Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Bunga Iblis di Jalan Keabadian

🇮🇩Oyenn_Kuyenna
--
chs / week
--
NOT RATINGS
179
Views
Synopsis
Di dunia kultivasi yang penuh dewa dan iblis, Bai Xue adalah wanita dengan kecantikan yang melampaui batas duniawi—sebuah anugerah sekaligus kutukan dari darah iblis yang mengalir dalam dirinya. Terlahir dari godaan iblis yang tersegel, ia adalah makhluk yang tak sepenuhnya manusia, tak sepenuhnya iblis. Ia telah mengkhianati pria terkuat, membunuh seorang kaisar kultivator, dan meruntuhkan keseimbangan dunia. Namun, bahkan Raja Iblis sendiri enggan mengakuinya sebagai bagian dari mereka. Ketika para kultivator bangkit kembali dengan dendam membara, ketika langit dan bumi mengutuk namanya, Bai Xue justru tersenyum tipis—karena di antara kehancuran dan kebencian yang menyelimutinya, ia menemukan satu hal yang tak bisa ia lepaskan: dendam yang belum selesai, dan rahasia kelahirannya yang terkubur dalam kegelapan. Di jalur kultivasi yang berlumuran darah ini, apakah Bai Xue akan tenggelam dalam amarahnya, atau menemukan kebenaran yang bisa mengguncang dunia?
VIEW MORE

Chapter 1 - Pengkhianatan Bai Xue

Di bawah langit kelabu yang seakan ikut berkabung, Xuanyuan Zhi terhuyung. Darah mengalir dari luka menganga di dadanya, menodai jubah putihnya yang selalu bersih. Tangannya gemetar, mencoba menahan luka yang tak hanya menyayat tubuhnya, tetapi juga hatinya.

Di hadapannya, Bai Xue berdiri dengan senyum tipis—bukan senyum kemenangan, tetapi sesuatu yang lebih dalam, lebih kelam.

"Kenapa...?" suara Xuanyuan Zhi parau, penuh ketidakpercayaan. Tatapannya yang tajam kini mulai meredup, matanya yang dulu memandang Bai Xue dengan kelembutan kini dipenuhi kekecewaan yang tak terkatakan.

"Kenapa?" Bai Xue mengulang pertanyaan itu, lalu tertawa kecil. "Xuanyuan Zhi, kau benar-benar naif."

Tangannya masih berlumuran darahnya—darah pria yang dulu melindunginya, pria yang pernah berjanji akan menggenggam tangannya dalam segala hal. Tapi janji itu tak berarti apa-apa lagi. Xuanyuan Zhi telah jatuh ke dalam perangkapnya, terjerat dalam tipuan yang telah ia rancang dengan cermat bersama musuh yang selama ini bersembunyi dalam kegelapan.

"Semuanya bohong?" Xuanyuan Zhi bergumam, suaranya hampir lenyap tertelan angin malam.

Bai Xue mengangguk perlahan. "Sejak awal, aku hanya memainkan peranku dengan baik."

Pria itu terjatuh berlutut, pedangnya yang legendaris, Tianxin Jian, jatuh dengan dentingan nyaring. Ia menatap Bai Xue sekali lagi, seakan masih berharap bahwa ini semua hanyalah mimpi buruk. Tapi tidak. Pengkhianatan ini nyata.

Musuh-musuh Xuanyuan Zhi berdiri di sekelilingnya, menyaksikan kejatuhan pria yang selama ini disebut sebagai kultivator terkuat. Mereka tertawa, menikmati penderitaan yang mereka tunggu selama bertahun-tahun.

Bai Xue melangkah mendekat. Dengan perlahan, ia berjongkok dan menyentuhkan jarinya ke dagu Xuanyuan Zhi, mengangkat wajah pria itu agar menatapnya sekali lagi.

"Seharusnya kau membunuhku sejak dulu," bisiknya. "Tapi kau memilih untuk percaya padaku."

Xuanyuan Zhi menelan kepahitan yang tak terlukiskan. "Aku mencintaimu, Bai Xue..."

Dan saat itulah, untuk pertama kalinya, senyum Bai Xue memudar. Sekilas, ada bayangan keraguan di matanya, sesuatu yang hampir seperti luka. Tapi hanya sekejap.

Dengan satu gerakan cepat, ia menusukkan pedang pendeknya lebih dalam ke dada Xuanyuan Zhi. Pria itu terbatuk, darah segar mengalir dari bibirnya, dan matanya perlahan kehilangan cahayanya.

Malam itu, Xuanyuan Zhi, pria yang dikenal sebagai kultivator tak terkalahkan, jatuh ke tanah, terbunuh oleh wanita yang paling ia percayai.

Namun, Bai Xue tidak tahu bahwa kematiannya hanyalah awal dari sesuatu yang jauh lebih mengerikan.

Darah masih menghangat di jemarinya ketika Bai Xue melangkah meninggalkan lembah sunyi itu. Langit senja tampak muram, seolah turut berduka atas kematian Xuanyuan Zhi, pria terkuat di dunia kultivasi yang telah ia hancurkan dengan tangannya sendiri.

Bai Xue tidak menoleh ke belakang. Ia tahu bahwa di tempat itu, tubuh Xuanyuan Zhi terbaring tak bernyawa, dengan matanya yang masih terbuka, penuh ketidakpercayaan dan rasa sakit yang tak terkatakan. Saat itu, tepat sebelum napas terakhirnya dihela, Bai Xue telah memberinya senyum tipis—bukan senyum kebencian, bukan pula senyum kepuasan, tetapi senyum yang samar, penuh misteri.

Angin dingin menyambutnya ketika ia kembali ke kediaman Bai, rumah besar yang berdiri angkuh di atas puncak gunung bersalju. Para pelayan yang melihatnya segera menundukkan kepala dengan penuh hormat.

"Nona muda telah kembali," bisik seseorang.

Tetapi Bai Xue tidak menanggapi. Ia berjalan melewati koridor panjang dengan tenang, membiarkan langkah-langkahnya bergema di dalam aula yang luas. Pintu ruang utama terbuka, memperlihatkan sosok seorang pria paruh baya yang duduk di singgasana batu giok hitam. Wajahnya tegas, mata tajam bagai seekor elang. Dialah Bai Zemin, ayahnya—sosok yang dikenal sebagai salah satu kultivator paling ditakuti di seluruh benua.

Bai Zemin menatap putrinya dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Sudah selesai?" tanyanya dingin.

Bai Xue mengangguk tanpa ekspresi.

"Bagus." Bai Zemin meletakkan cangkir tehnya dengan tenang, suaranya nyaris tanpa emosi. "Maka dunia akan segera terbakar dalam api kehancuran."

Bai Xue hanya diam. Dia tersenyum.