Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

"Stellar Aberration"

Mr_En1gma
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
56
Views
Synopsis
Stellar Aberration Di balik ledakan galaksi dan kekacauan semesta, sebuah kehidupan terlahir dari kehancuran. Jutaan tahun lalu, para makhluk surgawi yang dikenal sebagai Constellation berperang demi supremasi antar galaksi. Perang mereka mengguncang ruang-waktu, menabrakkan galaksi dan menciptakan sesuatu yang tak pernah mereka duga—sebuah anomali kosmik dengan kesadaran sendiri: Stellar Aberration. Makhluk ini bukan dewa, bukan iblis, tapi sesuatu yang jauh melampaui keduanya. Dari kehancuran, ia menyerap sihir purba dan kekuatan bintang yang tak terbatas, lalu menebarkan pengaruhnya ke seluruh penjuru semesta. Peradaban baru pun lahir, dengan para penyihir bintang, penjaga waktu, dan makhluk-makhluk luar nalar yang mencoba memahami—atau mengendalikan—anomali tersebut. Namun, sesuatu yang bangkit dari kekacauan… tak pernah bisa sepenuhnya dikendalikan. Masuki dunia penuh misteri kosmik, peperangan dimensi, dan rahasia yang bahkan waktu pun enggan mengungkapnya. Saat bintang-bintang mulai berbisik, siapa yang akan bertahan… dan siapa yang akan lenyap?
VIEW MORE

Chapter 1 - Birth Of Chaos

Jutaan tahun lalu, sebelum ada jejak kehidupan, sebelum bintang pertama bernyanyi dan sebelum waktu mengenal arah, semesta hanyalah lautan tenang yang tak bernama.

Galaksi-galaksi berputar dalam tarian agung, masing-masing menjaga jarak, saling menyapa dengan sinar dan keheningan. Mereka hidup dalam keharmonisan, seperti simfoni kosmik yang tak pernah usai.

Namun… tidak ada kedamaian yang kekal di jagat raya.

Dari balik kedalaman tak terjangkau, muncul mereka yang pertama—The Constellations.

Makhluk yang bukan diciptakan… tapi terwujud dari inti semesta itu sendiri. Mereka bukan bintang.

Mereka bukan roh. Mereka adalah entitas murni dari energi purba: tak berbentuk namun memiliki bentuk, tak bersuara namun mampu membuat galaksi menggigil hanya dengan keberadaan mereka.

Mereka lahir satu per satu, perlahan, seperti luka yang terbuka di langit malam.

Orion—penguasa busur kosmik.

Lyra—pemilik suara yang mampu membelah waktu.

Draco—ular langit yang membelit inti bintang.

Andromeda—ratu kehampaan.

Hydra, Cepheus, Cassiopeia, Perseus...

Mereka melihat semesta dan ingin memilikinya.

Perang pun pecah.

Dan bukan perang seperti yang dikenal oleh para makhluk fana—ini adalah pertempuran antara ide, kehendak, dan eksistensi.

Orion melepaskan anak panah bintang yang melubangi nebula. Lyra memetik senar tak terlihat dan menciptakan tsunami waktu.

Draco melilit dua galaksi spiral dan memerasnya hingga runtuh. Tabrakan energi mereka menyalakan bintang-bintang yang belum waktunya bersinar dan membunuh yang seharusnya abadi.

Semesta bergetar.

Dari satu sisi hingga ke sisi lain, riak kehancuran menyebar seperti luka terbuka. Galaksi-galaksi mulai kehilangan orbit.

Lubang hitam menari liar seperti pemangsa haus darah. Gravitasi, waktu, dan cahaya—tiga hukum agung semesta—retak satu per satu.

Keseimbangan goyah. Lalu runtuh.

Dan di tengah kehancuran itu, datanglah The Universe Chaos.

Sebuah masa penuh ketidakteraturan mutlak, di mana hukum alam menjadi debu.

Di mana galaksi bertabrakan seperti pecahan kaca di tengah badai. Di mana lubang hitam meledak, dan materi antimateri menari liar tanpa irama.

Dari kekacauan itu, lahirlah sesuatu yang tak terduga.

Sebuah galaksi baru, Aegrion, tercipta dari tabrakan tiga galaksi kuno: Ygdrathe, Celenor, dan Thamurak.

Galaksi ini bukan hanya tempat baru. Ia adalah hasil dari luka semesta itu sendiri. Dan seperti semua luka, ia menyimpan rahasia.

Di salah satu planet dari Aegrion—planet berwarna biru kehijauan yang kemudian dinamai Velgrin, kehidupan mulai tumbuh.

Bukan kehidupan biasa.

Sihir tumbuh dari tanahnya. Langitnya penuh kabut energi murni. Gunung-gunungnya menyimpan kristal-kristal yang berdenyut seperti jantung hidup.

Dan makhluk-makhluk pertama muncul: para Elydrin yang bersayap cahaya, Zar'Voth yang bermata tiga dan berjalan dalam bayangan, Nimari pengatur elemen, hingga Tharokk, ras kuno pemakan waktu.

Namun Velgrin bukan hanya rumah bagi keajaiban.

Beberapa makhluk dari ras-ras ini mulai menyadari bahwa dalam darah mereka mengalir jejak Constellation—percikan kekuatan dari perang agung di masa lampau.

Mereka bisa memanggil kekuatan bintang. Menekuk ruang. Membelah realitas.

Mereka disebut The Marked.

Sebagian dari mereka menjadi pelindung. Sebagian menjadi penguasa. Dan sebagian lainnya… menjadi pemusnah.

Namun bahkan kekuatan Constellation bukanlah hal paling mengerikan yang lahir dari tabrakan galaksi.

Dari inti retakan semesta, dari titik di mana tiga galaksi melebur dalam kehancuran sempurna, sesuatu mulai bergerak.

Bukan makhluk. Bukan bintang. Bukan roh.

Sesuatu yang tak seharusnya ada.

Awalnya hanyalah gelombang energi aneh yang tak bisa dideteksi. Lalu menjadi kesadaran. Kesadaran menjadi bentuk. Bentuk menjadi kehendak.

Dan kehendak itu haus.

Lapar akan makna, akan bentuk, akan kehancuran dan penciptaan. Lalu dari kehampaan itu, ia lahir.

"Stellar Aberration."

Ia tidak memiliki wajah. Ia tidak memiliki suara. Tapi semesta mengenalinya… dan takut padanya.

Bintang-bintang redup saat ia muncul. Gravitasi membungkuk kepadanya. Cahaya menghindari tubuhnya yang seperti pusaran tak berujung. Ia bukan hasil dari satu Constellation.

Ia adalah residu dari semuanya. Sisa dari perang, dari tabrakan, dari luka. Ia adalah anomali yang menjadi nyata.

Dan ia tidak memiliki tujuan. Karena semesta belum memberinya. Tapi yang pasti…

Ia hidup.

Dan setiap detak keberadaannya mengguncang Velgrin. Makhluk-makhluk sakti mulai merasakan gangguan dalam sihir mereka.

Matahari kadang berkedip. Lautan menjadi beku dalam sekejap. Gunung tidur selama ribuan tahun meletus bersamaan.

Para bijak menyebutnya "The Coming of the Aberrant Star."

Para penenung menyebutnya "The Howling in the Void."

Dan para prajurit menyebutnya satu hal:

"The End."

Namun apa yang mereka tak tahu…

Ini bukan akhir.

Ini baru awal dari segalanya.

Velgrin mulai berubah.

Para Marked mulai bermimpi tentang makhluk itu. Tentang pusaran cahaya dan kegelapan.

Tentang suara-suara yang berbisik dari luar realitas. Tentang bintang-bintang yang jatuh tak karena gravitasi, tapi karena ketakutan.

Dan entah siapa yang lebih takut: makhluk-makhluk di planet itu… atau semesta itu sendiri.

"When a monster is born from the very fracture of creation itself, it does not walk… it shakes the path into being. It does not speak… it echoes through galaxies. It does not want… it simply is."

— The Book of Rynthar, Chapter I

Kekacauan ini belum selesai. Tapi Velgrin sudah mulai bergetar. Dan di tempat terdalamnya, jauh dari jangkauan sihir dan teknologi, mata yang pertama pun terbuka.

Bukan mata yang melihat dunia…

Tapi mata yang mengingat kekacauan.

Dan itu menatap ke atas… ke bintang-bintang yang dulu menjadi asalnya.

Di bawah langit malam yang berselimut bintang, sebuah desa kecil berdiri di tepi lembah.

Bangunan-bangunan batu bercahaya lembut dengan ukiran kuno, mengisyaratkan usia mereka yang telah melintasi zaman.

Api unggun besar menyala di tengah alun-alun desa, dikelilingi oleh sosok-sosok berjubah panjang—para Eldrin, ras kuno yang telah ada sejak zaman pertama Velgrin.

Kulit mereka bercahaya samar seperti cahaya bintang yang jauh, dan mata mereka menyimpan refleksi masa lalu yang tak terhitung.

Di antara mereka, seorang anak kecil duduk bersila, matanya berbinar menatap para tetua yang tengah berbicara.

Kaelen, begitu mereka memanggilnya, adalah yang termuda di desanya. Rasa ingin tahunya begitu besar hingga ia sering kali menghabiskan malam hanya untuk mendengar kisah para leluhur.

Malam ini, para tetua kembali menceritakan kisah Universe Chaos, perang dahsyat yang menghancurkan semesta dan melahirkan galaksi Aegrion serta dunia Velgrin.

"Dahulu kala, Constellation bertempur demi kekuasaan semesta," suara seorang tetua bergema, serak namun penuh kharisma.

"Pertempuran mereka mengguncang realitas. Gravitasi runtuh, cahaya menjadi gelap, dan waktu hampir lenyap. Tapi dari kehancuran itu, lahirlah dunia kita."

Kaelen mendekatkan tubuhnya, mendengar dengan penuh antusias.

"Dan dari jejak kekuatan mereka, beberapa di antara kita mendapatkan anugerah. Para pejuang yang lahir dari kehendak bintang, mereka yang disebut The Marked," lanjut sang tetua.

"Mereka yang berbakat dapat meraih anugerah dari Constellation. Dan siapa pun, bahkan seorang anak kecil seperti dirimu, bisa menjadi bagian dari takdir besar itu."

Mata Kaelen membulat.

"Jadi, apakah Stellar Aberration juga nyata?" tanyanya.

Seketika, suasana berubah.

Para tetua saling berpandangan. Para pejuang yang berada di sekitar api unggun pun terdiam, seolah kata-kata bocah itu mengingatkan mereka pada sesuatu yang tidak ingin mereka bahas.

Hening.

Akhirnya, salah satu tetua menghela napas panjang.

"Entah apakah ia nyata atau hanya legenda... tidak ada yang tahu," katanya dengan suara pelan.

"Namun, mereka yang datang sebelum kita pernah mengatakan sesuatu... Jika kau ingin melihat sosok legenda itu, lihatlah bintang semesta di langit malam. Jika bintang itu berkedip, maka ia ada. Ia mengawasi kita."

Para tetua yang lain mengangguk.

"Tapi tetap saja, itu hanya dongeng turun-temurun..." gumam yang lain.

Namun bagi Kaelen, itu lebih dari sekadar dongeng.

Ia ingin membuktikannya sendiri.

Di Malam yang Sepi, Di Bawah Langit Semesta

Angin dingin berembus pelan saat Kaelen menaiki bukit di pinggir desa. Ia memastikan tak ada yang melihatnya saat menyelinap keluar.

Setiap langkah terasa penuh semangat, meski jantungnya berdebar kencang.

Sesampainya di puncak, ia duduk di atas batu besar dan menatap langit.

Lautan bintang berkilauan di atasnya. Nebula jauh membentuk pusaran warna biru, ungu, dan emas.

Beberapa planet tampak sebagai titik cahaya samar di kejauhan. Namun meskipun ia menatap lama, ia tidak menemukan bintang semesta yang disebut para tetua.

Rasa kecewa mulai merayapi hatinya.

"Apa mungkin mereka benar? Mungkin ini memang hanya dongeng..." gumamnya.

Namun sebelum ia menyerah, tiba-tiba—

"Kau mencari bintang semesta, bukan?"

Kaelen terlonjak.

Dari bayangan, sosok bertudung panjang muncul. Ia tinggi, mengenakan jubah hitam dengan simbol berbentuk rasi bintang di bahunya.

Begitu ia melepas tudungnya, rambutnya seputih cahaya dan matanya berkilauan seperti kilat di tengah badai.

Ia bukan orang biasa. Ia seorang Marked.

"Siapa kau?" Kaelen bertanya gugup.

Lelaki itu hanya tersenyum tipis sebelum menjawab.

"Namaku Valtherion, seorang Marked dari rasi Orion."

Kaelen membelalak. Orion—salah satu Constellation terkuat dalam legenda.

"Apa kau percaya pada dongeng begitu saja?" tanya Valtherion sambil duduk di sebelahnya.

Kaelen mengepalkan tangan. "Aku ingin membuktikan sendiri. Aku yakin Stellar Aberration itu nyata!"

Valtherion menatap langit dengan tatapan penuh rahasia. Lalu, ia tertawa pelan sambil mengusap kepala Kaelen.

"Jika ia benar-benar ada... semesta ini tidak akan pernah sama lagi."

Kaelen menatapnya dengan bingung. "Apa maksudmu?"

Valtherion tidak menjawab. Ia hanya tersenyum misterius dan menatap bintang-bintang.

"Suatu hari nanti, kau akan mengerti."

Kemudian, dalam sekejap, ia menggendong Kaelen.

"Sekarang, waktunya pulang. Jika orang tuamu tahu kau menghilang di tengah malam, kau akan dihukum."

"Menyebalkan!" gerutu Kaelen sambil meronta.

Valtherion hanya tertawa kecil dan mereka kembali ke desa…

Sesuatu terjadi.

Dari langit yang luas, sebuah bintang berwarna ungu kebiruan tiba-tiba bersinar lebih terang dari yang lain.

Dan kemudian, ia berkedip.

Angin tiba-tiba bertiup lebih kencang. Langit seakan bergemuruh, meski tidak ada badai. Cahaya bintang lain mulai meredup, seolah tunduk pada satu cahaya itu.