Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

The Soulforged One (IND)

🇮🇩Basiliks
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.8k
Views
Synopsis
Rizki Evan, seorang mahasiswa teknik kimia, tiba-tiba terbangun di tubuh seorang budak, di dunia lain. Dunia ini seperti eropa abad pertengahan. Tidak seperti bumi zaman modern, kehidupan disini sangatlah keras dan brutal. Lebih lebih kejam daripada bumi zaman abad pertengahan. Mungkin dipengaruhi oleh kekuatan supranatural yang benar-benar ada disini... Di dunia ini semua makhluk menggunakan mana sebagai sumber kekuatan. Terdapat class/job seperti swordman, magician, tank, alchemist dll. pepatah mengatakan " zaman yang sulit melahirkan manusia yang kuat, dan zaman yang mudah melahirkan manusia yang lemah" Tapi manusia adalah makhluk yang sangat pandai beradaptasi "Baiklah petama-tama aku harus bertahan dan bertambah kuat, dan setelah itu mengungkapkan rahasia dunia sialan ini. Aku.. rindu bumi ku yang nyaman" Saya akan memposting cerita ini di RoyalRoad.com
VIEW MORE

Chapter 1 - Chapter 1 – Marisol Isle

Di suatu tempat dalam wilayah besar Kerajaan Wesland.

Jauh dari lepas pantai, terdapat sebuah pulau bernama Marisol Isle. Ini adalah tempat pembuangan bagi mereka yang tidak diinginkan, pengungsi tanpa nama, dan budak pelarian yang akhirnya tertangkap kembali untuk diperbudak.

Tingkat kriminalitas di pulau ini sangat tinggi, mungkin akibat kemiskinan yang merajalela dan kurangnya perhatian dari pihak kerajaan.

Di sini, hukum bukan milik raja atau kerajaan. Hukum hanya berlaku bagi mereka yang cukup kuat untuk menegakkannya—mafia, bangsawan lokal, petualang kuat, bajak laut, dan para pedagang kaya.

Dan di antara mereka, yang lemah hanyalah budak, dan mereka akan selalu tetap menjadi budak. Untuk keluar dari jerat kemiskinan, diperlukan perjuangan selama beberapa generasi. Namun, untuk jatuh ke dalamnya, hanya dibutuhkan satu generasi.

***

Di jantung kota, tersembunyi di bawah tanah, terdapat sebuah arena di mana kebrutalan menjadi tontonan.

Lampu minyak tergantung di dinding batu, menciptakan bayangan yang menari di atas lantai berpasir yang ternoda darah dan keringat.

Evran berdiri di tengah arena

Tubuhnya tegang. Di sekelilingnya, jeruji besi mengurungnya bersama lawannya. Sorakan liar menggema dari luar pagar, menciptakan simfoni kekejaman. Taruhan dilemparkan, dan para penonton yang haus darah berteriak, menuntut tontonan brutal.

Ini bukan pertarungan pertamanya, tetapi selalu bisa menjadi yang terakhir.

Satu kekalahan berarti kematian. Jika beruntung, kau hanya akan kehilangan anggota tubuh atau berakhir cacat—yang pada akhirnya, cacat tetap berarti kematian di sini.

Di depannya berdiri seorang anak laki-laki, sesama budak petarung. Tubuhnya sedikit lebih besar dari Evran, itu bisa menjadi masalah—tetapi tidak mustahil dihadapi. Massa otot memang mempengaruhi kekuatan pukulan, tetapi dalam perkelahian jalanan, ketidakpastian adalah segalanya.

Tabuhan gendang terdengar, menandakan dimulainya pertarungan

Budak besar itu langsung menyerang. Dia cepat dan kuat, tetapi Evran sudah siaga. Dia menunduk dan berayun ke samping untuk menghindari serangan lawannya. Budak besar itu menyerang lagi, kali ini lebih cepat dan lebih brutal. Tinju mengarah ke rahangnya—Evran menghindarinya tepat waktu.

Melindungi bagian vital sangat penting dalam pertarungan.

Evran membalas dengan sebuah jab yang mengarah ke kepala lawannya. Rasa nyeri menjalar di buku jarinya saat tinjunya mengenai kepala lawannya, ternyata tengkorang bajingan ini sangat keras.

'Bajingan keras kepala!' Evran menggerutu dalam hati.

Tidak berhenti di situ, Evran melancarkan serangkaian jab, dikombinasikan dengan hook dan uppercut.

Kedua budak saling bertukar pukulan dengan brutal. Para penonton semakin riuh saat melihat mereka saling menghancurkan.

Keringat dan darah bercucuran. Tangan Evran mulai terasa sakit dan pegal setelah melayangkan begitu banyak pukulan.

Kondisinya buruk—wajahnya lebam, hidungnya berdarah, dan dahinya sobek akibat tinju lawannya. Namun, lawannya juga tidak dalam kondisi baik, tubuhnya penuh luka dan memar akibat pukulan Evran.

'Beberapa seni bela diri dari kehidupanku sebelumnya benar-benar membantuku di dunia ini,' pikir Evran.

Mereka berdua berhenti sejenak untuk bernafas, lalu kembali menyerang. Namun, Evran lebih gesit dan mampu menghindari sebagian besar pukulan, lalu membalas dengan serangan yang kuat.

Setiap kali tinjunya mengenai tubuh lawannya, daging dan lemak budak besar itu bergetar hebat.

Sampai akhirnya, sebuah uppercut telak menghantam dagu budak besar itu, membuatnya terhuyung ke belakang.

Tanpa membuang kesempatan Evran segera menerjang dengan serangan lanjutan, tetapi tepat sebelum tinjunya mengenai sasaran, lawannya memutar tubuh dan menendang, tendangannya mengenai kepala Evran dengan keras. Evran pun terhuyung dan jatuh ke samping.

Keduanya sama-sama terjatuh meringis kesakita dan berusaha kembali mengumpulkan kekuatan.

"Sial, bajingan ini masih bisa melancarkan serangan pertahanan bahkan saat setengah tidak sadarkan diri," gerutu Evran sambil menahan nyeri akibat tendangan tadi.

Lawannya bangkit lebih cepat dan langsung menyerang lagi. Kali ini, dia mengubah strateginya.

Mengetahui bahwa ia tidak bisa menang dalam pertukaran pukulan, dia mempersempit jarak dan mencoba bergulat dengan Evran.

Dia akhirnya berhasil meminting tangannya di leher Evran, menjatuhkannya, dan menindih tubuh Evran dengan berat badannya.

"Sial… sepertinya aku harus melakukan itu lagi," gumam Evran sebelum kekuatannya benar-benar habis.

Dengan gerakan cepat dan nyaris tak terlihat, Evran menarik jarum kecil dari celananya dan menusukkannya ke leher lawannya. Tak ada yang menyadari aksinya karena kekacauan pertempuran.

Lawannya tetap mempererat cengkeramannya di leher Evran, memaksanya bertahan mati-matian.

Penglihatannya mulai kabur.

'Sial, aku seharusnya menusuknya lebih cepat!' pikir Evran.

Sekarang adalah pertarungan waktu

Apakah Evran bisa bertahan lebih lama dari waktu yang dibutuhkan racun itu untuk menyebar, atau Evran yang duluan kehabisan nafas akibat pintingan budak besar itu

Penonton terus bersorak liar. "Bunuh dia! Bunuh!"

Tiga menit berlalu...

Akhirnya, tubuh budak besar itu mulai bergerak bangkit sebagai tanda kemenangannya.

Namun, ternyata Evran lah yang sebenarnya bangkit, mendorong tubuh lawannya yang telah menindihnya dari bawah.

"Sial, aku benar-benar hampir mati kali ini."

Penonton terkejut sesaat, lalu kembali

bersorak riuh. Mereka tidak peduli siapa yang mati—yang penting adalah taruhan mereka.

Evran berjalan tertatih keluar dari arena, tubuhnya penuh luka dan lehernya merah karena bekas cekikan.

Di luar arena, Noah, salah satu anggota mafia yang mengelola pertarungan bawah tanah, sudah menunggunya.

"Kupikir kau sudah tamat tadi. Rupanya kau selalu punya trik tersendiri, ya? Tapi kau tahu, suatu hari trik-trik itu tak akan cukup menyelamatkanmu," ucap Noah dengan nada santai.

"Aku lebih tahu itu daripada siapa pun," jawab Evran datar.

"Bagus. Sekarang, ke urusan bisnis. Pertarungan tadi bernilai 15 koin emas. Kau mendapatkan 20%, jadi ini 3 emas untukmu."

Evran mengambil koin-koin itu, lalu bertanya

"Berapa hari aku bisa beristirahat?"

"Dua hari, tidak lebih. Jika kau minta lebih lama, si tua bangka itu akan membunuhku."

"Baiklah," gumam Evran, lalu pergi untuk merawat luka-lukanya.

Jika dia tidak bisa pulih dengan cepat dan kembali menghasilkan uang, dia akan kembali menjadi mengemis seperti dulu. Dan dia membenci itu. Aku tidak suka mendapatkan rasa iba dari orang lain!

"Dulu aku adalah orang dengan harga diri yang tinggi, tapi sekarang aku bahkan menjadi budak, sialan!"

Dengan frustrasi, ia menyembunyikan koin emasnya dengan hati-hati, memastikan tak ada yang bisa merampoknya. Di neraka ini, bahkan sesama budak tak akan ragu mencuri dan merampok.

Akhirnya, ia tiba di kamarnya yang sempit. Ia mendapatkan tempat ini setelah bekerja di bawah The Butcher Gregor, salah satu petinggi sindikat mafia yang mengendalikan arena bawah tanah, perdagangan senjata ilegal, dan perekrutan anggota. Dengan bergabung dibawah Gregor, Evran bisa bertarung di arena bawah, ini memang berbahaya, tapi bagiku ini lebih baik daripada mengemis dan mencuri.

Evran belum secara resmi menjadi bagian dari mafia. Dia masihlah seorang budak, Selama ia terus menghasilkan uang, ia masih punya sedikit kebebasan, sepeti sekarang. Dia mendapatkan 3 koin emas dan libur dua hari, tapi apakah itu sepadan?

apakah hidupnya hanya bernilai 3 koin emas? 

"Sial… Aku akan mengurus masalah ini nanti. Tidak ada yang bisa aku lakukan untuk melawan para mafia ini sekarang. Tak ada gunanya membuang energi untuk marah."

 Setelah masuk ke kamar, Evran lalu mengeluarkan 3 koin emas tadi dari pantatnya, ya dia menyimpan emas di pantatnya.

Setidaknya ini adalah tempat penyimpanan ter aman yang bisa dipikirkan Evran, para perampok dan pemalak tidak pernah menguak pantatnya saat menggeledahnya, setidaknya belum.

Mengambil koin emas itu Evran lalu menyimpannya ke dalam tabungannya.

Sekarang tabungannya bertambah menjadi 9 emas, 11 perak, dan 20 perunggu. baiklah itu jumlah yang banyak untuk seorang budak.

dari yang diketahui Evran selama empat bulan disini nilai mata uang sebagai berikut :

1 emas = 20 perak

1 perak = 50 perunggu

Dan ada juga pecahan yang lebih tinggi yang bernama platinum, dari apa yang aku dengar 1 platinum = 10 emas.

"Entahlah aku sendiri belum pernah melihat platinum itu."

Saat hendak mengobati dirinya sendiri, pintu kamarnya tiba-tiba terbuka dengan keras.

Seorang gadis berdiri di ambang pintu, tingginya sekitar 168 cm, dengan rambut panjang hitam pekat yang berantakan, dihiasi oleh mata yang berwarna merah darah. Tatapannya penuh kelelahan dan kekhawatiran. Tubuhnya ramping, kulitnya putih kemerahan akibat sering terpapar matahari.

"Valeria?"