adalah murni dari rasa ingin tahunya dan dia pandai dalam hal itu. Dia tidak banyak memperhatikan orang lain atau bahkan perasaan nya sendiri. Sifatnya ini membuatnya lebih tenang, tapi juga membuatnya menjadi orang yang kurang ramah dalam berinteraksi.

Karena itu, meskipun dia memang mengeluh sebentar setelah ditegur oleh Ji Bai, dia kembali memulihkan diri saat dia pergi dari pintu masuk taman.

Waktu sudah tengah malam dan jalanan kosong, lampu jalanan bersinar kuning redup dan malam terasa sangat sunyi, karena tidak ada satu jiwa pun yang terlihat. Xu Xu melihat bayangannya yang terentang panjang sambil merenungkan teguran yang baru saja dia terima. Ji Bai sebetulnya benar. Kesimpulannya, selain dari menyelamatkan seseorang, dia tidak begitu banyak membantu di lokasi kejadian. Dia seharusnya langsung kembali untuk bekerja lembur setelah para petugas kepolisian datang.

Akan tetapi, yang membuatnya tertarik adalah Ji Bai menyebutkan tentang insting dan pengalaman dari seorang petugas kepolisian tindak kriminal, yang merupakan kekurangan dari dirinya. Xu Xu sedikit merasa senang ketika ia memikirkan tentang hal ini.

Cahaya bulan yang dingin menemani kilauan sinar bintang di malam yang panjang dan sunyi.

Akhirnya, Xu Xu menyelesaikan laporannya. Dia merasa luar biasa lelah ketika melihat layar yang penuh dengan tulisan.

Perlahan dia menyadari bahwa pergelangan tangannya mati rasa dan pegal. Badannya terasa seperti akan hancur berantakan. Dia bangun untuk merenggangkan tubuhnya. 'Benar, aku menggunakan banyak energi hari ini. Aku menghentikan pendarahan korban, berlari memutari taman, dan bergadang semalaman.'

Meskipun dia sangat ingin tidur setelah mengirimkan e-mail kepada Ji Bai, Xu Xu berpikir sejenak lalu memutuskan untuk meneleponnya.

Karena dia mengingat bagaimana pembicaraan sebelumnya terjadi, 'Dia marah, bukan?'

Meskipun Ji Bai memiliki pengendalian emosi yang buruk, sebagai murid magang dan pegawai dengan tingkatan yang lebih rendah, dia merasa berkewajiban untuk menghubunginya terlebih dahulu untuk memudahkan hubungan mereka.

Dia masih sadar akan hal-hal penting yang diperlukan untuk bertahan hidup di politik perkantoran.

Di tengah malam yang sunyi, suara nada sambung yang robotis terkesan sangat kesepian. Telepon Ji Bai berdering beberapa kali sebelum dia mengangkatnya. Dia tidak langsung berbicara, tapi Xu Xu mendengar suara napas dari ujung sambungan telepon.

"Halo, Kapten Ji." Xu Xu mulai melapor dengan tenang dan hati-hati. "Aku baru saja mengirimkan laporan ke e-mailmu, tolong periksa apakah kamu sudah menerimanya. Laporan itu terdiri dari empat bagian, tujuh belas lampiran sisanya adalah informasi yang berkaitan ...."

"Xu Xu." Ji Bai memotong perkataannya.

Xu Xu segera berhenti dan menunggu instruksi darinya.

"Ini jam empat pagi, kamu membangunkan atasanmu untuk membicarakan laporan tidak penting. Apa kamu tidak mau berada di Unit Kriminal Kepolisian lagi?"

Baru saat itu Xu Xu sadar bahwa waktu di komputernya menunjukkan : 4:07.

Setelah jeda singkat, dia menjawab, "Aku minta maaf, aku tidak memperhatikan waktu. Lagipula, kamu bilang padaku kemarin untuk mengirimkan laporannya sebelum jam 6. Dan sekarang belum jam 6."

Tidak ada balasan untuk sementara dari ujung sambungan, lalu dia tiba-tiba mendengar suara tawa lembut dan suara Ji Bai, "Kalau begitu katakan padaku, aku juga sudah terbangun."

"Oh."

Xu Xu segera mulai menjelaskan. Di ujung sambungan telepon, berbagai macam suara terdengar. Suara keran yang bergemerincing, dering suara jendela dibuka, dan suara denting yang jelas terdengar dari sendok teh membentur sisi cangkir.

Xu Xu tiba-tiba teringat bahwa saat dia melakukan panggilan video kemarin, dia mendengar seseorang mengajaknya minum. Saat itu tengah malam.

'Jadi, dia masih pusing karena mabuk dan terbangun karena panggilan teleponku?'

"Kenapa kamu jadi teralihkan?" Ji Bai menyadari jeda sementara itu dan membentaknya.

Xu Xu melanjutkan.

Suara statis dari sambungan telepon telah menghilang. Sekarang, dia hanya mendengar suara Ji Bai menarik napas dalam - dia mungkin sedang merokok. Xu Xu menyelimuti dirinya dengan selimut dan duduk di depan komputernya sambil memegangi telepon genggamnya. Sekelilingnya, dingin dan sunyi, dia hanya bisa mendengar suaranya sendiri dan "Hmm" yang sesekali dibuat Ji Bai dari waktu ke waktu yang meyakinkannya bahwa dia masih mendengarkan. Suara dia terdengar biasa saja namun terasa dalam dan kuat.

Tiba-tiba, Xu Xu membayangkan gambar yang tidak bersangkutan tentang Ji Bai yang terbungkus selimut saat mereka berbicara di telepon. Gambaran itu membuat Xu Xu merasa agak aneh. Dia tidak tahu bagaimana seorang pria yang tinggi dan galak akan terlihat jika sedang beristirahat santai di ranjang.

Pada benaknya, wajah pria itu diburamkan. Dia telah melihat foto Ji Bai dari dokumen sebelumnya dan mengingat secara samar bahwa dia memiliki garis wajah yang terbentuk dengan baik, tapi dia tidak terlalu tertarik secara spesifik. Sebetulnya, dia menghabiskan waktu mempelajari tampak wajah pelaku kejahatan lewat foto-foto mereka agar dia bisa mengenali mereka kapanpun juga.

Pada kenyataanya, Ji Bai memang membungkus dirinya dengan selimut yang membuatnya seperti beruang besar saat dia berbicara dengan Xu Xu. Awal musim semi di Beijing masih memiliki hawa dingin yang bisa menembus kulit. Udara sangat dingin, terutama sebelum dan setelah matahari terbit. Selain itu, dia baru saja tidur jam tiga pagi tadi dan minum alkohol terlalu banyak, jadi kepalanya terasa sakit. Rasanya seperti seseorang bermain whack-a-mole menggunakan kepalanya.

Xu Xu sangat fokus dalam laporannya, tapi sesungguhnya dia tidak betul-betul mendengarkan apapun yang dia bicarakan atau melihat laporan yang dikirimkan.

Saat dia melihat laporan yang sebelumnya Xu Xu serahkan, laporan itu tidak hanya memenuhi standar, tapi juga sepenuhnya melampaui harapannya. Sehingga, ketika menghadapi bawahan yang cerdas dan disiplin, dia tidak perlu membuang tenaga untuk memeriksa pekerjaannya.

Akan tetapi, Xu Xu tidak perlu mengetahui hal ini. Dia masih perlu mengeraskan dirinya.

Langit masih terlihat gelap dari luar jendela saat Ji Bai menyulut sebatang rokok dan memejamkan matanya. Dia mendengkur setengah sadar dan merespon dari waktu ke waktu hanya untuk menunjukkan bahwa dia masih mendengarkan. Di atas kesunyian di sekitarnya, dia menyadari bahwa gadis ini terdengar berbeda dari yang lainnya. Sudah jelas bahwa dia memiliki suara yang lembut, namun dia juga berbicara dengan nada rendah, yang terdengar agak menenangkan. Semakin dia mendengarkan semakin membuatnya ingin tidur .... Sialan, ujung rokoknya terbakar sampai mengenainya, membuatnya tersentak bangun, tapi dia hanya berkata dengan santai, "Hmm, bagian ini perlu ditulis lebih dalam," untuk menutupinya.

Keesokan harinya, Xu Xu pergi kerja dengan lingkaran hitam di bawah matanya.

Karena kulitnya yang pucat dan wajahnya yang kecil, kantung matanya terlihat semakin kentara. Begitu dia memasuki kantor, dia merasakan beberapa orang sedang memperhatikannya. Xu Xu duduk tanpa melihat ke sampingnya tapi dengan cepat melihat sebuah spanduk sutra merah terang di mejanya, ditemani sebuah buket bunga mawar putih yang segar.

Spanduk sutra itu bertuliskan: "Warga Pemberani, sebuah tindakan heroik."

Pengirimnya adalah Ye Jingxi.

Jadi, ternyata nama wanita yang dia selamatkan kemarin adalah Ye Jingxi. Xu Xu merasa bahwa nama itu terdengar akrab. Dia pernah mendengarnya dari berita.

Tidak heran dia berhasil menemukan Xu Xu begitu cepat dan bahkan mengirimkan spanduk sutra.

"Plok plok plok", suara tepuk tangan antusias menyela pikirannya. Ketika Xu Xu menengadah, dia menyadari bahwa semua orang sedang berdiri bertepuk tangan untuknya dengan senyum lebar di wajah mereka.

"Beri hormat!" Petugas Wu yang berusia empat puluhan memiliki suara seperti lonceng besar saat semua orang mengangkat tangan kanan mereka di waktu bersamaan untuk memberi hormat kepada Xu Xu.

Xu Xu segera membalas dengan memberi hormat kepada mereka juga, tapi saat menatap wajah cerah penuh senyuman yang tak terhitung di depannya, wajah Xu Xu terasa agak panas.

"Bagus sekali, Xu Xu." Petugas Wu memujinya.

"Jangan meremehkan Xu Xu karena tubuhnya yang mungil. Saat menghadapi masalah serius, dia benar-benar bertindak seperti seorang pahlawan." kata seseorang yang terlihat terpelajar kepadanya.

"Xu Xu, kamu menyelamatkan Ye Zixi." kata Zhao Han sambil tersenyum, "Dia sering kali di wawancara dan muncul di banyak majalah."

Xu Xu menghindari tatapan mereka dan membalas dengan sungguh-sungguh, "Itu hanya prosedur penolongan pertama yang mendasar untuk menangani pendarahan di pergelangan tangan, aku yakin bahwa semua senior disini bisa melakukan lebih baik daripada aku. Hanya saja aku yang kebetulan berada di sana pada waktu yang tepat."

Semua orang tertawa dan berkata bahwa itu bukan suatu tugas yang mudah karena dia masih seorang pemula di pasukan kepolisian.

Saat Xu Xu melihat senyuman mereka yang bersahabat, dia tiba-tiba paham.

Dibandingkan dengan pekerjaan dari seorang petugas kepolisian tindak kriminal, apa yang dilakukannya memang sebuah hal sepele.

Mereka hanya mengambil kesempatan untuk membantunya berbaur di dalam Unit Kriminal Kepolisian.

Xu Xu merasa agak tersentuh, yang membuatnya tersipu. Dia duduk dalam diam saat darah mengalir ke pipinya.

Saat itu, Yao Meng tersenyum dan berkata, "Aku sarankan kita makan siang bersama nanti, untuk merayakan tindakan berani Xu Xu." Di saat yang sama, dia memberi isyarat kepada Xu Xu. Xu Xu tahu bahwa dia bermaksud untuk mengambil kesempatan agar bisa lebih dekat dengan semuanya, jadi dia mengangguk kepada Yao Meng dan menyetujuinya, "Ya, aku akan mentraktir semuanya."

Semua orang tertawa dan berkomentar bahwa mereka tidak akan membiarkan seorang wanita mengeluarkan uang untuk mereka. Walaupun begitu, makan siang sudah diputuskan.

Setelah bekerja untuk beberapa saat, Xu Xu dipanggil untuk menemui Kepala Kepolisian.

Pertama-tama, spanduk sutra dan bunga yang dikirim oleh Ye Zixi itu dikirimkan langsung kepada kepala kepolisian sebelum diserahkan kepadanya.

Ye Zixi adalah seorang eksekutif dari Grup Ye dan merupakan orang terkenal di komunitas bisnis kota Lin, dia juga memiliki hubungan yang baik dengan walikota dan sejumlah organisasi pemerintahan. Kepala Kepolisian merasa cukup bangga untuk menerima spanduk sutra darinya, jadi dia memuji Xu Xu sepenuhnya.

Saat kepala kepolisian melihat seberapa pendiamnya Xu Xu, dia tidak begitu khawatir, justru, dia merasa bahwa Xu Xu bersikap rendah hati, jadi dia berbicara kepadanya sambil tersenyum, "Kamu tidak menyebutkan namamu kemarin, bukan? Tapi ketika dia menelepon, aku langsung tahu bahwa orang itu adalah kamu."

Xu Xu mengangguk. "Postur fisikku memang cukup unik bagi seorang anggota kepolisian."

Kepala Kepolisian terkejut, tapi dia tidak bisa menahan tawanya.

Acara makan siang mereka diadakan di rumah makan kecil yang tidak jauh dari kantor polisi. Semua orang berkelompok berdua atau bertiga saat Yao Meng berjalan bergandengan tangan dengan Xu Xu. Xu Xu tidak terlalu terbiasa melakukannya, tapi saat melihat matanya yang berbinar dan bersahabat, dia memberitahu dirinya sendiri bahwa ini bukanlah suatu posisi yang buruk.

Saat mereka berjalan, Yao Meng menghadapnya dan bertanya, "Kenapa kepala kepolisian meminta untuk bertemu denganmu? Untuk memujimu karena menyelamatkan seseorang, bukan?"

Xu Xu mengangguk.

Yao Meng melihatnya dengan tatapan kecewa, lalu berkata lembut, "Kenapa kamu tidak mengundang Kepala Polisi untuk makan siang bersama kita juga?"

Xu Xu terbungkam, hal itu sama sekali tidak terpikirkan olehnya.

Namun, makan siang mereka berjalan menyenangkan.

Awalnya, Xu Xu tidak mengetahui bahwa para pria di dalam Unit Kriminal Kepolisian sangat baik hati dan terus terang. Canda tawa mereka bisa didengar sepanjang makan siang. Ditambah lagi, Yao Meng, yang cantik dan enak dipandang mata, menjaga dan melayani semua orang dengan baik, yang membuat suasana menjadi lebih hangat dan akrab.

Mereka bahkan membicarakan tentang Ji Bai. Petugas Wu berkata kepada mereka bahwa "Kapten Ji tidak pulang ke rumah selama tiga tahun, jadi akan makan waktu cukup lama sebelum dia kembali ke kota Lin."

Zhao Han menambahkan, "Kepala Kepolisian juga memberikan perintah khusus bahwa kalian boleh mengganggu waktu liburnya untuk masalah yang berkaitan dengan kasus."

Seseorang juga menambahkan, "Xu Xu, kamu harus bekerja dengan baik jika berada dibawah Kapten Ji, itu bukanlah sebuah kesempatan yang didapatkan banyak orang."

Xu Xu terus mengangguk sambil berpikir dalam hati, 'Aku tidak tahu bahwa Kapten Ji sangat dijunjung tinggi di dalam unit.'

Saat seseorang meminta nota tagihan, seseorang menghentikan Xu Xu ketika dia mengeluarkan dompetnya. Beberapa orang berdebat untuk membayar makanan mereka sebelum Zhao Han tiba-tiba memanggil lantang, "Kalian semua, tidak perlu bertengkar karena makan siang ini ditanggung Kapten Ji."

Semua orang terdiam begitu mendengar perkataan ini. Zhao Han melanjutkan sambil mengeluarkan uangnya, "Aku baru saja mengirimkan pesan bahwa kita sedang mengadakan perkumpulan dan dia bilang kepadaku untuk menagihkan biaya ini kepadanya."

Semua orang mengangguk saat mereka perlahan menyimpan kembali dompet mereka. Begitu Xu Xu hendak membuka mulutnya untuk protes, dia seketika merasakan Yao Meng mencubit tangannya.

Saat Xu Xu menghadap ke arahnya, dia melihat binar di mata Yao Meng. Xu Xu tidak mengerti apa yang berusaha dilakukannya, tapi dia tidak bertanya.

  1. Permainan dimana seseorang memukul tikus tanah mainan yang keluar secara acak dari dalam lubang, menggunakan palu