Benar saja, setelah serangkaian serangan cepat Qi Long mulai melambat, karena ledakan energi yang terbawa saat ia berada dalam keadaan mengamuk nyaris berakhir. Auranya mulai goyah, dan napasnya menjadi berat.
Ling Lan tahu bahwa Qi Long kemungkinan kehabisan tenaga. Jika Qi Long keluar dari pertempuran itu, dia juga tak akan mampu bertahan sendirian melawan penguji yang berpengalaman tempur ini, apalagi mencari kesempatan untuk memukul penguji itu.
Alis Ling Lan berkerut saat ia menimbang pilihannya. Jauh di dalam hati, sebenarnya dia agak kesal -- jika ia tahu bahwa dia harus bertarung dalam pertempuran acak ini, dia akan membawa senjata, seperti semacam senjata tersembunyi. Bahkan jika ia tak dapat memukul si penguji dengan senjata itu, senjata itu tetap akan berguna sebagai pengalih perhatian yang bagus.
Sayangnya, yang dia miliki sekarang hanya cairan energi yang bisa dikonsumsi untuk memulihkan energi fisiknya, yang ia bawa sebagai bekal untuk ujian. DIa hanya membawa tiga tube, jadi bahkan jika ia ingin menggunakannya sebagai senjata tersembunyi, cairan itu tidak akan sangat efektif. Mungkin dia bisa menipu penguji itu sejenak dengan sejumlah besar barang yang dilempar, tapi hanya dengan dua atau tiga barang ini, penguji itu tidak akan mungkin tertipu.
Apa yang harus ia lakukan? Membiarkan Qi Long memakan salah satu tube itu untuk memulihkan energinya?
Sebuah ide muncul di benak Ling Lan, dan dia segera menyusun sebuah rencana. Jadi, dia mulai menyamakan kecepatannya dengan kecepatan Qi Long, melambat sementara ia membuat auranya tampak goyah pula, dan banyak berkeringat di dahi. Semua tanda-tanda penampilannya menampakkan bahwa ia akan segera tumbang sebentar lagi.
Kondisi Ling Lan dan Qi Long yang jelas memburuk memadamkan sorakan teman-teman mereka, yang pelan-pelan melemah dan akhirnya hilang. Kekecewaan dan kebencian tampak di wajah mereka -- tampaknya impian mereka untuk menghajar penguji itu tidak akan menjadi nyata.
Han Jijyun dan Luo Lang bertukar pandangan, dan melihat senyuman pahit masing-masing. Sejujurnya, hasil ini sudah mereka duga, namun, entah bagaimana, rasanya ada yang tidak benar -- mereka sungguh berharap Qi Long dan Ling Lan dapat memberikan mereka mukjizat.
Benarkah tidak ada harapan lagi?
Pada saat itu, Qi Long bertukar pukulan lagi dengan si penguji. Kali ini, karena kekurangan tenaga, Qi Long terlempar ke belakang karena halangan si penguji, terhuyung-huyung mundur beberapa langkah.
Beberapa langkah mundur ini melenyapkan kepercayaan diri Qi Long, dan kekuatan yang mendukungnya dalam pertempuran itu selama ini tampaknya akan lenyap. Sikapnya mulai goyah, dan ia tampak akan segera tumbang. Melihat ini, Ling Lan segera mendekat untuk menjaganya berdiri, dan dengan beberapa langkah ringan, dengan cepat ia membawa Qi Long menjauh dari si penguji, menjaga jarak di antara mereka.
"Kau baik-baik saja?" dengan punggungnya membelakangi penguji, Ling Lan bertanya pada Qi Long dengan panik sambil menggenggam tangannya.
Ekspresi Qi Long tersentak dan semangatnya kembali, seolah-olah kekhawatiran Ling Lan memberinya kepercayaan diri dan keberanian sekali lagi. Dia tidak berkata apa-apa, tapi mengangguk dengan tegas untuk menunjukkan bahwa ia baik-baik saja.
Ling Lan berbalik untuk menatap penguji itu, dan kemudian dengan tegas berkata, "Kalau begitu mari kita bertarung untuk yang terakhir kalinya." Kondisi keduanya jelas menunjukkan bahwa mereka tidak mampu bertarung lebih lama lagi.
Qi Long mengepalkan tinjunya, tatapannya yakin saat ia berkata. "Oke!" Setelah itu, Qi Long menyapu wajahnya dengan tangan kanannya, seolah-olah ia menyapu keringat, tetapi juga seolah-olah menghapus kelelahannya untuk mendorong rasa percaya dirinya. Semangat bertarung di matanya sekali lagi menyala, dan tampak bersinar lebih cerah dari sebelumnya.
Bahkan jika ia tahu ia akan kalah, dia tetap tak akan mundur. Karena ini adalah kesempatan mereka yang terakhir -- jadi berhasil atau gagal.
Performa Qi Long dan Ling Lan sangat memuaskan penguji itu. Perhatian dan kepedulian terhadap rekan setim, keberanian untuk bertarung hingga akhir melawan lawan yang kuat -- ini adalah kualitas yang diperlukan untuk menjadi prajurit yang luar biasa, dan kedua anak ini memilikinya. Ini sangat jarang; dia senang bahwa dia bisa menemukan bakat yang luar biasa ini.
Qi Long menyerang terlebih dulu. Walau kombinasi pukulannya masih memiliki kecepatan dan kekuatan di dalamnya, penguji itu masih bisa menghindarinya dengan mudah. Tidak bisa dicegah -- Qi Long hanya tahu beberapa gerakan tempur. Setelah melihat gerakan-gerakan itu dilakukan berulang-ulang, bahkan jika penguji itu tidak dapat mengingatnya, tubuh penguji itu sudah cukup mengenal serangan Qi Long sehingga menanganinya adalah hal yang mudah.
Penguji itu baru saja menghindari serangan Qi Long ketika, di sisi lainnya, Ling Lan sudah menyerang.
Namun, perhatian penguji itu ada pada Ling Lan selama ini, karena, dibandingkan dengan Qi Long, Ling Lan jauh lebih sulit untuk dihadapi. Meskipun gerakan tempur Ling Lan tidak terlalu bervariasi juga (dia baru mempelajari satu set keterampilan tempur dasar), dia jauh lebih cerdas daripada Qi Long. Dia bergerak dengan cara-cara yang tidak bisa ditebak, dan akan memodifikasi serangannya sesuai dengan situasi saat bertarung. Semua ini mengharuskan si penguji berpikir lebih lama saat menangani Ling Lan.
Penguji itu melihat tinju Ling Lan datang, dan seperti serangan sebelumnya, tinju itu datang dari titik yang paling sulit dan sangat mengesalkan untuk ditangani. Titik-titik ini pada dasarnya titik-titik buta defensif, sangat sulit untuk bertahan melawannya -- entah itu dengan menghindar atau ganti menyerang untuk bertahan, memukul mundur lawan untuk memaksa mereka menarik gerakan mereka.
Tanpa perlu memikirkannya, penguji itu mendorong kepalannya sebagai balasan, ditujukan ke dada Ling Lan. Tangannya lebih panjang dan kepalannya lebih lebar -- bahkan sebagai serangan balik, dia yakin bahwa serangannya akan mengenai Ling Lan terlebih dulu. Dan dalam pertarungan mereka sebelumnya, Ling Lan selalu bereaksi seperti yang diharapkan penguji dan Ling Lan membatalkan serangannya. Lagi pula, melanjutkan dengan keras kepala saat kau tahu bahwa seranganmu akan sia-sia hanya akan menyakiti dirimu, sementara musuhmu akan tetap tidak tersakiti. Orang yang cerdas tak akan melakukan hal yang bodoh seperti itu.
Pada saat itulah kecelakaan terjadi. Ling Lan tidak menghindar tapi terus maju ke depan, dan kemudian; satu sosok tampak di arah kepalannya yang mengarah ke Ling Lan -- itu adalah Qi Long!
Ini tidak baik! Penguji itu terkejut, tapi karena semuanya terjadi begitu cepat, dia tak lagi dapat menghentikan serangannya. Buru-buru dia menarik balik kekuatan di tangannya saat ia merasa kepalannya menyentuh dada Qi Long.
"AH!" teriak Qi Long, seluruh tubuhnya terlempar ke udara oleh kekuatan pukulan itu. Melayang, dia memuntahkan darah, kemudian terjatuh tanpa ampun ke tanah, di mana ia kemudian terbaring tidak bergerak.
"Ah … Qi Long, dia cedera!" anak-anak yang mengamati semuanya berteriak ketakutan. Han Jijyun khususnya menjadi sangat ketakutan, wajahnya seputih kertas.
Penguji itu merasa ngeri. Apakah dia terlambat menarik mundur? Semua perhatiannya sekarang terfokus pada Qi Long -- melihat pada tubuhnya yang tengkurap di tanah, darah segar mengalir dari sudut-sudut mulutnya dalam aliran yang stabil.
Bagaimana ini bisa terjadi? Mungkinkah dia tidak benar-benar berhasil menarik pada waktunya, dan telah memukul Qi Long dengan kekuatan penuh? Apakah dia menyakiti organ internal tubuhnya? Pikiran penguji itu kacau, dan tidak sempat memikirkan hal lain. Yang bisa ia lihat hanyalah tubuh Qi Long di tanah, memuntahkan darah.
"BUK!"
Suara keras sebuah tinjuan keras menghantam tubuh mendadak terdengar, dan penguji itu melayang oleh serangan energi yang besar, jatuh di tanah.
Ternyata Ling Lan tidak menyerah dengan serangannya. Mengambil keuntungan dari kekacauan mental si penguji, dia menyelinap tanpa diketahui untuk mendaratkan pukulan yang telak.
Ling Lan mengembus ringan pada 'senjatanya', kepalannya yang halus, dan menyeringai saat ia berkata, "Misi selesai. Penguji terpukul. Tapi Pak, Anda tak akan membuat kami gagal hanya karena Anda malu, 'kan?"