Chereads / Chronicles of the Vanished King's / Chapter 4 - Rahasia yang Tersembunyi

Chapter 4 - Rahasia yang Tersembunyi

1. Kemenangan yang Penuh Misteri

Aria tergeletak di tanah, napasnya tersengal. Death Knight telah dikalahkan, namun kemenangannya terasa aneh, bukan hanya karena ia hampir kehilangan nyawanya, tetapi juga karena cara ia menang

Tombak bercahaya yang ia ciptakan telah menghilang, meninggalkan bekas luka hangus di lantai batu labirin. Para penguji yang menyaksikan pertarungan itu terdiam dalam keterkejutan.

"Apa itu tadi?" bisik salah satu penguji.

"Sihir cahaya, bukan?" yang lain menambahkan dengan suaranya ragu.

"Kelihatannya seperti itu... tapi ada sesuatu yang aneh."

Seorang pria tua berjubah ungu, salah satu Grand Magis Akademi, berjongkok mendekati bekas luka di lantai. Matanya menyipit, seperti mencoba memahami sesuatu yang tidak masuk akal.

Sihir cahaya memang ada. Namun, selama ratusan tahun penelitian, belum pernah ada yang berhasil membentuknya menjadi senjata fisik seperti yang dilakukan bocah ini.

"Apakah ini bentuk baru dari sihir cahaya... atau sesuatu yang lain?"

Namun, tidak ada jawaban.

Bahkan kepala akademi, seorang wanita yang dikenal sebagai salah satu penyihir terkuat, tidak bisa mengidentifikasi sihir yang baru saja mereka saksikan.

2. Keraguan dalam Hati Aria

Aria berusaha mengingat kembali apa yang terjadi. Ia tidak pernah berpikir untuk menggunakan sihir cahaya.

Yang ia pikirkan hanyalah satu hal, sebuah tombak yang bisa menusuk Death Knight.

Dan seketika, tombak itu terbentuk. Bukan dari logam, bukan dari energi biasa, tetapi dari cahaya, atau setidaknya, sesuatu yang menyerupai cahaya.

"Jika ini sihir cahaya, kenapa aku bisa menggunakannya tanpa mantra?"

Selama ini, ia sering melihat penyihir mengeluarkan sihir cahaya. Mereka membutuhkan mantra, lambang sihir, atau setidaknya gestur tertentu.

Namun, ia hanya memikirkan bentuknya, dan sihir itu langsung muncul.

Para penguji tampaknya yakin bahwa ini adalah elemen cahaya.

Aria menggigit bibirnya.

Jika ia mengaku bahwa ia tidak tahu bagaimana ia bisa menggunakan sihir itu, mereka pasti akan mencurigainya.

Lebih baik membiarkan mereka percaya ini hanyalah sihir cahaya.

Namun, jauh di lubuk hatinya, ia tahu ada sesuatu yang tidak beres. Akan tetapi, ia langung jatuh tak sadarkan diri karena terlalu banyak darah yang keluar setelah pertarungan dengan Death Knight.

3. Awal dari Sebuah Rahasia

Saat Aria membuka matanya, ia sudah berada di dalam asrama Academy Valkenholt.

Seorang pria tua berjubah ungu berdiri di dekatnya, wajahnya tampak tenang, namun matanya memancarkan rasa ingin tahu.

"Kau sudah sadar?" tanyanya.

Aria mencoba duduk, tubuhnya masih terasa lemah setelah pertarungan itu.

"Di mana aku?"

Pria itu tersenyum tipis. "Selamat. Kau diterima di akademi."

Mata Aria melebar. "Aku berhasil...?"

Pria itu mengangguk, lalu menatapnya dengan mata penuh minat.

"Aku hanya ingin bertanya satu hal. Bagaimana kau bisa menggunakan sihir cahaya seperti itu?"

Aria terdiam sejenak sebelum menjawab,

"Aku... hanya berpikir untuk menciptakan tombak yang bisa menembus Death Knight, dan tiba-tiba terbentuk."

Pria tua itu mengerutkan alisnya, tampak berpikir sejenak. Namun, tak lama kemudian, ia mengangguk santai.

"Ah, jadi begitu. Kau memiliki bakat yang luar biasa dalam elemen cahaya. Itu penjelasan yang cukup masuk akal."

Seolah rasa penasarannya telah terjawab, pria itu hanya tersenyum ringan sebelum bangkit dari tempat duduknya.

"Baiklah, kau harus banyak beristirahat. Ujian ini pasti sangat melelahkan."

Setelah itu, ia pergi begitu saja, tanpa menunjukkan tanda-tanda kecurigaan lebih lanjut.

Namun, meskipun pria tua itu tampaknya sudah tidak peduli, Aria sendiri masih merasa ada sesuatu yang aneh.

Jika ini benar-benar sihir cahaya, mengapa ia bisa menggunakannya tanpa mantra?

Mengapa tombak itu terbentuk hanya dari pikirannya?

Semakin ia mencoba mencari jawaban, semakin banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.

Dan tanpa ia sadari, ia telah menyentuh sesuatu yang seharusnya tetap tersembunyi dalam sejarah.