JEJAK YANG HILANG
Kael melangkah hati-hati melalui lorong-lorong besar Istana Eldrin, ruangan yang penuh dengan ukiran dan lukisan tua yang bercerita tentang kejayaan kerajaan yang telah lama hilang. Begitu ia tiba di perpustakaan kerajaan, tempat yang tersembunyi di balik dinding batu tebal, ia merasakan hawa yang berbeda. Ada sesuatu yang berat, seolah-olah setiap buku yang tergeletak di rak mengandung beban sejarah yang mendalam.
Di sana, di antara tumpukan gulungan kuno dan buku-buku usang, Kael menemukan sebuah ruangan kecil yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Pintu itu tertutup rapat, terkunci oleh masa lalu yang terlupakan. Penasaran, ia menyentuh gagang pintu yang tampak usang, dan tiba-tiba pintu itu terbuka dengan sendirinya, seolah menyambutnya masuk. Di dalam ruangan itu, hanya ada satu benda yang paling menarik perhatian Kael—sebuah buku tebal berwarna hitam, dengan sampul yang terbuat dari kulit yang tampak hidup.
Buku itu tidak hanya berisi tulisan-tulisan kuno, tetapi juga lambang yang terukir di setiap halaman. Lambang itu adalah simbol dari Tahta Eterna—sebuah lingkaran dengan tiga garis vertikal yang saling bersilangan di tengah. Kael merasakan tangan kirinya bergetar saat ia membuka halaman pertama. Tulisannya sangat kecil dan sulit dibaca, namun ia bisa menangkap satu kata yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat: kutukan.
Seiring Kael membaca lebih jauh, ia mulai mengetahui bahwa Tahta Eterna adalah warisan dari zaman kuno, sebuah benda yang diciptakan oleh seorang penyihir bernama Elric. Elric, yang pernah menjadi penasihat raja pertama kerajaan Aldoria, menciptakan tahta itu dengan tujuan untuk memberikan kekuatan tak terbatas kepada penguasa yang duduk di atasnya. Namun, Elric tidak tahu bahwa tahta itu memiliki harga yang sangat mahal: ketika seseorang menerima kekuasaan darinya, jiwa orang tersebut akan terperangkap, sementara tubuhnya tetap hidup.
Tak hanya itu, Elric sendiri ternyata telah menjadi korban tahta tersebut. Dalam upayanya menciptakan kekuatan abadi, ia kehilangan jiwanya dan menjadi hantu yang terperangkap dalam tahta, merasuki setiap penguasa yang duduk di atasnya. Begitu seseorang mulai merasakan kekuatan tahta, jiwa mereka akan mulai tergerus sedikit demi sedikit, dan pada akhirnya, mereka akan menjadi sosok yang tak lagi manusia, kehilangan semua perasaan dan emosi.
Kael menelan ludah, merasa takut dengan penemuan ini. Namun, ia juga tahu bahwa ini adalah kunci untuk menghentikan kehancuran yang sedang mengancam kerajaan. Dengan perasaan cemas, ia melangkah keluar dari ruangan dan mencari Raja Eldrin.
Di ruang tahta, Raja Eldrin tengah duduk diam, wajahnya tertunduk, seolah memikirkan sesuatu yang berat. Kael merasa berat untuk menyampaikan apa yang baru saja ia temukan, namun ia tahu bahwa tak ada pilihan lain. Ia harus memberitahukan sang raja tentang kutukan yang mengikat tahta tersebut, tentang bagaimana tahta itu telah merenggut banyak jiwa penguasa sebelumnya dan bagaimana raja saat ini juga sedang terperangkap dalam takdir yang sama.
Raja Eldrin menatap Kael dengan tatapan kosong, seakan sudah mengetahui bahwa waktunya semakin dekat. "Aku merasakannya," kata Eldrin pelan. "Kekuatan ini... membuatku merasa lebih kuat, tetapi juga semakin jauh dari diriku sendiri. Setiap hari, aku merasa semakin kosong."
Kael merasa iba, namun juga tahu bahwa untuk membebaskan sang raja, mereka harus menghancurkan Tahta Eterna. Mereka tak bisa hanya mengandalkan kekuatan untuk bertahan hidup, mereka harus menghadapi kenyataan dan melepaskan beban yang ada.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Raja Eldrin, suaranya kini terdengar penuh keteguhan.
Kael membuka gulungan yang ia temukan dan membaca sebuah bagian penting: untuk menghancurkan tahta itu, mereka membutuhkan dua benda yang sangat langka: Air Mata Suci, yang hanya bisa ditemukan di Mata Air Kehidupan yang terletak di dasar hutan terlarang, dan Batu Perapian, sebuah batu yang hanya bisa diperoleh melalui ujian di Puncak Duka, tempat yang sangat berbahaya dan tak terjamah oleh siapa pun.
Raja Eldrin menatap Kael, dan meskipun hatinya berat, ada secercah harapan yang tumbuh di dalam dirinya. "Kita akan melakukan perjalanan itu," katanya. "Jika itu yang dibutuhkan untuk menyelamatkan kerajaan dan jiwa kita, maka aku akan siap."
Namun, Kael tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah. Mata Air Kehidupan dijaga oleh makhluk-makhluk mistis yang berbahaya, dan Puncak Duka adalah tempat yang hanya bisa dihadapi oleh mereka yang memiliki keberanian sejati. Mereka akan bertarung melawan waktu, dan bahkan mungkin melawan takdir mereka sendiri.
Perjalanan untuk menghancurkan Tahta Eterna telah dimulai, dan rahasia yang terkubur selama berabad-abad akan segera terungkap.