Chereads / Saat Seekor Siput Jatuh Cinta / Chapter 12 - Bab 12

Chapter 12 - Bab 12

"Cinta pada pandangan pertama" mungkin sedikit berlebihan, tapi Ye Zixiao sangat yakin bahwa dia benar-benar tertarik kepada Xu Xu.

Di hari yang berkesan itu pada rerumputan yang disinari matahari terbenam, seorang gadis mungil pemarah, yang meneriakkan perintah dengan kedua tangan berlumuran darah telah memetik sebuah nada di hatinya. Dia terpikat karena kenyataannya Xu Xu adalah wanita yang keren, penuh energi, dan juga sangat imut.

'Jika kamu menyukai seseorang maka lakukanlah sesuatu,' itu adalah prinsip sederhana yang dia ikuti.

Setelahnya, Ye Zixiao mengganggunya seharian, tetapi wanita itu bahkan tidak mau menatap matanya. Awalnya dia merasa kesal dan tidak tertarik kepada Xu Xu, tapi dia melihat sesuatu saat dia berdiri di belakangnya saat dia berjongkok di rumput selama lebih dari satu jam di lokasi kejadian perkara. Saat dia berdiri, kakinya pasti mati rasa, jadi wanita itu terhuyung sebentar sebelum dia bisa berdiri tegak lagi. Lalu dia menghentakkan kakinya beberapa kali di atas tanah agar sirkulasi darah kembali mengalir ke kakinya.

Pada saat itu, dia merasa tidak puas. 'Jika dia jadi pacarku, bagaimana mungkin aku membiarkannya bekerja sekeras itu? Aku akan memanjakannya agar dia bisa melakukan apapun yang dia mau. Dia tidak perlu melumuri tangannya dengan darah atau memeriksa akibat dari tindak pembunuhan. Dia akan hidup luar biasa nyaman setiap hari.'

...

Malam itu langit tertutup awan dan sinar cahaya redup hanya sedikit menembus kegelapan.

Ye Zixiao berpura-pura seolah tidak ada hal yang terjadi di antara mereka sebelumnya saat dia mengulurkan tangannya untuk menyapa Xu Xu. "Halo, Nona Xu, kita sudah bertemu sebelumnya. Aku Ye Zixiao."

Xu Xu memberengut, dia hampir saja menolaknya, tapi dia menengadah dan melihat ekspresi wajah kakaknya yang lembut dan penuh harapan.

Dia tiba-tiba mengingat apa yang dikatakan Ji Bai sebelumnya. "Xu Xu, penting bagi kamu untuk mengerti bagaimana cara kerja dunia."

Dia juga mengingat perkataan kakaknya. "Karena kamu sudah ada disini, kamu harus menghargaiku dan setidaknya makan sampai selesai."

Setelah jeda beberapa saat, dia mengulurkan tangannya secara perlahan. "Halo."

Raut kemenangan bisa terlihat menyinari mata Ye Zixiao yang indah. Dia menjabat tangan mungilnya namun sedikit terkejut karena kulitnya terasa sangat dingin dan halus. Detik berikutnya, Xu Xu menarik kembali tangannya dengan paksa.

Mereka bertiga duduk dan Xu Juan melihat menu, sedangkan Xu Xu hanya menatap ke arah meja.

Ye Zixiao berkata, "Nona Xu, apa saja hobimu?"

Xu Xu tidak berencana untuk menghiraukannya, jadi dia memberikan jawaban setengah hati. "Diluar pekerjaanku, aku tidak punya hobi."

Ye Zixiao mengangkat alisnya dan tersenyum. "Sebuah kebetulan, aku juga begitu."

Xu Xu terdiam.

Xu Juan melirik ke samping kepada mereka berdua lalu tersenyum.

Ye Zixiao lanjut bertanya, "Aku dengar kamu mempelajari psikologi kriminal, apa itu? Apakah itu semenarik yang dibuat di drama Amerika?"

Xu Xu menjawab, "Pada dasarnya aku meneliti tiga bagian di universitas. Yang pertama adalah mengembangkan database berisikan model perilaku para penjahat di China. Yang kedua yaitu tentang pengaruh dari lingkungan hidup keluarga di China terhadap perilaku kejahatan setelah dewasa. Yang ketiga ... " dia melanjutkan dengan menjelaskan daftar teori yang sangat teknis.

Ye Zixiao mengangguk berulang kali saat mendengarkan Xu Xu. Ada senyum samar di wajahnya saat dia melakukannya, dan matanya terus bersinar.

Xu Juan menghela napas. "Kenapa kamu menjelaskan dengan cara yang begitu rumit, aku tidak mengerti apapun."

Ye Zixiao mengangguk. "Aku juga tidak mengerti, tapi aku merasa Xu Xu menjelaskannya dengan sangat baik."

Oleh sebab itu, tidak peduli apa yang dia tanyakan setelahnya, Xu Xu hanya menjawab dengan malas "Hmm", "Ya", atau "Aku tidak tahu."

Di tengah perbincangan Xu Juan pergi ke ke kamar kecil.

Karena hanya ada mereka berdua, Ye Zixiao tersenyum kepadanya tapi Xu Xu langsung menuju pokok permasalahan. "Kencan buta ini tidak ada artinya, aku tidak akan menerimamu."

Akan tetapi, Ye Zixiao tidak terkejut ataupun marah, malah dia dengan sangat rendah hati menganggukkan kepalanya.

Lalu dia berkata. "Xu Xu. Aku tahu bahwa perbuatanku sebelumnya agak tidak sopan, yang mungkin membuatmu mempunyai kesan buruk terhadapku. Ditambah lagi, aku bahkan menghambat pekerjaanmu sebagai petugas kepolisian tindak kriminal. Aku minta maaf."

Dia telah meminta maaf dengan tulus dan Xu Xu bukan orang yang kejam, karena itu dia mengangguk. "Aku menerimanya, aku tidak mengambil hati perbuatanmu, jadi jangan terlalu memikirkannya."

Senyum Ye Zixiao semakin melebar, menampilkan gigi seputih mutiara secara menyeluruh. "Karena kita berdua sudah melupakan masa lalu, dan sekarang aku sedang berkencan buta denganmu malam ini, aku berharap kamu akan memberikan kesempatan untuk mengenalku lebih dahulu sebelum memutuskan untuk menolakku atau tidak."

"Aku berumur dua puluh lima di tahun ini, sehat dan tidak mempunyai kebiasaan buruk ataupun catatan kriminal. Aku sangat mapan dari sisi keuangan, jadi kamu akan sangat berkecukupan di masa depan. Aku lulus sebagai murid di tingkat sepuluh teratas di luar negeri dan juga mempunyai nilai tes IQ yang luar biasa, yang akan bermanfaat bagi keturunan kita."

"Akan tetapi, di atas semua itu, yang terpenting adalah aku menyukaimu. Ketahuilah jika kita mulai berpacaran, aku akan menganggap serius hubungan ini."

"Jadi, maukah kamu mempertimbangkannya?"

Xu Xu tercengang.

Ini adalah pertama kalinya seseorang membuat pengakuan kepadanya dengan pidato yang begitu panjang dan serius. Belum lagi, semua yang dia katakan masuk akal.

Sesungguhnya, Ye Zixiao sudah menyiapkan diri. Dia secara khusus bertanya kepada Xu Juan tentang hal yang disukai Xu Xu, dan meskipun Xu Juan tidak akan sembarangan menolong orang luar, dia mau memberikan beberapa saran untuknya. Xu Juan mengatakan kepadanya, "Adikku suka menganalisa semuanya, jadi jangan perlakukan dia seperti wanita angkuh dan sombong pada umumnya - kamu harus mengerakkan hatinya dengan ketulusanmu."

Setelah berpikir panjang dan lama tentang hal ini, akhirnya Ye Zixiao membuat pernyataan itu. Ternyata, memang benar mengenai sisi logis Xu Xu, jadi dia mendengarkan perkataannya dengan penuh perhatian.

Melihatnya terkejut, Ye Zixiao tampak gembira dan bertanya, "Bisakan aku menganggap kebisuanmu sebagai penerimaan yang tidak diucapkan?"

Xu Xu menggosok matanya. "Maafkan aku. Aku agak lelah dan pikiranku belum jernih, sehingga mempengaruhi pengambilan keputusanku. Biarkan aku mengumpulkan pikiranku dan mempertimbangkannya selama beberapa menit, lalu aku akan memberikan jawaban untukmu." Lalu dia melihat waktu di jam tangannya sebelum tenggelam dalam pemikirannya dengan raut wajah datar.

Ye Zixiao sedang merasa tidak percaya, namun gembira di saat yang sama. 'Dia benar-benar fokus untuk memikirkannya.'

Jika orang lain yang melakukannya, Ye Zixiao pasti udah tersenyum mencemooh dan pergi. 'Meskipun aku yang mengejarnya, kenapa aku harus menjadi seekor ikan di papan talenan seraya menunggu seorang wanita menentukan takdirku?'

Akan tetapi, kali ini, teman kencannya adalah Xu Xu, jadi dia tahu bahwa wanita itu bukannya sengaja melakukan ini untuk mempermalukannya dan juga tidak melakukan ini karena dia angkuh. Dia benar-benar memikirkannya dengan serius.

Selain itu, cinta bukanlah sebuah permasalahan teknis, tapi dia benar-benar berkata, "Pikiranku sedang tidak jernih, biarkan aku mengumpulkan pikiranku dan mempertimbangkannya." dari yang pria itu lihat, Xu Xu sebelumnya sudah memiliki keyakinan bulat tetapi sekarang dia sedang merasa bimbang, bukan? Jika dia masih merasa bimbang maka apakah menurut dia, Ye Zixiao ini, tidak cukup baik untuknya?

Meskipun dia memikirkan hal ini, saat Ye Zixiao melihat Xu Xu yang sedang mengerutkan alisnya, dia tidak kuasa merasa gugup.

Setelah beberapa menit, Xu Xu menengadah. Dia sangat tenang saat mengatakan, "Aku sudah memikirkannya dan aku minta maaf, tapi aku tidak bisa menerima ini."

Raut wajah Ye Zixiao berubah sedikit dan dia dengan seketika bertanya, "Mengapa?"

Xu Xu terlihat ragu-ragu sejenak sebelum dia melembutkan nada bicaranya dan menjawab, "Terima kasih banyak karena sudah berusaha keras untuk mendapatkanku. Kamu menawarkan perjanjian yang bagus, tapi aku tidak terlalu menyukai pria sepertimu. Perjanjian bisa diperbaiki, akan tetapi selera tidak bisa dikendalikan. Aku minta maaf."

Saat Xu Juan kembali, dia melihat Ye Zixiao bersandar ke belakang sandaran kursi sambil menatap ke luar jendela. Dia terlihat mengerikan. Xu Xu, di sisi lain sedang menggeser halaman dalam ponselnya dengan wajah agak memerah.

Xu Juan tidak mengatakan apapun. Dia duduk dan langsung memulai pembicaraan yang berhubungan dengan bisnis.

Sepanjang malam itu, Ye Zixiao tidak pernah mengajak Xu Xu berbicara lagi dan Xu Juan tidak lagi mencoba untuk menjodohkan mereka. Xu Xu hanya tinggal di sana sambil memeriksa ponsel dan mendengarkan pembicaraan mereka dalam diam.

Dalam perjalanan menuju mobil mereka setelah makan malam, Xu Juan berkata, "Xu Xu, tunggu aku di dalam mobil, aku mau merokok sebentar dengan Tuan Ye."

Xu Xu mengangguk dan pergi. Kedua pria itu menyalakan rokok mereka sebelum Xu Juan berkata dengan senyum samar, "Adikku adalah orang yang terus terang, dia tidak baik dalam urusan interaksi antar sesama, yang sebagiannya karena fakta aku yang memanjakannya. Jangan khawatir, aku tidak akan mengajaknya makan malam bersama kita lagi di kemudian hari."

Ye Zixiao mengerti apa yang dia lakukan - Xu Juan sedang mencoba mengurangi kerusakan dari kencan buta yang gagal itu, dengan memberikannya jalan keluar.

Dia melihat ke arah Xu Xu yang berjalan menjauh, dan menjawab sambil tertawa, "Jika kamu tidak keberatan, aku belum mau menyerah, lagipula, kepercayaan bisa memindahkan gunung. Sebagai kakaknya, aku percaya kamu tidak akan menghalangi kebebasan adikmu dalam berteman, bukan?"

Xu Juan agak terkejut saat dia tertawa. "Baiklah, aku tidak akan ikut campur. Pilihan itu sepenuhnya ada di tangannya."

Sebetulnya, Ye Zixiao agak marah kepada Xu Xu. Dia merasa bahwa Xu Xu terlalu keras kepala dan tidak menghargainya sama sekali.

Walaupun begitu, setelah menenangkan diri, dia juga merasa tidak puas. Dia percaya bahwa dia bisa memenangkan hatinya biar bagaimanapun juga.

Mungkin hasratnya untuk menjadi pemenang membuatnya berpikir seperti itu. Dia sangat sadar bahwa penolakannya, sebenarnya, membuatnya semakin merasa tertarik. Dia melakukan yang terbaik untuk membenarkan perasaannya. 'Apa salahnya? Sangat pantas bagi seorang pria untuk mengejar seorang wanita.'

Dari sudut pandang Xu Xu, dia sudah menyelesaikan persoalan dengan Ye Zixiao, tapi dia tidak tahu bahwa pria itu sebenarnya merencanakan untuk bangkit kembali. Sementara itu, meskipun dia masih harus berlatih setiap subuh, dia bisa beristirahat di rumah selama waktu yang tersisa di hari itu, jadi dia segera memulihkan diri dengan cukup baik.

Pada hari Minggu sore, dia bahkan memasak sepanci bubur untuk dirinya sendiri. Karena dia tinggal sendiri, masih ada sisa setengah panci meskipun dia sudah makan sampai kenyang. Dia tidak suka membuang makanan, jadi dia berpikir untuk membawanya ke kantor polisi besok untuk dimakan saat sarapan. Meskipun begitu, dia masih tidak bisa menghabiskannya, jadi dia memikirkan Ji Bai dan mengirimkan pesan kepadanya. "Aku memasak bubur dan ada sisa. Apa kamu mau memakannya besok pagi?"

Ji Bai dengan cepat menjawab. "Bubur apa?"

"Bubur kacang merah."

"Baiklah."

Minggu berikutnya lewat dengan cepat setelah Xu Xu membiasakan diri dengan latihan iblis. Meskipun mereka berdua berolahraga bersama setiap hari, mereka tidak banyak berbicara dan berlari dengan kecepatan masing-masing. Akhirnya Xu Xu semakin pintar dan setiap kali dia membawa sarapan, dia juga akan menyiapkan seporsi lagi untuk Ji Bai.

Biasanya, interaksi mereka terbatas dalam persoalan pekerjaan. Akan tetapi, setelah kasus Yang Yu ditutup, tidak ada banyak lagi kasus yang tersisa.

Untuk menghindari timbulnya kepanikan warga, kantor polisi masih belum mengumumkan kasus itu kepada publik, sehingga sebagian besar warga masih tidak tahu tentang kasus ini. Hanya ada sedikit orang yang mengetahui tentang adanya pisau silet di taman-taman. Mereka yang mengetahuinya, di sisi lain hanya menganggapnya sebagai keisengan anak muda, jadi kasus itu tidak terlalu mempengaruhi masyarakat.

Meskipun begitu, semua orang di dalam unit mendengar bahwa Kapten Ji memberikan Xu Xu pelatihan fisik yang berat. Di saat makan siang, mereka bahkan menghibur Xu Xu meski di depan kehadiran Ji Bai, memberitahunya bahwa meskipun prosesnya kejam, itu akan memberikan hasil yang luar biasa. Mereka memberitahunya bahwa terakhir kali Kapten Ji melatih kondisi fisik bawahan adalah tiga tahun lalu - orang itu sangat kurus dan dipaksa untuk lari tiga puluh putaran setiap hari. Dia sekarang menjadi tumpuan bagi cabang timur, seorang gagah, berotot yang mampu berlari dan berkelahi.

Xu Xu mengangguk untuk menunjukkan bahwa dia mendengarkan nasihat mereka.

Pada saat itu jugalah Yao Meng mengetahui bahwa Ji Bai telah melatih Xu Xu secara pribadi setiap hari.

Dia tidak bergabung untuk menggoda mereka seperti biasanya. Malah dia memandang Ji Bai yang tersenyum samar, dan Xu Xu yang agak tersipu, dan dia terdiam.

Dia merasa gelisah saat campuran rasa suka, tidak puas, dan rasa ketidakmampuan kepada Ji Bai berkumpul di hatinya. Perasaan kesepian itu membuatnya merasa seperti diasingkan.

Sebetulnya, perasaan itu mulai tumbuh di dalam hatinya sejak hari Ji Bai kembali.

Yao Meng mengingat dengan jelas bahwa Ji Bai mengenakan jaket hitam pada hari itu. Dia terlihat sangat tinggi dan lebih menarik daripada pria manapun yang pernah dia lihat. Sejak saat itu, dia mengidolakan Ji Bai sebagai orang yang luar biasa, baik dari segi penampilan dan bakat.

Jika dia mau membuat sebuah tujuan untuk diperjuangkan, maka Yao Meng akan berusaha keras untuk menjadi seseorang seperti Ji Bai. Ini sebagian karena kenyataan bahwa mereka berdua tipe orang yang sama, mereka sama-sama diberkati dari sisi penampilan, dan mereka berdua juga sama-sama memiliki kemahiran.

Terlepas dari semua ini, orang yang dia junjung tinggi dan memiliki posisi tinggi di dalam kepolisian telah memilih Xu Xu sebagai anak didiknya, dimana dia terpaksa untuk bekerja di bawah petugas Wu yang dalam ambang masa pensiun. Sekali lagi, tempatnya di dalam kantor kepolisian lebih rendah dibandingkan Xu Xu.

Ditambah lagi, Ji Bai bahkan berlatih bersama Xu Xu setiap pagi, dan mereka selalu bersama hampir sepanjang hari. Nalurinya mengatakan bahwa pada akhirnya, sesuatu akan terjadi di antara mereka berdua.

Ini adalah sesuatu yang dia harapkan untuk salah. Sebetulnya, dia sangat putus asa berharap demikian.

Karena Ji Bai tidak tinggal di kota Lin, dia hampir selalu pulang paling terakhir setelah bekerja. Di sisi lain, Xu Xu juga juga sering pulang terlambat di malam hari juga, biasanya karena dia mau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Ji Bai. Malam itu, Yao Meng juga tinggal belakangan. Dia tahu ini adalah gerakan buta dan tidak logis, tapi setelah mendengar bahwa Ji Bai melatih Xu Xu secara pribadi setiap pagi, dia tidak mau pergi setelah melihat lampu di kantor Ji Bai masih menyala.

Akhirnya, pada jam sembilan lewat tiga puluh menit Ji Bai mematikan lampu kantornya dan melangkah keluar. Saat Yao Meng mendengar langkah kakinya, dia tidak menoleh ke arah Ji Bai. Sebagai gantinya, dia mematikan komputernya, bangkit berdiri dan mulai mengemas tas nya dengan kepala tertunduk.

Ji Bai melirik ke arah Xu Xu yang sibuk mengetik dengan kepala tenggelam di layar komputernya, lalu melihat ke arah Yao Meng. "Mengapa kamu belum pulang?"

Yao Meng tersenyum kepadanya dan berkata, "Aku baru saja mau pergi. Ada pekerjaan yang belum selesai barusan."

Ji Bai melangkah menghampiri Xu Xu lalu berhenti. "Kamu masih belum pulang? Apa kamu akan bisa bangun besok?"

Baru saat itu Xu Xu menyadari waktu. Dia melihat ke arah Ji Bai dan mengangguk, lalu mulai berkemas.

Setelah mereka bertiga berjalan menuruni tangga, Xu Xu dan Ji Bai menuju mobil mereka di basement dimana Yao Meng membungkus syal di sekelilingnya dan menggosokkan kedua tangannya. "Kalau begitu aku pergi duluan." Setelah itu, dia berbalik dan mulai berjalan, sambil merasa kecewa dan mengejek dirinya sendiri, karena fakta bahwa dia menunjukkan tingkah buruk. Dan bisa dibilang, Ji Bai tidak menyadari apapun.

"Tunggu sebentar." setelah beberapa saat, suara pelan Ji Bai terdengar. Yao Meng menahan napasnya saat dia berbalik untuk melihatnya dan merasa jantungnya mulai berpacu.

"Tidak ada bus lagi di jam ini. Bagaimana kamu akan pulang?" tanya Ji Bai.

Yao Meng menggaruk kepalanya dengan canggung dan menjawab, "Aku lupa waktu ... aku akan lihat apa aku bisa naik bus malam." Dia melihat Ji Bai, tapi saat bertemu mata dengannya, dia segera menurunkan tatapannya lagi, takut pria itu akan menyadari sorot penuh harap yang sangat kentara di matanya.

Saat Ji Bai melihatnya menundukkan kepala dengan malu, dia tersenyum dan memalingkan muka. "Biarkan Xu Xu mengantarmu pulang karena satu arah."

Xu Xu tercengang, begitu juga Yao Meng.

Xu Xu menatap Yao Meng, "Kita pulang ke arah yang sama?"

Yao Meng terdiam sejenak lalu menyebutkan alamatnya.

Xu Xu berpikir sebentar lalu menyadari bahwa memang benar bahwa itu ke arah yang sama. "Ayo pergi, kalau begitu. Kita bisa pulang kerja bersama jika kita bekerja lembur lagi nantinya."

Ji Bai berkendara malam itu dan menuju ke utara, sedangkan Xu Xu bersama Yao Meng berkendara menuju tenggara. Yao Meng mengusap wajahnya dan berkata sambil tersenyum "Bahkan Kapten Ji tahu dimana kita tinggal."

Xu Xu membalas, "Mmm."

"Apakah Kapten Ji sangat keras?"

"Tentu saja."

Yao Meng tertawa. "Padahal biasanya dia sangat baik hati. Apakah menyenangkan berlatih bersama dia?"

Xu Xu merasa bahwa pertanyaan barusan agak aneh. "Menyenangkan?" dia menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu, kita tidak banyak bicara."

Yao Meng tertegun sebelum tersenyum dan berkata, "Aku juga berencana untuk berolahraga, kalau begitu aku akan bergabung denganmu lain kali."

Xu Xu menoleh untuk menatapnya tanpa ekspresi.

Hati Yao Meng menegang, tapi lalu dia segera mendengar Xu Xu bertanya, "Apa kamu yakin kamu mau bangun jam empat subuh setiap pagi dan lari sepuluh kali putaran, tanpa istirahat bahkan di akhir pekan? Pikirkanlah baik-baik."

Yao Meng tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Dia mengulurkan tangan untuk mencubit pipi Xu Xu lalu berkata, "Xu Xu, terkadang kamu sangat lucu sampai membuatku ingin mencubitmu." Setelah beberapa saat, Yao Meng menambahkan, "Lupakan saja, tempat tinggalku terlalu jauh. Aku akan bergabung denganmu kalau aku bisa bangun di akhir pekan, jika tidak maka kamu harus melanjutkan penderitaanmu seorang diri."