Chereads / Mythos Eldoria / Chapter 10 - Awal dari kehancuran

Chapter 10 - Awal dari kehancuran

Langit Eldoria kini dipenuhi retakan bercahaya ungu gelap, seolah-olah realitas itu sendiri mulai terurai. Dari celah-celah itu, makhluk-makhluk yang tak seharusnya ada merangkak keluar, membawa serta kegelapan yang tak bisa dijelaskan.

Di tengah kekacauan ini, semua ras—manusia, iblis, para dewa, dan makhluk mitologis—mulai menyadari satu hal: perang yang mereka kira hanya melibatkan mereka ternyata hanyalah bagian kecil dari konflik yang jauh lebih besar.

---

I. Kota Aetherial - Perlawanan yang Hampir Mustahil

Seraphiel masih berdiri di tempatnya, darah mengalir dari luka di sisi tubuhnya. Xelthar, musuh bebuyutannya, kini berdiri di sampingnya. Mereka bukan lagi lawan, bukan lagi musuh—setidaknya untuk saat ini.

Di depan mereka, makhluk raksasa berwujud humanoid dengan enam tangan dan mata merah menyala berdiri, tubuhnya dipenuhi runa hitam yang berdenyut seakan hidup. "Aku kembali..." suara dalam dan berat makhluk itu menggema di seluruh Eldoria.

Seraphiel mengangkat pedangnya dengan susah payah. "Apa itu...?"

Xelthar menggeleng pelan, ekspresi di wajahnya menunjukkan sesuatu yang langka: ketakutan. "Itu bukan sesuatu yang bisa kita kalahkan dengan pedang biasa..."

Tanpa peringatan, makhluk itu mengangkat satu tangannya.

BOOM!

Gelombang energi kegelapan menyapu Kota Aetherial, menghancurkan bangunan-bangunan dalam sekejap. Seraphiel dan Xelthar terlempar ke belakang, menabrak reruntuhan tanpa bisa melawan.

Ketika asap mereda, mereka melihat sesuatu yang lebih mengerikan—mayat-mayat yang tersisa mulai bergerak.

---

II. Netheros - Malzakar dan Rencana Terakhirnya

Di dalam Istana Bayangan Netheros, Malzakar berjalan mondar-mandir, pikirannya dipenuhi berbagai strategi untuk menghadapi ancaman yang bahkan dia sendiri tak pahami sepenuhnya.

Velrath, sosok yang seharusnya telah mati ribuan tahun lalu, kini duduk di singgasananya dengan senyum penuh ejekan.

"Jadi, Malzakar," kata Velrath, suaranya berat namun penuh keangkuhan. "Kau yang selama ini mengendalikan perang dari bayangan... sekarang terlihat tidak lebih dari anak kecil yang kebingungan."

Malzakar menoleh tajam. "Kau tidak mengerti. Ini bukan lagi perang antara kita dan para dewa. Ini... sesuatu yang lebih besar."

Velrath tertawa. "Dan kau pikir aku tidak tahu?"

Seketika, ruangan itu bergetar. Malzakar merasakan tekanan luar biasa menghantamnya, seolah-olah udara di sekelilingnya berubah menjadi belati yang menusuk-nusuk tubuhnya.

Mata Velrath bersinar merah. "Aku sudah menunggu saat ini sejak lama, Malzakar. Kau hanyalah boneka yang membantuku membuka pintu yang selama ini tertutup."

Malzakar terhuyung. "Tidak... kau..."

Sebelum ia bisa mengatakan lebih banyak, bayangan pekat mulai menelan tubuhnya.

---

III. Alam Ilahi - Kebenaran yang Terlambat Disadari

Para dewa yang selama ini merasa berada di puncak rantai eksistensi kini berdiri dalam keheningan yang menyesakkan.

Eidryn Aeternis, atau lebih tepatnya, 🔲🔲🔲, berdiri di tengah-tengah mereka dengan ekspresi tenang.

Zephyrus, Dewa Angin, akhirnya berbicara. "Siapa kau... sebenarnya?"

Eidryn tersenyum tipis. "Kalian sudah tahu jawabannya, hanya saja kalian memilih untuk mengabaikannya."

Lirien, Dewi Cahaya, menatapnya dengan tajam. "Tidak mungkin... tidak ada yang bisa eksis di luar tatanan dunia ini!"

Eidryn menghela napas, lalu mengangkat satu tangannya.

Dalam sekejap, langit di Alam Ilahi berubah. Bintang-bintang yang selama ini bersinar terang redup satu per satu, digantikan oleh sesuatu yang lebih gelap, lebih luas, lebih dalam.

"Apa yang kalian anggap sebagai realitas hanyalah satu bagian dari sesuatu yang lebih besar," kata Eidryn. "Dan aku adalah satu-satunya yang mengerti keseluruhannya."

---

IV. Bangkitnya Entitas yang Tersembunyi

Di kedalaman dunia, di tempat di mana tidak ada cahaya yang bisa mencapai, sesuatu yang telah lama tersegel akhirnya terbangun.

Matanya terbuka perlahan, menatap kegelapan yang selama ini menjadi penjaranya.

"Akhirnya..."

"Sudah waktunya..."

"Aku kembali..."

Dan saat suaranya menggema, seluruh Eldoria bergetar.

Akhir dari dunia seperti yang mereka kenal telah dimulai.