AWAL YANG GELAP
Di kerajaan Aldoria, terdapat sebuah istana megah yang berdiri kokoh di atas bukit. Dikelilingi oleh hutan lebat dan jurang dalam, istana itu tak hanya menjadi lambang kekuasaan, tetapi juga menyimpan rahasia-rahasia yang sudah lama terkubur. Di dalam istana itu, terdapat sebuah ruangan yang jarang sekali dimasuki oleh siapapun, bahkan oleh raja sekalipun—ruang tempat Tahta Eterna berada.
Raja Eldrin, penguasa Aldoria yang bijaksana, telah memimpin kerajaan selama bertahun-tahun dengan tangan yang penuh kasih sayang. Namun, sejak kematian istrinya, Ratu Amara, segala sesuatu di kerajaan mulai berubah. Eldrin yang dulu selalu ceria dan penuh semangat kini menjadi seorang penguasa yang terpaku dalam kesedihan. Setiap malam, dia duduk di ruangan pribadi, memandangi tahta besar yang terbuat dari emas dan batu permata. Tahta itu, menurut legenda, bukan sekadar simbol kekuasaan—ia adalah warisan yang mengandung kekuatan magis yang luar biasa.
Hanya sedikit yang mengetahui bahwa Tahta Eterna bukanlah tahta biasa. Pada zaman dahulu, sebelum Raja Eldrin berkuasa, tahta itu pernah jatuh ke tangan Raja Arkin, penguasa yang terkenal kejam dan haus kekuasaan. Arkin, yang ingin menguasai dunia, menemukan sebuah ramalan yang menyebutkan bahwa Tahta Eterna dapat memberikan kekuatan tak terbatas kepada siapa saja yang duduk di atasnya. Namun, ada syarat yang mengerikan: si pemilik tahta harus mengorbankan sesuatu yang sangat berharga—sesuatu yang tak bisa digantikan.
Raja Arkin, dengan ambisi yang membakar, duduk di atas tahta itu dan merasakan kekuatan yang luar biasa mengalir ke dalam tubuhnya. Namun, ketika dia berdiri, ia mendapati bahwa ia telah kehilangan kemanusiaannya. Hanya tubuhnya yang tetap hidup, tetapi hatinya dan jiwanya telah hilang, terperangkap dalam tahta yang penuh kutukan itu. Raja Arkin menjadi makhluk yang terkutuk, mengembara di kerajaan, mengumpulkan kekuasaan lebih banyak lagi, tetapi semakin jauh dari kemanusiaannya.
Akhirnya, Raja Arkin jatuh dalam perang melawan pasukan luar yang menyerbu Aldoria. Ketika ia mati, tahta itu kembali berada di tangan keluarga Eldrin, tetapi kekutukan Tahta Eterna tak hilang begitu saja. Setiap raja yang duduk di tahta itu akan mendapatkan kekuatan yang luar biasa, namun selalu dengan harga yang tak terbayangkan—kesendirian, kehilangan, dan akhirnya kematian yang datang dengan cara yang tak wajar.
Raja Eldrin, yang tidak tahu akan sejarah kelam tahta tersebut, merasakan kekuatan luar biasa yang datang bersama dengan takhta itu. Namun, dengan kehilangan sang ratu tercinta, ia mulai merasakan adanya kekosongan yang semakin dalam di hatinya. Ia merasa terperangkap, seolah-olah ada sesuatu yang menekan jiwanya—sebuah rahasia yang berusaha menyelimutinya. Ketika Eldrin melihat ke cermin, matanya dipenuhi bayang-bayang yang tak bisa dijelaskan. Sesuatu di dalam dirinya berbisik bahwa tahta itu bukan sekadar simbol kerajaan, tetapi juga sebuah kutukan yang akan menuntut balasannya.
Pada suatu malam yang penuh dengan angin kencang, seorang pemuda bernama Kael, seorang pembaca buku dari kota kecil, datang ke istana atas undangan Raja Eldrin. Kael dikenal karena kecerdikannya dalam menguak misteri kuno. Raja Eldrin, yang mulai merasa tertekan oleh beban yang tak tampak, meminta Kael untuk menyelidiki asal-usul Tahta Eterna dan mengetahui rahasia gelap yang tersembunyi di baliknya.
Kael pun menerima tugas itu dengan hati-hati. Dengan membawa sebuah gulungan tua yang diwariskan oleh seorang pendeta bijaksana, dia memulai pencariannya untuk memecahkan misteri yang mengelilingi tahta tersebut. Tanpa sepengetahuan Raja Eldrin, Kael akan segera mengetahui bahwa untuk mengungkap kebenaran di balik Tahta Eterna, dia harus siap menghadapi kekuatan gelap yang lebih kuat dari yang ia bayangkan.
Namun, perjalanan Kael baru saja dimulai, dan rahasia yang tersembunyi di balik tahta kerajaan akan mengguncang dunia mereka.