1. Duel Melawan Death Knight
Aria berdiri diam di tempatnya, matanya terpaku pada sosok mengerikan di hadapannya. Death Knight itu tingginya hampir dua kali lipat dari dirinya, dengan baju zirah hitam legam yang dipenuhi retakan bercahaya merah. Pedang besarnya mengeluarkan aura gelap yang bergetar di udara, seolah siap mencabik apa pun yang menghalangi jalannya.
Aria menarik napas dalam, ia tidak bisa lari.
Labirin ini penuh dengan monster lain, dan tidak ada jaminan bahwa ia bisa menemukan jalan keluar jika terus menghindar.
Satu-satunya cara adalah mengalahkan makhluk ini.
Death Knight menggeram, dan dalam sekejap, ia melompat ke depan, mengayunkan pedangnya dengan kecepatan yang tak masuk akal untuk tubuh sebesar itu.
CLANG!
Aria nyaris tidak sempat menghindar. Ia menukik ke samping, tetapi pedang Death Knight menghantam tanah, menciptakan retakan besar di lantai labirin.
"Cepat sekali!" pikir Aria, terkejut.
Sialnya, serangan itu hanya permulaan.
Death Knight tidak memberi celah. Ia menyerang lagi, kali ini lebih cepat dan lebih keras. Aria mencoba menangkis dengan belati kecil yang ia bawa, tetapi senjatanya patah seketika saat bersentuhan dengan pedang Death Knight.
Aria terpental ke belakang, dadanya terasa sesak. Tangannya gemetar, dan luka kecil mulai muncul di tubuhnya akibat gesekan dengan batu tajam di lantai labirin.
"Aku akan mati di sini..."
Pikiran itu terlintas di kepalanya, dan untuk pertama kalinya sejak reinkarnasinya, ia merasakan ketakutan sejati.
Namun, dalam ketakutan itu, ada sesuatu yang lain... sebuah kemarahan.
Bukan kemarahan yang buta, tetapi kemarahan pada kelemahannya sendiri. Ia telah berjuang mati-matian untuk bertahan hidup di distrik bawah selama bertahun-tahun, dan sekarang, setelah berhasil sejauh ini, ia akan mati begitu saja?
Tidak.
Ia menolak untuk mati.
2. Kelahiran Sihir Baru ?
Death Knight mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, bersiap memberikan serangan terakhir. Aria, yang masih terjatuh di tanah, menggenggam tangan kosongnya dengan erat.
Dalam pikirannya, ia membayangkan sebuah senjata, sesuatu yang cukup kuat untuk menembus zirah Death Knight, sesuatu yang bisa mengakhiri pertarungan ini dalam satu serangan.
Tombak.
Sebuah tombak panjang yang tajam, tidak terbuat dari logam, tetapi dari cahaya. Cahaya yang cukup kuat untuk menembus kegelapan.
Dan saat pikiran itu muncul, sesuatu yang luar biasa terjadi.
Udara di sekitar Aria bergetar, dan dalam sekejap, seberkas cahaya keemasan muncul di tangannya, membentuk sebatang tombak bercahaya dengan ujung yang tajam dan berdenyut seperti energi murni.
Aria terkejut, tetapi tubuhnya bergerak sebelum pikirannya bisa memproses apa yang terjadi.
Dengan dorongan insting, ia mengayunkan tombak itu ke arah Death Knight tepat saat pedang lawannya jatuh.
BOOM!!..
Benturan terjadi, cahaya dari tombak Aria menyebar ke seluruh labirin hingga menyilaukan segalanya dalam sekejap. Death Knight... yang tadinya tak tergoyahkan, terdorong ke belakang dengan keras, zirahnya mulai retak di bagian dada.
Untuk pertama kalinya, Death Knight itu mengeluarkan suara geraman marah. Ia mencoba menyerang lagi, tetapi Aria sudah bergerak.
Dengan satu hentakan kaki, ia melompat ke udara, mengangkat tombak cahayanya tinggi-tinggi, lalu melemparkannya dengan sekuat tenaga.
SWOOSH!...
Tombak itu melesat seperti meteor, menembus dada Death Knight.
CRACK!... CRACK!...
Zirah hitam itu hancur berkeping-keping, dan tubuh Death Knight mulai memudar dalam percikan cahaya, menghilang ke dalam udara.
Suasana hening.
Aria terjatuh ke tanah, napasnya terengah-engah. Keringat membanjiri tubuhnya, dan lengannya terasa berat setelah mengeluarkan kekuatan misterius itu.
"Apa... yang baru saja terjadi?" pikirnya.
Ia baru saja menciptakan sihir yang belum pernah ada sebelumnya,
Dan saat itu juga, ia sadar.
Dirinya bukanlah anak jalanan biasa.