Chereads / Keeper of Dimension Door / Chapter 2 - Prolog 1

Chapter 2 - Prolog 1

Jumat malam itu, suasana di kantor PT Best Trading Futures cabang Bandung terasa sepi. Lampu-lampu masih menyala terang, tetapi bagi Frima, malam ini terasa lebih suram dari biasanya.

Di dalam ruangan leader-nya, Frima duduk diam, mendengarkan kata-kata yang seakan sudah bisa ia duga sejak lama.

"Maafkan aku, Frima. Kau tidak bisa lagi bekerja di PT Best Trading," ujar sang leader dengan nada berat.

"Sudah tujuh bulan berlalu, dan kamu belum mendapatkan satu pun nasabah. Tapi jangan berkecil hati, kamu masih bisa bekerja sebagai freelance dari rumah. Ini juga sudah keputusan dari WPB dan Kacab." Frima tampak sedih, tapi di dalam hatinya, ia sudah tahu.

"Pemecatan secara halus, ya…?" pikirnya. Setelah mengangguk pelan dan mengucapkan terima kasih, Frima keluar dari ruangan itu, berjalan menuju meja kerjanya yang sebentar lagi bukan miliknya lagi.

Di sana, rekan-rekannya sedang merayakan ulang tahun dari salah satu leader yang bernama Shanty, sebelum ia berpamitan kepada rekan-rekannya, ia ikut serta merayakan ulang tahunnya Shanty.

Setelah merayakan ulang tahun Shanty, Frima membatalkan niatnya untuk berpamitan. Ia mengambil barang-barangnya dan pergi tanpa sepatah kata pun.

Ketika ia sedang berjalan di trotoar memikirkan nasibnya di malam yang ramai kendaraan, ia tidak sengaja melihat seorang gadis menyeberangi jalan.

Gadis itu terdiam sejenak di tengah jalan dan mengambil sesuatu di saku celana rok nya, ketika gadis itu sedang mencari sesuatu di dalam saku-nya, tiba-tiba ada sebuah truk yang melaju cepat kearahnya.

Frima yang melihatnya langsung berteriak, memperingatkan gadis itu bahwa dirinya sedang mengalami bahaya yang akan datang.

"HEI!! AWAS ADA TRUK!!" Frima yang berteriak kepada gadis itu. Tanpa pikir panjang ia berlari dan mendorong gadis itu dari bahaya. Namun, tanpa disadari, mereka justru masuk kedalam sebuah pintu dimensi.

Setelah menyelamatkannya, Frima berdiri dan terengah-engah karena kelelahan setelah menyelamatkannya, tanpa menunggu ia langsung menegur gadis itu.

"Woi, kamu itu kenapa tiba-tiba diam di tengah jalan huh? Kau itu hampir saja tertabrak." Frima menegurnya dengan nada yang sedikit marah dan terengah-engah. Tapi gadis itu tidak menjawab, malah mengusap kakinya yang tampak terluka.

"Aduhhh..." keluhnya pelan.

Frima hendak membantunya, tapi ia langsung terdiam dan terkejut, ketika ia melihat telinga gadis itu berubah menjadi telinga serigala.

Frima terbelalak "Hei... Kau itu-"

Namun, sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya, ia baru sadar bahwa mereka sedang berada di sebuah ruangan yang asing dan tidak lagi berada dijalanan kota.

Mereka berdua sedang berada di ruangan asing, penuh dengan pintu-pintu yang berjajar di dinding, dan bertanya ke arah gadis bertelinga serigala itu.

"Hei kita sedang dimana ini? Tempat apa ini? Kenapa disini ada banyak pintu?" Gumamnya kebingungan dan melihat ke sekeliling ruangan.

Gadis bertelinga serigala itu menatapnya dengan ekspresi canggung "Seharusnya seorang dari dimensi 135 seperti kau tidak boleh masuk kedalam ruangan ini." katanya meringis kesakitan.

"Huh dimensi 135? Maksudmu apa?" Frima semakin bingung.

Sebelum gadis bertelinga serigala itu menjelaskan, pintu di tengah ruangan terbuka. seorang pria berambut pendek dengan telinga runcing— seorang elf bertopi fedora masuk dengan wajah kesal.

"Ada keributan apa di ruang pintu dimensi, huh?" katanya tajam. Matanya langsung tertuju pada Frima, dan bertanya kepada gadis bertelinga serigala itu.

Dengan ekspresi serius bertanya "Hei Hina, kenapa kau membawa seorang manusia dari dimensi 135 masuk kedalam markas kita?"

"Aku tidak tahu ketua, ketika aku sedang mengambil kunci untuk membuka pintu dimensi, dia tiba-tiba berlari dan mendorong ku." Hina membela diri sambil berdiri.

Frima yang mendengar itu langsung menukas "Ya, karena kau itu hampir saja tertabrak oleh truk, tahu!"

Ia kebingungan dan bertanya "Hei tuan, aku sedang berada di tempat apa ini? Kenapa disini begitu banyak pintu-pintu yang berjajar di ruangan ini?"

Dan elf itu menjawabnya "ya, kau sedang berada di ruang pintu dimensi, sekaligus di dalam markas organisasi Keeper of Dimension Door." elf itu melanjutkan pembicaraannya kepada Frima.

"Yah, bagaimanpun juga, kau sudah ada disini. Tapi kau tahu? Masuk ke tempat ini tidak bisa tanpa konsekuensi." kata elf itu.

Frima penasaran bertanya "Huh, konsekuensi? Konsekuensi seperti apa?" Elf itu segera memberitahunya tentang konsekuensi yang terdengar seperti pilihan kepadanya.

Elf itu menjawab "ya, ada dua pilihan yang harus kau terima, yang pertama kami akan menghapus ingatan mu dan mengembalikan ke dimensi asal mu. Dan yang kedua..."

Frima menelan ludah. Entah kenapa, firasat buruk menyelimuti pikirannya.

"Ya, dan yang kedua... Kau harus bergabung dan menjadi anggota Keeper of Dimension Door,"

"Bersama kami menjaga dan mengunci pintu dimensi bersama-sama, hahaha." Elf itu berkata dengan ekspresi ceria dan tersenyum konyol.

"Hah??" Frima sedikit mengerutkan keningnya dan kebingungan atas jawaban kedua yang terucap dari elf tersebut, elf itu segera melanjutkan pembicaraannya.

Elf itu tertawa kecil "Ya, dan kau tidak bisa menolaknya, hehehe." Frima yang mendengarnya mau tidak mau, ia harus menerima kenyataan ini.

Saat ini Frima tidak memiliki arah tujuan kedepannya, ia menerima pilihan kedua yang diberi oleh elf itu.

Menghela nafas panjang "Huff, baiklah aku menerima pilihan yang kedua." Elf itu langsung tersenyum puas dan memperkenalkan dirinya kepada Frima.

"Bagus kalau begitu, perkenalkan, namaku Rhaze Greilvat, leader dari Keeper of Dimension Door." Ia juga segera memperkenalkan dirinya.

"Ya, aku Frima Erlangga seorang mantan konsultan bisnis." sambil berjabat tangan dengan Rhaze.

Rhaze tersenyum menjabat tangan "Baik Frima, selamat bergabung kedalam organisasi Keeper of Dimension Door, aku berharap banyak darimu." Setelah itu, Rhaze memperkenalkan Hina kepadanya.

"Oh iya, perkenalkan dia Okami Hina salah satu anggota kami, dia dari ras beastman serigala." Hina langsung membungkuk dan memberi salam kepada Frima.

Hina membungkuk memberi salam "Salam kenal, Frima. dan terimakasih sudah menolongku, dan minta maaf atas kecerobohan ku saat itu."

"Ya, tidak apa-apa, malahan aku yang harus minta maaf karena telah membuatmu terluka." Ia menggaruk kepalanya dan tersenyum kecil.

Rhaze mengajak Frima berkeliling untuk memperlihatkan markas dari Keeper of Dimension Door kepadanya dan ingin memberitahu setiap ruangan.

"Baiklah, ikut aku, Frima. Aku akan mengenalkanmu pada setiap ruangan di markas ini." Rhaze berjalan santai bersama Frima dan Hina mengelilingi markas.

"Oh iya, aku ingin bertanya. Apa hanya kalian berdua anggota dari Keeper of Dimension Door?" tanya Frima.

"Tidak," jawab Rhaze santai. "Ada beberapa anggota lagi, tapi mereka sedang menjalankan misi untuk mengambil kunci dimensi di beberapa dunia."

"Ya, yang sedang berada di markas hanya ada empat orang, nanti aku mengenalkan mereka kepadamu."

Mereka bertiga berjalan menuju Dojo. Di dalamnya terdapat seorang pria bertanduk duduk bersila—Saito sensei.

Dengan ceria, Rhaze membuka pintu Dojo tanpa mengetuk dan langsung menyapa Saito sensei.

"Yo, Saito sensei! Ini anggota baru kita, Frima Erlangga. Dia berasal dari dimensi 135, ayo, beri salam, Frima." Berpose dramatis ke arah Frima.

Sedikit gugup, ia melambaikan tangan dan tersenyum. "Ya, halo, salam kenal Saito sensei."

Saito sensei menghela nafas panjang "Huff, Rhaze... Setidaknya ketuk dulu pintunya sebelum kau masuk."

"Ahahaha! Maaf, maaf! Karena aku terlalu gembira, jadi lupa mengetuk, ahahaha!"

Saito sensei menatap heran bertanya "Dan, kenapa kau merekrut dia ke dalam organisasi Keeper of Dimension Door?"

"Ya, karena dia itu unik." Jawab Rhaze dengan santai.

Saito sensei mengerutkan keningnya "unik? Apa maksudmu? Dia itu hanya manusia biasa."

"Ya, aku tahu itu."

"Lantas kenapa kau merekru—" Rhaze memotong pembicaraan Saito sensei. Tatapannya sedikit tajam ke arah Saito sensei.

"Saito. Kau jangan pernah menilai seseorang dari sampulnya, meskipun Frima adalah manusia biasa, tapi aku punya harapan besar kepadanya,"

"Mungkin suatu hari nanti, Frima akan menjadi harapan besar bagi Keeper of Dimension Door, karena itu aku sangat percaya kepadanya."

Frima terdiam, saat mendengar perkataan dari Rhaze, hatinya bergetar. Ia tidak tahu harus senang atau justru terbebani oleh tanggung jawab dan harapan besar.