Hari ini adalah hari yang penuh kebingungan setelah kejadian itu. Teman-teman semakin menggosip yang aneh-aneh pada Hastin, Razel dan Rembulan. Tetapi tak seperti biasanya Hastin dan Razel tak membalas gosipan mereka. Mungkin karena sudah melihat malaikat tampan yang mengikuti Hastin itu.
Jam masuk sekolah, siapa sangka hari ini sifat teman-teman mendadak berubah. Yang biasanya tidak suka pada Rembulan dalam hal apapun malah menjadi suka. Entah apa rencana mereka, meminta Rembulan untuk maju ke depan menjawab soal ilmu pengetahuan alam itu.
<
Aku mendadak diminta maju ke depan untuk menjawab soal ilmu pengetahuan alam. Aku tidak takut saat maju melainkan hanya tidak tahu harus menjawab apa.
Tiba-tiba kami semua mendengar ucapan Ibu Mori berteriak keras dari lantai atas. Kami semua segera keluar dan menuju sumber suara. Tiba di lantai tiga, kami terhalang oleh anak-anak yang berkerumunan.
"Minggir, cepat minggir semua! Beri jalan" ucap Pak Guru. Mereka yang mendengar cepat memberi jalan, dan kuikuti kemana Pak Guru pergi bersama Hastin dan Razel. Pak Guru berhenti di ruangan kosong, disini tak hanya ada Pak Guru tetapi juga guru-guru yang lain.
"Ada apa dengan Ibu Mori?" tanya Pak Guru.
"Aku tidak tahu, sekarang she terkunci dari dalam. Kami sudah mencoba bicara padanya. Tapi she malah meminta kami membukakan pintu, dan she berteriak-teriak seperti ketakutan" jawab Ibu Sofie.
"Pak Arman, sebaiknya kita dobrak saja pintunya" saran Pak Guru.
"Baiklah, ayo kita lakukan!" jawab Pak Arman. Pak Arman dan Pak Guru mendobrak pintu, namun tidak berhasil. Lalu dibantu dengan guru-guru yang naik. Hasilnya tetap sama, yaitu tidak berhasil.
Razel yang dari tadi memutar otak untuk menyelamatkan Ibu Mori akhirnya mendapatkan cara juga dan berucap " Pak Guru, bagaimana kalau Rembulan saja yang membantu Ibu Mori keluar dari ruangan ini?".
"Rembulan? Rembulan, apa kamu bisa?" tanya Pak Guru.
"Entahlah, aku hanya anak perempuan tidak sekuat anak laki-laki"jawabku.
"Jangan terlalu merendahkan diri, Rembulan. Kamu bisa! Kamu bisa melihat hantu kan?"
Ku Anggukkan kepala sebagai tanya ya.
"Nah kalau begitu, coba kamu berkomunikasi dengan hantu yang ada didalam yang telah mengurung Ibu Mori"
"Ya benar, tolong ya Rembulan!" pinta Pak Guru.
" Baiklah, akan ku usahakan. Tetapi sebaiknya kalian mundur saja dulu".
<
Aku merasakan ada sesuatu yang sangat kuat mengganggu Ibu Mori. Tetapi aku jelas tidak tahu bagaimana sosoknya.
"Aku tahu kamu di dalam sana, tolong ijinkan aku masuk! Aku adalah murid Ibu Mori. Namaku Rembulan. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu"
Tiba-tiba Ibu Mori kembali berteriak, dengan cepat kupukul pintu dengan keras dan berteriak berucap " Jika kau sekali lagi menyentuh Ibu Mori, apalagi menyakiti dirinya. Aku tidak segan menghancurkan tempat ini, agar kau tak akan ada lagi tempat persembunyian!".
Pintu cepat terbuka, aku rasa orang itu mengijinkan aku masuk. Dengan cepat aku melangkah masuk dan pintu tertutup kembali. Kulihat Ibu Mori ketakutan dan terpojok. Kudekati she, dan she menunjuk ke atas. Kulihat ke atas, aku langsung melihat seorang perempuan berambut panjang dengan meneteskan darah.
"Hai, gadis cantik! Bisa turun gak?"sapaku.
She tersenyum dan berjalan turun. Berdiri didepanku dan Ibu Mori sangat ketakutan.
"Mengapa kau mengganggu Ibu Mori?" tanyaku.
"Mengapa kau ikut campur? Kau bukan siapa-siapa" jawabnya langsung menyerang diriku. Tangannya mengarah padaku dan aku langsung dihantam tembok dari belakang. Tubuhku terasa sakit sekali.
"Hey, hantu! Ternyata kamu itu gak cantik ya? Aku salah ngomong tadi. Kamu itu pemarah dan cuman bisa kayak gini, gak mau ngomong baik-baik. Baru pertama kali aku ketemu hantu kayak kamu, kamu tau gak diluar sana ada teman aku. Ia seorang malaikat yang bisa saja langsung menghajar kamu habis-habisan"
"Apa maksudmu?"
"Turunkan aku dulu!", hantu itu mulai menurunkan diriku, ia menatap tajam diriku.
"Emang apa sih salah Ibu Mori? Mengejek kamu, maaf she cuman gak percaya sama kamu itu aja kok"
"Tidak, bukan itu!"
"Lalu apa?"
"She lah pelaku yang telah membunuh diriku. She harus bertanggung jawab"
"Itu bohong, aku tak sengaja melakukan itu" ucap Ibu Mori.
"Melakukan apa?" tanyaku.
"Ibu Mori mendorongku dari atas gedung ini dan she harus bertanggung jawab!".
"Oke...oke baiklah. Pertama jelaskan dulu mengapa begitu?" ucapku.
She menatap sinis. Entah kenapa she langsung mendekati Ibu Mori dan membawanya pergi, menghilang. Aku kebingungan dan cepat keluar seraya berucap " Ibu Mori dibawanya pergi! Cepat cari Ibu Mori sekarang!".
Semua orang juga bingung dan bertanya-tanya siapa yang membawa Ibu Mori pergi. Kupercepat langkahku menuju halaman sekolah. Hastin dan Razel mengikutiku di belakang.
<
Hastin dan Razel berjalan cepat menyusul Rembulan yang menuju tengah halaman sekolah. Rembulan mengamati semua gedung, Hastin dan Razel juga ikut mengamati tetapi tidak tahu apa yang dicari.
"Kita cari apa sih Rembulan?" tanya Hastin.
"Ibu Mori pasti diselipkan diantara gedung-gedung ini" jawab Rembulan.
Hastin dan Razel yang mendengar kata diselipkan tertawa berhak-hak. " Mana mungkin Ibu Mori yang gendut itu diselipkan di gedung itu? Gak muat tau!" ucap Hastin.
"Duh, sebaiknya kalian berdua cari ruangan-ruangan yang mencurigakan dan cari tahu juga tentang perempuan yang mati karena jatuh dari atap gedung!" pintaku.
"Baiklah, akan kami lakukan tampaknya serius banget bagimu" jawab Razel. Lalu Hastin dan Razel pergi meninggalkan Rembulan sendirian.
Terus mengamati gedung-gedung tiap lantai, aku juga tak kunjung menemukan Ibu Mori hingga kelelahan. Semua yang mencari Ibu Mori tak menemukannya dan pasrah. Kepala sekolah ( Won-Han) mengumumkan untuk berkumpul di aula. Begitu berkumpul, semua mulai membicarakan Ibu Mori yang menghilang.
"Tenang semuanya, tenang! Masalah ini akan segera diselesaikan oleh pihak yang berwajib atas hilangnya Ibu Mori" ucap Pak Won-Han.
"Tapi Pak Won-Han, jika Ibu Mori menghilang bagaimana nasib kami nantinya? Kami takut akan menjadi korban selanjutnya" jawab seorang siswa.
"Iya benar!" teriak siswa yang lain serentak.
"Tenang, tenang! Sekolah akan meliburkan kalian sampai Ibu Mori ditemukan dan sampai masalah ini selesai" jawab Pak Won-Han.
Mendengar hal itu semua siswa legah dan tak khawatir, dan ada pula sebagian senang karena libur.
"Tetapi karena kalian libur dalam waktu panjang. Bapak akan memberikan kalian tugas, kerjakan tugas halaman dua puluh, tiga puluh lima, empat puluh, lima puluh, dan enam puluh pada pelajaran ilmu pengetahuan alam. Untuk semua kelas" ucap Pak Arman sembari menutup buku pelajaran yang kemudian pergi meninggalkan tempat ini.
Semua anak pun berteriak " Yah.....! Gak usah libur juga gak apa-apa daripada banyak tugas kayak gini!"kecewa mereka.
Kasak kusuk pun terjadi, hingga perbincangan menjadi ramai.