Chereads / Rex & Sigma: Skrip Dunia Yang Kacau / Chapter 8 - Bab 7 - Quest Pertama, Masalah Pertama

Chapter 8 - Bab 7 - Quest Pertama, Masalah Pertama

Rex menatap pria tinggi berbaju zirah ringan di hadapannya. Orang itu tampak percaya diri—mungkin terlalu percaya diri.

"Jadi, quest macam apa ini?" tanya Rex, mencoba tetap waspada.

Pria itu menyeringai. "Oh, cuma quest pengumpulan bahan biasa. Kita hanya perlu mengumpulkan beberapa tanaman obat di hutan dekat kota. Tidak ada monster kuat di sana."

[Peringatan: Informasi ini tidak sepenuhnya benar.]

Rex langsung waspada. "Sigma, seberapa buruk situasinya?"

[Analisis menunjukkan bahwa hutan tersebut memiliki kemungkinan 73% untuk menjadi tempat persembunyian monster buas pada malam hari. Namun, di siang hari, risiko pertemuan dengan makhluk berbahaya lebih rendah.]

"Hmm... kalau siang masih aman."

Pria itu menepuk bahu Rex. "Jadi, kau ikut?"

Rex berpikir sejenak. Dia butuh uang dan pengalaman sebagai petualang. Jika dia tidak mulai sekarang, dia hanya akan berakhir menganggur.

"Oke, aku ikut," kata Rex akhirnya.

Pria itu tersenyum. "Bagus! Namaku Daren. Ayo, kita ke gerbang kota sekarang."

---

Gerbang Kota

Daren sudah menunggu dengan dua orang lainnya: seorang pemanah perempuan dan seorang pria bertubuh kecil yang membawa tas besar.

"Pemanah itu namanya Lyra, dan si kurus itu Erik," kata Daren sambil menunjuk mereka.

Lyra hanya mengangguk singkat, sementara Erik tersenyum gugup.

"Kita harus mengumpulkan lima tanaman Moonleaf dan sepuluh bunga Red Grass," kata Daren. "Kalau semuanya lancar, kita bisa menyelesaikan quest ini sebelum sore."

Rex mengangguk. "Baiklah, ayo berangkat!"

Mereka pun mulai berjalan menuju hutan.

---

Di Dalam Hutan

Setelah hampir satu jam mencari, Rex berhasil menemukan dua helai Moonleaf.

"Hah... lumayan juga ini," gumamnya sambil menghapus keringat.

Di sisi lain, Lyra tampaknya sangat cekatan dalam mencari tanaman, sementara Erik lebih banyak mencatat hasil pencarian.

Daren?

Dia duduk bersandar di pohon sambil menguap.

"Oi, kau tidak membantu?" tanya Rex, kesal.

Daren mengangkat bahu. "Aku kan pemimpin tim. Tugasku mengawasi."

[Peringatan: Orang ini hanya ingin memanfaatkan tenaga kerja gratis.]

"Aduh, Sigma, kenapa kau nggak bilang lebih awal?!"

[Anda tidak bertanya.]

Rex memijat pelipisnya. "Oke, aku harus lebih pintar lain kali."

Mereka terus mengumpulkan tanaman selama beberapa waktu sampai tiba-tiba—

RRRRRRRROOOOAAARRR!!!

Suara geraman menggelegar menggema di hutan.

Rex langsung menoleh ke arah suara itu. Dari balik pepohonan, muncul seekor beruang besar berbulu hitam dengan mata merah menyala.

"...Kau bilang hutan ini aman?!" teriak Rex ke arah Daren.

Daren, yang tadinya santai, tiba-tiba berdiri dengan wajah pucat. "Sial... kita harus lari!"

Beruang itu mengaum dan langsung menerjang ke arah mereka!

[Peringatan: Spesies ini dikenal sebagai "Black Fang Bear". Level rata-rata: 25. Peluang menang dalam kondisi saat ini: 0%.]

"SIGMA, BERHENTI KASIH STATISTIK DAN BANTU AKU KABUR!"

---

Rex dan yang lainnya langsung berlari secepat mungkin. Namun, Erik yang membawa tas berat mulai tertinggal.

"Tunggu! Aku—AHH!"

Beruang itu mengayunkan cakarnya ke arah Erik!

Rex melihatnya dalam slow-motion.

"Aduh, aku akan menyesal kalau tidak membantu..."

Mengumpulkan keberanian, Rex memungut batu di tanah dan melemparkannya ke kepala beruang.

WHOOOSH!

Batu itu melesat dan menghantam dahi beruang!

DUG!

Beruang itu menggeram dan mengalihkan perhatiannya ke Rex.

[Efek Skill "Lemparan Kritis" berhasil memicu Stun selama 0.5 detik.]

"Apa?! Skill ini bisa stun?!"

Namun, sebelum Rex bisa berpikir lebih jauh—

"DASAR BODOH, LARI!!!" teriak Lyra.

Rex langsung tersadar dan berlari sekencang mungkin.

Akhirnya, setelah beberapa menit lari tanpa henti, mereka berhasil mencapai batas hutan dan beruang itu berhenti mengejar.

"...Haa... Haa... kita... selamat..." Rex terjatuh ke tanah, terengah-engah.

Daren, yang juga terengah-engah, menatap Rex. "Kau gila atau apa?! Kenapa kau malah melempar batu ke beruang?!"

"Aku cuma... mau membantu Erik," jawab Rex.

Erik, yang masih gemetar, menatap Rex dengan rasa terima kasih. "T-Terima kasih, Rex..."

Lyra menatap mereka dengan ekspresi rumit. "Bagaimanapun juga, kita tidak bisa kembali ke hutan itu sekarang. Quest ini gagal."

Daren menghela napas. "Ya ya, kita kembali ke guild saja."

Rex menatap ke arah hutan. Dalam hati, dia tahu satu hal:

"Petualangan ini jauh lebih sulit dari yang kukira..."

TBC.....