Langit Eldoria dipenuhi oleh cahaya merah yang menyeramkan. Gerhana Darah belum sepenuhnya berakhir, dan kekacauan terus melanda sepuluh realm. Peperangan yang dipicu oleh ambisi para penguasa kini telah mencapai titik yang tidak bisa dihentikan. Namun, di balik semua itu, sesuatu yang lebih besar mulai terbangun dari kegelapan yang tersembunyi di kedalaman Eldoria.
---
I. Kota Aetherial - Ambruknya Harapan
Seraphiel berdiri di atas menara tertinggi di Kota Aetherial, menyaksikan dengan mata penuh kesedihan bagaimana api perang mulai menghanguskan perbatasan. Kota yang selama ini menjadi simbol kemegahan dan cahaya kini dilanda kehancuran.
"Tuan Seraphiel! Benteng Timur telah runtuh!" seorang prajurit datang dengan napas terengah-engah.
Seraphiel mengepalkan tangannya. "Dimana pasukan cadangan?"
"Panglima Azran telah mengirim mereka ke Benteng Utara untuk menghadapi pasukan Malzakar."
Seraphiel menarik napas dalam. Ia tahu bahwa ini adalah bagian dari strategi musuh. Xelthar telah menyusupkan pasukannya di berbagai titik, membuat pasukan Aetherial kewalahan.
Saat ia masih berpikir, tiba-tiba terdengar ledakan besar di gerbang utama. Dari kepulan asap, muncul sosok yang membawa aura kematian—Xelthar.
"Ah, Seraphiel, akhirnya kita bertemu lagi." Xelthar tersenyum sinis, tubuhnya yang selalu berubah bentuk tampak bergelombang seperti bayangan hidup.
"Kau tak akan melewati kota ini!" Seraphiel menghunus pedangnya yang bercahaya.
Xelthar tertawa. "Cahaya selalu indah sebelum redup, bukan?"
Dengan kecepatan luar biasa, ia menyerang. Seraphiel menangkis dengan pedangnya, namun setiap tebasannya hanya mengenai bayangan. Xelthar bergerak seperti kabut gelap, sulit disentuh, sulit dihancurkan.
Dalam hitungan detik, pertempuran antara keduanya berubah menjadi pergerakan yang sulit diikuti oleh mata biasa. Namun, di kejauhan, sosok lain mengamati dari bayangan—Aventerus Revinus.
"Sepertinya waktunya sudah tiba," gumamnya.
---
II. Netheros - Malzakar dan Rencana Terakhirnya
Di dalam istana bayangan Netheros, Malzakar berdiri di hadapan cermin besar yang menunjukkan seluruh Eldoria. Ia tersenyum kecil.
"Semua berjalan sesuai rencana," katanya dengan suara serak.
Di belakangnya, Ignisfyr berdiri dengan tangan bersedekap. "Perang ini hanya mengulur waktu. Kapan kita bergerak untuk mengambil semuanya?"
Malzakar menoleh. "Biarkan mereka saling menghancurkan terlebih dahulu. Semakin banyak pengorbanan, semakin kuat kita."
Ignisfyr mendengus. "Aku tidak suka menunggu."
"Dan itulah mengapa kau selalu gagal," kata Malzakar, matanya bersinar merah. "Kesabaran adalah kunci kekuatan sejati."
Tiba-tiba, cermin di depannya bergetar. Sesuatu di dalamnya mulai menunjukkan gambaran yang berbeda—sesuatu yang lebih kelam, lebih purba.
"Apa ini?" tanya Xelthar yang baru saja tiba.
Malzakar menyeringai. "Bangkitnya kegelapan sejati."
---
III. Voidheim - Penguasa Sejati Terbangun
Di kedalaman Eldoria, di tempat yang bahkan para dewa pun jarang menginjakkan kaki, sesuatu bergerak. Dalam kegelapan mutlak, sebuah suara terdengar—dalam, berat, dan kuno.
"Waktunya telah tiba."
Aventerus Revinus berdiri di puncak Voidheim, menatap kehampaan di hadapannya. Ia tahu bahwa sejarah Eldoria akan segera berubah.
"Saat mereka sibuk bertarung, mereka lupa bahwa ancaman sejati bukan berasal dari perang ini."
Bayangan di sekelilingnya berbisik. "Mereka pikir mereka mengendalikan nasib mereka sendiri."
Aventerus tersenyum. "Mereka hanya bidak dalam permainan yang lebih besar."
Dari kegelapan, sepasang mata merah menyala, lebih mengerikan daripada apa pun yang pernah ada di Eldoria.
"Aku kembali."
---
IV. Di Ambang Kehancuran
Di seluruh Eldoria, gempa bumi mengguncang tanah. Langit berubah menjadi gelap, dan energi misterius merasuk ke dalam realm yang ada. Para dewa dan iblis, yang selama ini hanya bertarung demi kekuasaan mereka sendiri, tiba-tiba merasakan kehadiran sesuatu yang lebih besar.
Orivandus, yang sedang bertarung di medan perang, merasakan kekuatan itu dan berhenti sejenak. Matanya menyipit.
"Ini… bukan kekuatan Netheros."
Di sisi lain, Malzakar merasakan hal yang sama. Namun alih-alih ketakutan, ia tersenyum.
"Ah… akhirnya, legenda itu bukan hanya sekadar cerita."
Di atas mereka, sebuah retakan terbuka di langit, dan dari sana, kegelapan sejati mulai merayap masuk ke dunia.
Eldoria tidak akan pernah sama lagi.