Chereads / Perpustakaan Jalur Surga / Chapter 7 - Kamu Pernah Dicampakkan Sebelumnya

Chapter 7 - Kamu Pernah Dicampakkan Sebelumnya

"Apa yang saya perbuat?"

Setelah melihat amarah Paman Yao yang mendidih, Zhang Xuan tidak dapat berkata-kata.

Bukankah kesalahpahaman ini sedikit berlebihan!

Meskipun demikian, dirinya berpikir bahwa sangat umum apabila orang lain berpikir seperti itu. Lagipula, tanpa membimbing kultivasinya, ia dapat membuat nona muda itu dengan sukarela mengakui dirinya sebagai tuannya dan ia bahkan tersipu setelah membahas hal tersebut. Terlebih lagi, Kristal Rekorder itu sudah pecah. Sangat jelas bahwa hal tersebut bertujuan untuk menghilangkan bukti…

Semuanya menunjukan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan situasi ini.

Zhang Xuan seketika diberi label sebagai lelaki tua aneh, maniak seks, guru tidak tahu malu, dan julukan lainnya yang serupa.

"Paman Yao, apa yang anda pikirkan? Apabila anda akan terus seperti ini, saya tidak akan pernah menghiraukan anda lagi!"

Melihat Yao Han yang berapi-api dan mendengar perkataannya, bagaimana bisa dirinya tidak tahu apa yang dipikirkan olehnya? Wajahnya seketika itu juga menjadi muram dan ia berteriak.

Bagaimanapun, dirinya adalah wanita muda. Rumor seperti ini dapat merusak reputasinya.

"Nona muda…"

Dicela oleh Zhao Ya, Yao Han hanya dapat menarik kembali auranya.

"Baiklah, ikuti saya untuk mengambil matras tidur. Jangan menahan saya di sini, saya masih ada pelajaran besok." Zhao Ya bergumam dan berjalan meninggalkan ruangan.

Ia enggan untuk membicarakan penyakitnya. Apabila dirinya mengungkapkan hal tersebut padanya, Paman Yao pasti memaksanya untuk berbicara mengenai hal itu. Pada situasi seperti ini, bagaimana bisa dia membahas tentang hal itu?

Sehingga, karna tidak dapat memberikan alasan lain, dirinya hanya dapat mengatakan bahwa dengan sukarela ia mengakui Zhang Xuan sebagai gurunya.

"Hmmh!"

Setelah melihat nyonya muda berbalik untuk meninggalkan ruangan, Yao Han menatap Zhang Xuan dingin dengan kilat di matanya, terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Lalu, dengan menghempaskan tangannya, ia berbalik dan meninggalkan ruangan.

Pada saat ini, niat untuk membunuh lelaki muda itu masih tertinggal di pikirannya. Jika mereka tidak berada di dalam akademi dan nyonya muda tidak menghentikannya, dirinya pasti sudah melakukannya.

"Siapa yang saya singgung saat ini…"

Melihat tatapan dingin Yao Han, Zhang Xuan merasa bingung.

[Saya hanya menerima seorang murid, haruskah kamu bertindak sejauh ini…

Dia membuat seakan saya adalah kriminal yang tidak dapat diampuni dan sumber dari segala kejahatan di dunia ini.]

Permasalahannya adalah… dia tidak melakukan apa-apa!

"Lupakan saja, masih ada hari esok. Mari kita lihat akankah saya dapat merekrut beberapa murid lagi! Semakin banyak murid di bawah bimbingan saya, semakin banyak pula sumber daya yang akan saya dapat!"

Ada banyak level berbeda bagi para guru Akademi Hongtian. Setiap tahun, penilaian dari para guru akan dilakukan berdasarkan kondisi dari murid mereka. Banyak murid yang mereka miliki, Kecepatan dari perkembangannya, hasil mereka di dalam segala kompetisi… Para guru bergantung pada hal ini untuk dapat meningkatkan levelnya.

Semakin tinggi level mereka, sumber daya yang mereka dapatkan akan berkembang pesat. Tentu saja, hal yang sama akan terjadi pada sumber daya yang diterima oleh para murid.

Mungkin ini adalah apa yang dimaksud bahwa para guru dan para murid berkembang sebagai satu kesatuan.

Saat ini, dirinya baru menerima tiga murid. Ia mungkin dapat mempertahankan posisinya sebagai guru, namun apabila membahas tentang kualifikasinya, ia masih tetap berada di paling akhir di seluruh akademi.

Agar ia dapat berkembang, dirinya perlu merekrut lebih banyak murid lagi.

.............

"Zheng Yang, jangan terlalu kecewa! Laoshi Wang Cao adalah satu-satunya yang menolakmu, kamu tidak perlu begitu depresi!"

Dua pemuda sedang berjalan di trotoar akademi. Pemuda yang berada di depan sedang mencoba untuk menghibur yang berada di belakangnya.

"Mo Xiao, kamu diterima, tentu saja kamu tidak merasakan apapun mengatakan kalimat itu. Bagaimana jika kamu merasakan rasanya ditolak!" Zheng Yang mengerutkan keningnya karena tidak senang terhadap penghiburan temannya itu.

"Uhuk uhuk, jangan katakan itu. Masih ada banyak sekali guru yang hebat di akademi ini, bukan sebuah keharusan untukmu memilih Guru Wang Cao di antara mereka semua!"

Pemuda yang berada di depan menggaruk kepalanya dengan rasa malu.

"Tidak perlu memilihnya? Mudah bagimu untuk mengatakannya. Sejak kecil, kita telah berlatih menggunakan tombak dan tombak sudah menjadi bagian dari tubuh kita. Hal tersebut sudah tidak dapat kita kesampingkan lagi. Guru terbaik dalam seni menggunakan tombak di Akademi Hongtian adalah Laoshi Wang Cao. Sekarang saat kamu diterima dan saya ditolak, apakah mungkin bagi saya untuk tidak depresi?"

Zheng Yang geram.

"Itu…" Mo Xiao tidak tahu bagaimana dia akan menjawab pertanyaan itu.

Di Akademi Hongtian, guru yang berbeda memiliki spesialisasi yang berbeda juga. Banyak dari mereka memiliki spesialisasi dalam tinjuan sedangkan banyak dari mereka juga yang memiliki spesialisasi dalam pedang… Laoshi Wang Cao terkenal dengan kemampuannya dalam menanamkan pelatihan menggunakan tombak. Dirinya dianggap sebagai guru yang lebih baik dibanding yang lainnya bahkan jika mempertimbangkan di seluruh akademi.

Keduanya mengikuti ujian tersebut dengan harapan untuk menjadi muridnya. Meskipun begitu, satu dari mereka yang lolos sedangkan yang satunya lagi gagal. Wajar apabila yang tidak lolos itu menjadi muram.

"Hmmm, ada kelas di sana. Bagaimana kalau kita melihatnya!"

Tidak yakin dengan cara apa ia akan memperbaiki suasana canggung ini, Mo Xiao seketika melihat ruang kelas tidak jauh darinya dan menunjuk ke arah kelas tersebut.

"Saya tidak mau…" Zheng Yang menggelengkan kepalanya.

"Ayo kita pergi dan melihatnya. Bagaimana jika guru ini juga ahli dalam menanamkan pelatihan menggunakan tombak?" Mo Xiao menghiburnya. "Toh, kamu tidak akan dirugikan hanya dengan mengunjunginya saja!"

"Baiklah!" Meskipun dirinya tidak mau, Zheng Yang tetap mengikuti Mo Xiao masuk ke dalam ruangan itu.

Orang yang ada di dalam ruangan itu adalah Zhang Xuan. Dirinya baru saja akan pergi ke luar untuk merekrut beberapa darah muda pada saat ia melihat dua pemuda itu masuk ke ruangannya.

"Senang bertemu dengan anda, guru!" Mo Xiao membungkuk.

"Um!" Kedua mata Zhang Xuan membesar secara perlahan. "Apakah kamu di sini untuk mencari guru?"

"Ya, dan ini adalah saudara saya. Dia sangat hebat terutama dengan menggunakan tombaknya. Pada generasi yang lebih muda, hanya sedikit yang dapat bersaing melawannya. Saya harap guru dapat membimbingnya!" Mo Xiao mengatakannya dengan tergesa-gesa.

"Mo Xiao…" Zheng Yang menarik lengan baju saudaranya baik itu.

"Ada apa?" Mo Xiao bertanya dengan bingung.

"Lihatlah sekitarmu…"

Zheng Yang mengerutkan keningnya.

Ruang kelas ini sangatlah sempit. Dilihat dari penampilannya, ruangan ini hanya dapat muat untuk kurang lebih sepuluh orang. Sudah jelas bahwa ruang kelas ini berukuran kecil.

Ukuran dari ruang kelas merepresentasikan kemampuan dari gurunya. Para guru yang berada pada peringkat atas, beberapa dari mereka memiliki kelas seluas lapangan, memungkinkan lebih dari ratusan murid untuk berkultivasi dan berlatih secara bersamaan. Apabila dibandingkan, ruang kelas ini hanyalah seukuran telapak tangan. Guru di kelas ini mungkin saja hanya memiliki standar menengah.

"Memang cukup kecil…" Mo Xiao melihat ukuran dari ruangan ini dan jantungnya berdegup, "deg!"

Pada mulanya, ia ingin menenangkan perasaan terdesak di dalam hati sahabatnya. Namun, tanpa sadar, ia datang ke tempat seperti ini. Apabila standar guru ini benar-benar di bawah standar, bukan hanya perasaan terdesak itu tidak menghilang, bahkan mungkin terasa lebih berat di dalam hatinya.

"Demonstrasikan kemampuanmu dengan menggunakan tombak!"

Terlihat tidak sadar dengan percakapan rahasia di antara keduanya, Zhang Xuan mengatakannya dengan tenang.

"Karena kita datang ke sini, kita boleh juga membuat guru ini membimbingmu sedikit, karena tidak ada yang dirugikan. Apabila standarnya sangat buruk, kita dapat menolaknya saja dan pergi!" Melihat tatapan bimbang pada wajah Zheng Yang, Mo Xiao membujuknya.

"Um!" Zheng Yang menganggukkan kepalanya.

Selain daripada guru yang sangat populer yang sebagian besar murid memandangnya, jika banyak guru yang memilih muridnya sendiri, para murid juga diperbolehkan untuk menilai kapabilitas dari para guru.

Setelah memikirkannya, Zheng Yang seketika itu juga mengambil tombak dari belakangnya dan memasang seluruh bagian-bagian dari tombaknya menjadi satu. [1. Apabila bagian ini terasa aneh, mungkin seperti tombak dengan 3 bagian (sebuah tombak berukuran cukup panjang. Cenderung lebih tinggi dari manusia, sehingga sulit untuk dibawa-bawa]

Sling!

Dengan tombak yang panjang di tangannya, ekspresi Zheng Yang berubah seketika, Tepat seperti kilatan yang mengintimidasi dari ujung runcing pada pedang yang menghunus.

Sou! Sou! Sou! Sou!

Tombak panjang itu ditikamkan ke depan dan gelombang sonik mendengung. Segenap ruangan itu terdengar seperti sedang dikoyak dan tiupan kuat dari angin dicambukkan ke sekitarnya.

Para ahli dapat dikenali pada pergerakan pertamanya. Zheng Yang ini, meskipun mungkin dianggap tidak terlalu kuat, namun kecakapannya dengan tombak memang tidak terlalu buruk.

Hu!

Ujung tombaknya bergetar dan mengenai pilar batu yang tidak jauh darinya, sedikit gema masih tertinggal di udara dan beberapa angka nampak di permukaan pilar itu.

"110!"

Menyangka bahwa akan lebih dari seratus kilogram!

Hanya dengan kecakapan destruktif saja, bahkan Petarung 1-dan Alam Juxi Tingkat Puncak tidak akan mampu untuk menerima pukulannya!

"Guru, tolong berikan saya beberapa masukan!"

Dengan tombak yang digenggam secara vertikal di sampingnya, Zheng Yang berdiri tegak tanpa sedikit rasa gugup atau lelah ketika ia menatap Zhang Xuan tanpa ekspresi.

Sesungguhnya, hanya karena ukuran dari ruang kelas itu, dirinya tidak berekspektasi tinggi terhadap guru ini. Ia berpikir bahwa standarnya setidaknya level menengah.

Seolah-olah membuktikan maksudnya, guru di hadapannya itu menyipitkan mata. Sulit untuk memahami apa yang ia pikirkan. Dirinya hanya membuka matanya perlahan setelah mendengar perkataannya. Ia melihat balik Zheng Yan dengan sedikit senyuman pada bibirnya.

"Kamu sempat terluka secara emosional? Itu… kamu pernah dicampakkan sebelumnya?"