Malam itu gelap dan hembusan angin ringan menyapu dari jendela yang terbuka. Malam itu sangat sunyi dan hanya suara televisi teredam yang dapat terdengar dari kantor yang terletak di sudut taman.
Semua orang terdiam pada saat mereka berempat melihat satu sama lain.
Pemuda itu menunjukkan wajah yang terkejut.
Dalam sekilas pandang, dia melihat wajah Kapten keamanan yang terlihat pucat dan kehijauan. Dia juga melihat sarung pistol di pinggang Zhao Han dan raut wajahnya menunjukkan beberapa emosi sekaligus: dia menunjukkan amarah, ketakutan dan kesombongan ... ketika digabungkan bersama, membuat wajahnya yang sebelumnya biasa saja menjadi sangat kejam.
Pada saat itu, bahkan Zhao Han yakin bahwa dialah pelakunya.
Akan tetapi, Yang Yu dengan cepat bereaksi. Dia segera berbalik dan kabur melalui pintu.
"Jangan bergerak!" Zhao Han berteriak marah saat dia berlari mengejarnya.
Suara langkah cepat di koridor semakin menjauh. Kapten Ding terpaku dan tidak tahu harus melakukan apa sedangkan Xu Xu berdiri diam dan melirik sekali ke arah kepergian mereka. Lalu dia berbalik menghadap Kapten Ding dan berkata, "Segera beritahu orang-orangmu untuk mengamankan semua pintu keluar taman. Jika mereka menemukan Yang Yu, jagalah jarak, laporkan saja keberadaannya. Dan berhati-hatilah, karena dia membawa pisau."
Kapten Ding mendengar bagaimana Xu Xu mengambil waktu untuk berbicara dan mengucapkan setiap kata dengan jelas. Dalam sekejap Kapten Ding merasa tenang. Kemudian, dia segera mengambil
Xu Xu menghubungi nomor di handphonenya sekali lagi. "Petugas Wu, aku adalah Xu Xu, dimana kalian semua?" dia segera mengetahui bahwa semua polisi terdekat telah dikirimkan ke lokasi mereka. Mereka akan mengepung taman dalam waktu tiga menit. Xu Xu menghembuskan napas lega begitu dia menyadari bahwa pelaku tidak akan bisa melarikan diri.
Dia menutup teleponnya dan melihat Kapten Ding menatapnya dengan mata terbuka lebar. Tampak rasa marah dan penuh tekad di wajah kepala penjaga keamanan yang bersemangat itu saat dia bertanya, "Petugas, apa yang harus kulakukan sekarang?"
Xu Xu mengeluarkan tongkat polisi dari tasnya dan memberi isyarat untuk mengikutinya, "Ayo keluar dan kita lihat."
Meskipun malam masih segelap biasanya, taman yang luas itu tidak lagi damai. Semua lampu dinyalakan dan pepohonan terlihat terang. Sebuah jalan kelabu juga dapat terlihat. Derap langkah cepat terdengar di sekitar mereka saat lampu senter menyusuri area. Para penjaga keamanan yang mendengar beritanya memanggil satu sama lain. "Kakak Li, sepertinya ada seseorang disana." "Kakak Qiu, dimana kamu?"
Mereka berdua berdiri di tempat terbuka di luar rumah di tengah keramaian itu. Jantung Kapten Ding berdegup cepat saat dia berpaling untuk melihat Xu Xu yang sedang memegang tongkat pemukul. Dia sedang menatap ke arah pepohonan yang gelap dengan sabar.
Meskipun Xu Xu terlihat sangat lemah dan kurus, dia tampak seperti 'Tuhan' di mata Kapten Ding. Dia tidak bisa menahan rasa ingin tahunya sehingga dia akhirnya bertanya, "Petugas, bagaimana kamu bisa tahu bagaimana perilaku Yang Yu?"
Bukannya menjawabnya, Xu Xu bertanya, "Dimana tempat tinggal Yang Yu? Berapa banyak orang yang tinggal bersamanya?"
Kapten Ding menunjuk ke arah depan mereka. "Di asrama di sebelah sana. Biasanya, dua orang berbagi satu kamar bersama, tapi saat ini dia sedang tinggal sendirian. Teman sekamarnya pulang kampung untuk mengunjungi kerabatnya."
"Kirimkan beberapa orang untuk menjaga asrama," kata Xu Xu dengan segera.
Yang Yu tidak bodoh. Jika dia tidak bisa melarikan diri, maka hal pertama yang akan dia lakukan adalah menghancurkan barang bukti. Peralatannya kemungkinan besar disembunyikan di dalam asrama itu juga.
Kapten Ding segera memberikan perintah kepada orang-orangnya melalui walkie-talkie. Tiba-tiba mereka mendengar suara letusan keras dari walkie-talkie dan suara gelisah berteriak, "Kakak Ding, kami menemukan dia."
Kapten Ding langsung menegang. "Dimana?"
"Dia berlari ke arah asrama. Kita hanya berdua disini, Kakak Ding, cepatlah kemari."
Kapten Ding memegang tongkat kayu tebal dan menerjang maju. Xu Xu mengikuti dia. Akan tetapi, karena dia hampir tidak lulus uji tes fisik, ada jarak yang signifikan antara dia dan Kapten Ding meski baru berlari sejenak. Mungkin Kapten Ding merasa sangat bersemangat, jadi dia sama sekali tidak menyadari Xu Xu yang tertinggal di belakangnya. Dia segera berbelok ke sudut dan menghilang. Hanya suaranya yang bisa terdengar dari kejauhan. "Dimana dia? Aku datang ...."
Saat Xu Xu sampai di sudut taman, dia melihat jalan sempit di antara dua baris pepohonan pendek. Tidak ada lampu jalan dan hanya ada cahaya redup yang menyinari jalan itu. Dia bisa melihat bayang-bayang pohon dari kejauhan tapi tidak terlihat lokasi dari asrama itu. Saat itu, Kapten Ding sudah berlari sangat jauh. Tiba-tiba jalan itu berubah sunyi karena tidak ada orang lain disana.
Xu Xu berhenti berlari. Dia memegang tongkat pemukul dan berjalan menyusuri jalur itu sambil melihat ke sekeliling dengan waspada.
Beberapa detik kemudian, dia mendengar suara langkah kaki cepat dan derak samar, seakan seseorang secara tidak sengaja menginjak ranting pohon.
Suara itu datang tepat dari belakangnya.
Meskipun Xu Xu selalu merasa tenang, detak jantungnya langsung berdetak kencang. dia menggenggam tongkat di tangannya dengan erat dan mengarahkan pandangannya ke tanah. Dia melihat jalur yang disinari cahaya redup dan bayangannya yang kecil dan samar. Akan tetapi, ada bayangan lain tepat di belakangnya yang secara bertahap mulai menimpa bayangannya ....
Sekujur tubuh Xu Xu menegang saat dia mendengar suara langkah kaki yang rusuh mendekat dari kejauhan. Suara langkah kaki itu diiringi dengan suara Zhao Han yang berteriak. "Jangan bergerak!"
Saat Xu Xu mengangkat tongkat pemukulnya dan berbalik untuk mengayunkannya, dia disambut oleh wajah tegang Yang Yu yang terlihat ganas. Dia mengeluarkan pisau di tangannya dan menerjang ke arahnya Xu Xu.
Beberapa detik kemudian, tongkat pemukulnya mengenai dada Yang Yu. Meskipun dia tidak begitu kuat, dia mengerahkan kekuatan penuhnya untuk mengayunkan tongkat itu. Orang biasa belum tentu bisa menahan serangan itu. Yang Yu mengerang kesakitan dan pisau di tangannya jatuh ke tanah.
Akan tetapi, reaksi Yang Yu juga sangat cepat saat dia segera memegang tongkat pemukul itu dan menariknya dengan keras. Tanpa diduga dia sangat kuat, jadi Xu Xu sangat cepat dikalahkan, membuatnya secara insting melepaskan genggaman tongkat di tangannya. Tanpa ragu-ragu, dia segera berbalik untuk berlari.
Akan tetapi, Yang Yu menggenggam kerah Xu Xu lalu menahan gadis itu dengan tangannya. Pada saat yang sama, Yang Yu mengeluarkan pisau lain dari kantongnya dan menekannya ke leher Xu Xu sambil bergetar hebat.
Zhao Han terengah-engah saat dia berlari menghampirinya. Dia melihat Yang Yu menyandera Xu Xu sambil menyeretnya ke dalam kegelapan pepohonan di belakang mereka selangkah demi selangkah. Zhao Han berteriak marah kepada lelaki itu, "Lepaskan dia!"
Pada saat itu, Kapten Ding dan beberapa penjaga keamanan tiba di belakang Zhao Han. Saat dia melihat apa yang terjadi, mereka melihat satu sama lain dengan putus asa.
"Aku ... aku mau mobil." Yang Yu berdiri diam saat dia menegakkan lehernya dan berkata, "Katakan kepada polisi untuk pergi sekarang. Aku akan melepaskannya setelah aku meninggalkan Kota Lin. Jangan ikuti aku atau aku akan menusuknya."
Wajah Zhao Han berubah warna menjadi pucat kehijauan. Cahaya senter di sekelilingnya membuatnya bisa melihat wajah pelaku kejahatan dengan jelas: mata Yang Yu sangat merah dan wajahnya berubah kelabu dan pucat pasi. Dia memegang pisau di tangannya yang terus-menerus bergetar. Kelihatannya dia bisa sewaktu-waktu melukai leher Xu Xu yang rapuh secara fatal ....
Xu Xu sangat mungil. Dengan tangan Yang Yu di sekelilingnya, seluruh wajahnya tertutup sampai ekspresi mukanya tidak dapat terlihat.
Zhao Han mengambil napas dalam dan berkata kepada Yang Yu, "Jangan bertindak impulsif dan letakkan pisau itu. Hukumanmu akan jauh lebih berat jika kamu tidak sengaja menyakitinya."
Semakin banyak penjaga keamanan berkumpul di belakangnya. Kapten Ding semakin gelisah dan berteriak, "Yang Yu, jangan melakukan tindakan gegabah. Perbuatan salah bisa mengakibatkan penyesalan seumur hidup, lepaskan polisi itu."
Penjaga keamanan lain juga ikut berkata, "Ya, Yang Yu, jangan bertindak gegabah."
Akan tetapi, sepertinya Yang Yu tidak memiliki niat untuk mendengarkan mereka. Dia mulai sedikit kebingungan dan berteriak frustasi. "Dimana mobilnya, aku mau mobilnya. Aku harus pergi."
Jantung Zhao Han berdetak cepat saat dia melihat pisau yang bergoyang-goyang di tangan Yang Yu. Dia tahu bahwa mustahil dia akan melepaskan Yang Yu, tapi Xu Xu berada di tangannya. Apa yang harus dia lakukan?
Pada saat itu, sebuah suara dingin berbicara. "Mustahil."
Semua orang terkejut, bahkan Yang Yu. Ini karena suara itu datang dari tangannya. Dia menoleh ke wajah wanita itu yang sekarang terlihat pucat dan rapuh. Tapi, tatapan matanya sangat dalam dan menakutkan. Sorot mata dingin di matanya mengejutkan Yang Yu.
"Apa yang kamu bicarakan?" dia menggeram rendah. Ujung pisau itu sudah menyentuh lehernya saat Xu Xu menatapnya. "Tidak ada mobil dan kami tidak akan membiarkanmu pergi. Tidak ada ruang untuk berdiskusi jadi jangan coba-coba memikirkannya."
Yang Yu tidak menyangka seorang sandera bisa begitu angkuh. Dia terkejut, begitu juga dengan semua orang di sekelilingnya.
Xu Xu melanjutkan, "Letakkan pisaunya segera. Kalau tidak, rekan-rekanku akan menembakmu. Yang Yu, kamu hanya ingin memberi pelajaran kepada orang-orang itu. Apa kamu benar-benar mau mati karenanya?"
Kata-katanya mengejutkan Yang Yu. Apa dia akan mati karena ini? Dia hanya mau membalaskan dendam.
Lalu, dia mendengar Xu Xu melanjutkan, "Kamu hanya akan masuk penjara selama beberapa tahun untuk membayar kesalahan yang kamu perbuat. Ini tidak terlalu serius. Akan tetapi, jika kamu menggunakan aku sebagai sandera, maka semuanya akan sangat berbeda. Meskipun kamu berhasil melarikan diri, kamu akan diburu sepanjang hidupmu. Pengumuman pencarian akan disebarkan secara nasional dan orang tua sampai tetanggamu akan melihatnya. Saat itu terjadi, mereka semua akan mengatakan hal yang sama: sudah kuduga, Yang Yu sama tidak bergunanya seperti ayahnya ...."
Sekujur tubuh Yang Yu menegang. "Kamu ... kamu ... " tapi dia tidak dapat menyelesaikan kalimatnya. Xu Xu memelototi pria tersebut dan melanjutkan, "Jika kamu melepaskan aku sekarang, semua bisa kembali seperti sebelumnya. Tidak banyak orang tahu akan hal ini dan kamu bisa muncul kembali di masa depan. Karena kamu adalah orang yang pintar, kamu akan tahu pilihan mana yang benar. Apa yang kamu ragukan? Letakkan pisaunya."
Raut wajah Yang Yu terus berubah-ubah. Dia terengah-engah hebat dan tidak berbicara ataupun bergerak. Suara Xu Xu sangat tenang saat dia lanjut mendesaknya. "Letakkan pisaunya. Apa lagi yang kamu pikirkan?"
Tangan Yang Yu gemetaran dan wajahnya berubah pucat pasi saat dia sedikit demi sedikit menurunkan tangannya yang menggenggam pisau. Zhao Han mendesah lega sementara penjaga keamanan di sekeliling mereka menahan napas saat melihat kejadian itu.
Meskipun Xu Xu terdengar tegas dan terlihat serius, ada lapisan keringat di telapak tangannya. Dia tahu bahwa Yang Yu masih bergumul di dalam hati. Karena itu, dia harus menunggu sampai dia melepaskannya sepenuhnya sebelum dia bisa lari. Hanya saat itulah dia bisa dianggap selamat.
Namun, pada saat itu, sebuah suara sirine yang kencang tiba-tiba memecah kesunyian malam itu.
Itu adalah sebuah mobil polisi.
Xu Xu mengutuk di dalam hati saat raut wajah bimbang dan menyakitkan menyapu wajah Yang Yu. Dia mengangkat pisaunya sekali lagi dan mengarahkannya lagi ke lehernya. "Siapa kamu? Bagaimana aku tahu kalau aku bisa memercayai kata-katamu? Apakah masa hukuman itu benar hanya selama beberapa tahun? Bagaimana kamu bisa tahu tentang ayahku ... tidak, aku tidak bisa masuk penjara, aku tidak boleh masuk penjara! Berikan aku mobil, atau aku akan menyakitinya!"
Pria di sampingnya itu terengah-engah seperti sapi yang sekarat sedangkan orang di sekelilingnya menampakkan wajah ketakutan. Mereka bisa melihat dengan jelas cahaya lampu sirene polisi yang tidak terlalu jauh.
Ujung mata pisau itu menyentuh lehernya yang dingin, menyebabkannya menggigil ketakutan. Xu Xu mengendalikan dirinya dan hendak berbicara ketika dia melihat tatapan aneh di mata Zhao Han.
Dia segera tahu bahwa ada seseorang di belakang mereka.
Pikiran itu menyerbu benaknya saat dia mendengar teriakan Yang Yu yang kesakitan, "AH!"
Satu tangan datang dari belakang dan mengekang pergelangan tangan Yang Yu. Sebuah suara "krak" terdengar dan telapak tangannya terpelintir menjadi bentuk yang aneh dan pisau itu terjatuh ke tanah. Meskipun semua itu terjadi dalam sekejap mata, Xu Xu melihat tangan orang itu dan lengan baju hitamnya. Tangannya ramping, kokoh dan kuat.
Yang Yu langsung melepaskan Xu Xu. Dia memegangi pergelangan tangannya dengan ekspresi kesakitan dan jatuh ke tanah.
Detik berikutnya, Xu Xu merasa sesak di dadanya. Tenaga yang kuat menariknya mundur ke dalam pelukan seseorang.
Tangan orang itu lebar dan hangat dan dia segera mencium aroma daun-daunan, seperti rumput yang baru saja dipotong. Akan tetapi, orang itu menggunakan tenaga yang cukup besar sehingga dadanya terasa sesak karenanya.
Zhao Han berteriak terkejut. "Kapten" dia menerjang maju dan memegang tangan Yang Yu kemudian memborgol tangannya di belakang dengan cepat. Para penjaga keamanan di sekeliling mereka juga berkerumun maju saat Yang Yu berteriak kesakitan sambil mencerna apa yang baru saja terjadi.
Xu Xu menengadahkan kepalanya dan melihat sepasang mata yang sangat gelap. Tatapan mata orang itu jernih dan tajam. Dia merasa takut karena tatapan itu tetapi ia juga merasakan suatu sensasi menenangkan yang berbeda.
Ji Bai.
Pria itu memakai jaket hitam dan bertubuh sangat tinggi. Fiturnya tajam, lembut dan juga indah. Akan tetapi, ketika fitur itu ditempatkan pada bentuk wajahnya yang tegas, mereka terlihat tenang dan kuat. Dia juga terlihat lebih muda dibandingkan fotonya. Rambut hitam pendek dan alis matanya memberikan aura yang sangat gagah seperti pahlawan.
Bahkan Xu Xu merasa sedikit panik saat dia tiba-tiba bertemu dengan seseorang dengan penampilan begitu menarik. Belum lagi fakta bahwa ini adalah pertama kalinya dia dipeluk begitu erat oleh orang asing. Di bawah cahaya remang lampu jalan, Xu Xu melihat wajahnya yang hanya berjarak beberapa inci. Dalam hitungan detik, dia secara tidak logis melihatnya seperti sebuah lukisan yang bermandikan cahaya matahari pagi. Wajahnya tampan namun tidak jelas di saat yang sama.
Akan tetapi, Ji Bai hanya menatap Xu Xu sekilas sebelum melepaskan gadis itu.
Xu Xu menenangkan diri dan menyambutnya. "Senang bertemu denganmu, Kapten Ji."
Ji Bai tidak menjawabnya. Malah, dia menggerakkan pandangannya turun ke lehernya yang ramping sebelum mengulurkan tangan dan menyentuhnya.
Dia melakukannya dengan cepat. Sebelum Xu Xu bisa bereaksi, dia merasakan jari yang kapalan menyentuh kulitnya, diikuti dengan rasa sakit yang sedikit menusuk.
Xu Xu secara tidak sadar memberengut dan bergerak menjauh.
Reaksi defensif yang seperti landak itu membuat Ji Bai menatapnya sekilas. Lalu, sorot mata dingin di matanya memudar dan dia menunjukkan senyuman. Namun, dia hanya tersenyum samar sehingga terkesan tidak peduli dan dingin.
"Lukanya tidak begitu dalam. Kamu harusnya bisa mengurusnya sendiri." Suaranya tidak terdengar agresif seperti di telepon. Sebetulnya, suaranya terdengar lebih lembut secara langsung.
Xu Xu menyentuh lehernya dan menemukannya berdarah. Dia terluka karena pisau itu. "Oh ...."
Dia mengingat bahwa Ji Bai baru saja menyelamatkannya. Bakat dan penilaiannya sangat luar biasa. Xu Xu membungkuk dengan hormat mengatakan, "Terima kasih."
Ji Bai menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu melakukan itu. Aku akan mencarimu nanti untuk membicarakan tentang kejadian hari ini. Seorang polisi disandera oleh penjahat, ya? Kamu membuatku bangga."
Xu Xu kehabisan kata-kata.
Pada saat itu, suara langkah kaki yang terburu-buru terdengar saat rekan-rekan mereka tiba.
"Kapten."
"Kapten, kamu sudah kembali."
Beberapa dari mereka bersorak gembira saat mereka melihat atasan mereka. Yao Meng juga datang, dan saat dia melihat Ji Bai, dia agak terkejut. Lalu dia pun berseru kencang, "Senang bertemu denganmu, Kapten."
Pandangan Ji Bai menyapu semua orang. Dia tidak lagi memperhatikan Xu Xu dan malah berjalan menghampiri Zhao Han, yang mengawal Yang Yu. Bola matanya yang gelap tampak berseri-seri dengan senyuman begitu melihat teman dan anak buahnya, yang membuat garis wajahnya yang tampan juga menjadi lebih lembut.
Yang lainnya juga mulai tersenyum. Senyuman yang hangat dan tanpa ucapan itu digantikan oleh kebencian dan pandangan merendahkan saat mereka melihat Yang Yu yang ditangkap.
Tanpa salam pembukaan, Ji Bai mulai memberikan perintah. "Petugas Wu, bawa dua orang bersamamu untuk menggeledah tempat tinggal Yang Yu; Xiao Chen, kamu dan Da Hu kawal pelakunya ke mobil; Xiao Zheng, bawa yang lain untuk mendapat kesaksian dari mereka; Yao Meng, bantulah Xu Xu mengobati lukanya."
Semua orang berpaling ke arah Xu Xu dan Yao Meng segera maju kedepan dan bertanya, "Xu Xu, apa kamu baik-baik saja?"
"Ini bukan apa-apa, hanya goresan kecil." kata Xu Xu sambil tersenyum.
Xu Xu tidak membutuhkan pertolongan Yao Meng jadi Yao Meng tidak mendesaknya dan pergi bersama yang lainnya.
Xu Xu berjalan ke mobil polisi dan mengeluarkan kotak pertolongan pertama. Dia meletakkan dua plester pembalut luka di lehernya tapi tidak kuasa memberengut kesakitan. Akan tetapi, tempat yang paling sakit bukanlah lehernya, melainkan dadanya.
Saat Ji Bai menariknya dari dekapan Yang Yu, dia memeluknya dengan sangat erat. Pada waktu itu, dia tidak menyadarinya tetapi Ji Bai memegang dada kanannya. Karena dia menggunakan banyak tenaga, dadanya masih terasa sakit sekarang karena kulitnya yang memang sensitif dan rapuh, dan menilai dari rasa sakit di dadanya, kemungkinan memar.
Perasaan itu asing baginya. Sepertinya Ji Bai tidak hanya menyebabkan rasa sakit di tubuhnya, tapi juga membuatnya merasa sedikit tidak nyaman. Akan tetapi, Xu Xu tidak mau memikirkannya. Tidak ada orang di sekitarnya jadi dia hanya memegang dadanya untuk menolong meringankan rasa sakitnya sedikit. Lalu, dia keluar dari mobil dan pergi menuju asrama Yang Yu.
Malam itu berjalan lancar. Mereka menemukan satu tas pisau silet di bawah ranjang Yang Yu di asrama dan juga "rencana aksi" yang ditulisnya sendiri. Disana dituliskan waktu, tempat dan perasaannya setiap kali dia melakukan tindak kejahatan. Ini adalah bukti yang tidak bisa diganggu gugat bahwa dialah pelaku kejahatan itu.
Dia awalnya tinggal di kota kecil dekat Kota Lin dan keluarganya cukup berada, yang membuatnya dimanja saat bertumbuh dewasa. Akan tetapi, pada usia enam belas tahun, usaha ayahnya gagal dan mereka kehilangan segalanya. Ibunya menceraikan ayahnya karena hal ini. Nilai pendidikannya selalu biasa-biasa saja, jadi dia gagal masuk ujian perguruan tinggi karena perubahan drastis ini. Karena itu, dia pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Namun, dia selalu merasa dia berhak mendapat lebih dan selalu bertindak tanpa pikir panjang saat bekerja. Sehingga, meskipun dia sudah berada di kota Lin selama tiga sampai empat tahun, dia tidak pernah mendapat jabatan. Pada pekerjaan sebelum ini, dia diperkenalkan kepada sebuah pekerjaan oleh seorang teman dari kampung halamannya dan akhirnya diberhentikan karena sering tidak hadir tanpa izin untuk bermain video games .... Semua sesuai dengan pengambilan kesimpulan Xu Xu dan semua orang dari kepolisian tindak kriminal terkejut karenanya.
Saat mereka menutup kasus itu, Ji Bai meminta mereka semua mengembalikan pistol mereka ke kantor kepolisian dan pulang ke rumah untuk tidur karena mereka sudah cukup sibuk selama beberapa hari terakhir. Ji Bai dan Petugas Wu, yang juga memiliki banyak pengalaman, mengatakan bahwa mereka yang akan menginterogasi Yang Yu malam ini.
Saat mereka masuk ke dalam mobil, Petugas Wu menoleh ke arah Ji Bai, "Aku dengar bahwa Xu Xu dijadikan sandera, tapi dia hampir membujuk Yang Yu untuk mengaku dan menyerahkan diri. Anak didikmu itu luar biasa. Oh iya, dia agak mirip sepertimu saat kamu baru pertama kali bergabung dengan anggota kepolisian. Kalian berdua sangat hebat."
Apakah Xu Xu benar-benar seperti dirinya? itu adalah pernyataan yang menarik.
Ji Bai tersenyum.
Saat dia turun dari pesawat, dia mendengar bahwa Xu Xu dan Zhao Han sedang berada di taman, jadi dia segera menuju kesana. Saat dia sampai, dia menemukan bahwa taman itu tidak setenang dan sedamai biasanya. Malah, keadaan sangat bising dan tegang.
Saat dia masuk ke dalam pepohonan, dia melihat Yang Yu sedang menyandera Xu Xu. Ketika dia hendak melakukan serangan tiba-tiba dari belakang, dia mendengar ancaman dingin dari Xu Xu.
Dia melakukannya lebih baik dari yang diharapkan. Meski sebagai sandera, dia memegang kendali penuh atas situasi.
Setelah dia menyelamatkannya dari Yang Yu, hal yang pertama kali dia lihat adalah sepasang mata yang sangat tenang dan gelap. Bahkan setelah dijadikan sandera, dia tidak melihat rasa takut dan panik di matanya, dia terlihat lega dan memahami situasi dengan baik.
Xu Xu mengenali dirinya dan butuh beberapa waktu sebelum dia memberi salam. "Senang bertemu denganmu, Kapten Ji." tanpa menyadari bahwa ada dua sampai tiga luka goresan yang mengerikan di lehernya yang pucat.
Kekuatan mentalnya sangat mengesankan. Dia terlihat lamban dan ekspresi tidak terganggu di wajahnya membuat seolah dia tidak terpengaruh oleh kejadian itu.
Hal lain yang juga mengejutkannya adalah wanita ini terlalu kurus. Beratnya tidak terasa sama sekali di tangannya sedangkan garis wajahnya bisa dibilang lembut dan halus. Belum lagi kulitnya yang terlalu pucat. Seakan-akan dia tidak memiliki warna di pipinya, seperti zombie kecil yang rapuh ....
Bagaimana seorang gadis sekecil ini menantang rintangan dengannya di masa depan? Dia terlihat seperti seekor hewan kecil.
Selain itu, pikiran lain menggoda benaknya.
Dia tidak terlalu memperhatikan sebelumnya, tapi setelah dia mengingat kembali, ada sesuatu yang terasa salah di tangannya saat dia menyelamatkan Xu Xu. Rasanya terlalu lunak. Saat dia menarik Xu Xu ke dalam pelukannya, dia tidak sengaja memegang dadanya.
Rasa yang empuk dan kenyal di tangannya itu terasa aneh dan menyegarkan; rasa itu bertahan lama di jemarinya sehingga tidak mudah untuk dilupakan.
Meskipun dia terlihat sangat kurus, dadanya tidak memiliki kekurangan ....
Dia mengacuhkan perasaan aneh di ujung jarinya dan membalas Petugas Wu, "Dia memang luar biasa. Apa kamu pernah melihat seorang sandera yang bertindak lebih ganas daripada penjahatnya?"
Petugas Wu terkekeh. "Bagian terbaiknya adalah dia hanya seorang gadis kecil mungil, akan tetapi, dia memiliki pengaruh yang meledak-ledak."
Mereka berdua tertawa bersama.
Petugas Wu melanjutkan, "Jagalah dia. Siapa tahu, dia bisa menjadi detektif wanita hebat berikutnya. Satu-satunya hal yang menghentikannya adalah kemampuan fisik - bagaimanapun juga, hal itulah yang sepertinya menjadi masalah barusan."
"Itu tidak akan menjadi masalah lagi." Ji Bai tersenyum. "Aku akan melatihnya - lihat saja kemampuan fisiknya meningkat nanti."