Hao Ren tidak mengira akan melihat Paman Ketiganya di sini. Dia tertegun sesaat dan mengabaikannya.
"Hei, nak! Aku bicara denganmu!" Zhao Kuo berteriak tidak sabar saat dia tidak mendapat reaksi apa pun dari Hao Ren.
Mengabaikannya lagi, Hao Ren berpaling ke Zhao Yanzi, dan berkata, "Sekarang Paman Ketigamu ada di sini, jadi lupakan saja."
Dia meletakkan satu payung itu kembali ke tasnya. Kemudian dia melihat ke arah hujan yang menetes, membuka payungnya yang lain, dan berjalan pergi.
"Wah… pemarah sekali.." Zhao Yanzi cemberut sambil menatap punggungnya. Dia berlari dan menarik tangannya setelah beberapa detik. "Kenapa marah - marah seperti anak kecil? Kau bisa kembali bersama kami sekarang karena Paman Ketiga ada di sini menjemputku!" dia bertanya.
"Aku tidak akan masuk ke mobil Paman Ketigamu!" Hao Ren dengan lembut menepiskan tangannya.
"Kamu bilang apa, nak!" Zhao Kuo mendengarnya dengan pendengarannya yang tajam dan berteriak dari kejauhan.
"Keras kepala! Pemarah!" Zhao Yanzi menghentakkan kaki kanannya dan memutuskan meninggalkan Hao Ren sendirian. Dia berlari-lari kecil menuju Paman Ketiganya di gerbang sekolah.
Dia sedikit tersentuh ketika dia melihat Hao Ren menunggu di gerbang sekolah dengan sebuah payung, meskipun dia tidak menyukai "Paman" ini.
"
"Lupakanlah dia dan mari pergi!" Zhao Kuo merasakan suasana hati Zhao Yanzi yang buruk. Setelah dia membuka pintu untuk mambiarkan Zhao Yanzi masuk, dia menyalakan Mercedes hitam itu.
Dalam diam Hao Ren berjalan menyusuri jalan dengan payungnya. Dia mengabaikan mobil-mobil jutaan yuan yang melewatinya karena satu-satunya yang dia pedulikan hanya neneknya.
Hanya sebuah ide serampangan saja untuk menjemput Zhao Yanzi dari sekolah, dia tidak melakukannya untuk membuat Zhao Yanzi gembira. Jika ada, dia melakukannya sebagai hadiah karena kerja kerasnya akhir-akhir ini.
Saat Mercedes hitam itu melintas, Zhao Yanzi melihat ke belakang ke arah Hao Ren yang berjalan sendirian. Tiba-tiba dia merasa kasihan padanya.
"Paman Ketiga, sudahlah. Mari membawanya bersama kita," Zhao Yanzi berkata.
"Aku tidak membawanya… dia pikir dia siapa!" Zhao Kuo berkata dengan angkuh.
Mobil itu meninggalkan Hao Ren di belakang sementara mereka berbicara.
Zhao Yanzi berbalik kembali untuk melihat ke arah Hao Ren yang sedang berjalan-jalan di tengah hujan, dan tiba-tiba dia berkata pada Paman Ketiganya "Paman Ketiga, hentikan mobilnya!"
"Kenapa? Apa kau melupakan sesuatu?" mendengar Zhao Yanzi berteriak, Zhao Kuo segera memarkirkan mobilnya di pinggir jalan.
"Kau duluan saja, Paman Ketiga. Bawakan ranselku bersamamu!" Zhao Yanzi membuka pintu mobil itu dan melompat keluar.
"Zi! Sekarang hujan!" Zhao Kuo mendesak.
"Tidak apa-apa!" dia berlari melewati sebuah genangan ketika airnya memantulkan kaki-kaki pucatnya yang kurus.
Hao Ren sedang berjalan dengan kepala menunduk di bawah payungnya saat tubuh kecil itu memasuki pandangan matanya.
Dia menaikkan kepala dan melihat Zhao Yanzi berdiri di depannya, terengah-engah.
"Beri aku payungnya!" dia mengulurkan tangannya.
"Hah?" Hao Ren tidak menyadari apa yang dia maksudkan.
"Beri aku payung!" Dia mengulanginya dengan suara yang lebih keras.
Hao Ren menatapnya sambil mengambil payung yang lain dari dalam tasnya, bingung.
Zhao Yanzi segera meraihnya dari Hao Ren, membukanya dan berjalan di depan dengan langkah - langkah yang besar.
.
Hao Ren bergegas menyusulnya.
"Apa yang kau lakukan? Kau berjalan denganku sedangkan ada sebuah mobil menunggumu?" Hao Ren bertanya padanya."
"Siapa yang mau menemanimu! Tidak bisakah aku hanya menikmati hujannya?" Zhao Yanzi melompati sebuah genangan kecil dan cemberut.
"Zi!" Paman Ketiga memundurkan Mercedes itu ke arah mereka dan menurunkan jendela.
.
"Tidak apa-apa, Paman Ketiga! Kau bisa pulang lebih dulu!" Zhao Yanzi melambai padanya.
Zhao Kuo melihat ke arahnya dengan bingung saat dia menyadari ketidaksabaran dalam suara Zhao Yanzi. Dia merasa bersalah dan bertanya - tanya jika dia telah melakukan sesuatu yang salah.
"Benar - benar semakin sulit memahami gadis kecil ini. Dia begitu marah pada anak laki-laki ini sehingga dia menginginkannya mati… tetapi sekarang…"
Dia mendesah sambil memperhatikan keduanya berjalan berdampingan. Kemudian, dia menginjak pedal gas dan menuju ke rumah.
Tetesan hujan jatuh dengan lebatnya dari langit.
Udaranya sudah lama belum sesejuk ini, angin yang sejuk dan menyegarkan membuat mereka merasa sangat nyaman.
Sepatu dan kaus kaki Zhao Yanzi menjadi basah, namun dia masing memaksa berjalan dari pada menggunakan bis atau memanggil taksi.
"Bagaimana ujiannya?" tanya Hao Ren.
"Begitulah," dia menjawab. Kemudian dia menambahkan, "Kau tidak membantuku menyontek."
"Kau seharusnya bergantung hanya pada dirimu sendiri sewaktu ujian. Bagaimana bisa kau menyontek?" Hao Ren berkata dengan sikap moral yang tinggi.
"Huh, jangan bilang kau belum pernah menyontek," Zhao Yanzi berkata dengan jijik.
Hao Ren memeriksa masa lalunya dan menyadari dia tidak terlalu bersikap benar juga selama ujian sekolah menengahnya.
Namun, dia diam - diam berdalih untuk dirinya sendiri. "Kita hanya menggunakan kertas contekan.. dan pelanggaran yang paling serius adalah mengintip kertas yang lain. Tidak ada yang seterus terang itu bertanya jawabanya melalui telepon seluler…"
"Kapan kau akan mendapatkan hasilmu?" tanya Hao Ren
"Sangat menjengkelkan…..kau bukan orang tuaku!" Zhao Yanzi memutar matanya kepadanya.
Hao Ren diam-diam berdalih, " aku tutormumu… dan… aku calon suamimu…"
Melihat begitu defensifnya dia, Hao Ren tetap diam sambil mereka terus melanjutkan berjalan. Dia tidak menjawab satupun pertanyaannya.
"Kau dan Ketua Kelas itu… apa yang terjadi dengan kalian berdua akhir-akhir ini?" Zhao Yanzi tiba-tiba bertanya setelah melangkah beberapa langkah.
"Mangapa kau bertanya?" Hao Ren tertarik.
"Hanya penasaran." Dia mencemberutkan mulutnya dan sedikit mempercepat jalannya.
Hao Ren berpikir pada dirinya sendiri sambil bergegas dan mengejarnya, "Mungkinkah dia berpikir Xie Yujia adalah pacarku di sekolah?"
"Tidak pernah berpikir Zhao Yanzi bisa cemburu juga…" pikir Hao Ren saat melihat wajah cantiknya.
Mereka bergegas dan sekali-sekali melambat sampai mereka tiba di rumah Zhao Yanzi.
Mercedes hitam Zhao Kuo diparkirkan di luar
Zhao Yanzi mengeluarkan kuncinya dan membuka pintu dan segera mendengar pertengkaran diantara ayahnya dan Paman Ketiganya di ruang tamu.
"Apa? Kakak, kau mengundan orang-orang jahanam itu dari Lautan Barat?" suara Zhao Kuo yang keras memasuki telinga Hao Ren.
"Tenang, kita ada tamu di sini," Zhao Guang menenangkannya, "Kita harus mengundang mereka baik kau menyukainya atau tidak. Lagipula mereka dulu berhubungan dengan kita. Jika kita tidak mengundang mereka ke pesta ulang tahun Zi, hal itu akan seperti memperlihatkan perpecahan di muka umum."
"Kakak!" Zhao Kuo menghentikan dirinya sendiri saat dia melihat Hao Ren dan Zhao Yanzi telah kembali.
"Ayah, Paman Ketiga, aku pulang," Zhao Yanzi berjalan ke dalam dan meletakkan payung di sudut.
"Paman," Hao Ren ikut masuk dan menyapa.
Dia tidak ingin terlihat tidak sopan di depan Zhao Guang meskipun dia tidak menyukai Zhao Kuo.
"Di mana nenekku?" Hao Ren bertanya.
"Hehe, dia memasak makan malam bersama Honyu di dapur," Zhao Guang tertawa. Kemudian, dia berbalik pada Zhao Kuo dengan wajah yang datar dan berkata, " Kau, mari ke ruang kerja bersamaku."
Wajah Zhao Guang berubah merah saat dia menunduk. Kemudian dia mengikuti Zhao Guang, yang lebih tinggi dan lebih kekar, ke dalam ruang kerja.