Chereads / The Ascension of Destiny's Eclipse / Chapter 3 - Keputusan yang tak Terelakkan

Chapter 3 - Keputusan yang tak Terelakkan

Keputusan yang Tak Terelakkan ~

Setelah berbulan-bulan bertarung dan berlatih, Ryuta dan Lucas akhirnya tiba di ibu kota Indorath, Jakarath, tempat di mana seluruh dunia akan berkumpul untuk mengikuti ujian pertama dari perlombaan antar dunia yang akan menentukan siapa yang berhak mewakili Bumi.

Suasana kota itu terasa tegang. Setiap jalan dipenuhi dengan orang-orang yang berlatih, membawa senjata atau kristal yang mereka temukan dari dungeon. Banyak dari mereka terlihat serius, seperti Ryuta dan Lucas, yang sudah mempersiapkan diri selama berbulan-bulan. Orang-orang berbicara dengan suara rendah, ragu-ragu, atau penuh tekad. Ada rasa kekhawatiran, tetapi juga semangat untuk menang.

Ryuta berdiri di depan sebuah tenda besar yang telah disiapkan oleh penguasa, tempat di mana seluruh peserta akan didaftarkan untuk ujian. Lucas berdiri di sampingnya, tampak lebih tenang meski ketegangan jelas terasa di udara.

"Ini dia, Ryuta," kata Lucas sambil menepuk bahunya. "Saat yang kita tunggu-tunggu."

Ryuta menatap tenda itu dengan tatapan tajam. "Aku tidak datang sejauh ini hanya untuk menyerah. Aku akan masuk. Tidak ada yang bisa menghentikan aku."

"Sama halnya denganku," jawab Lucas. "Tapi kita harus berhati-hati. Mereka yang datang untuk bertarung tidak hanya kuat, mereka juga cerdas. Ini bukan sekedar kekuatan fisik—strategi adalah segalanya."

Ryuta mengangguk, merasa bahwa apa yang dikatakan Lucas benar. Namun, satu hal yang jelas baginya—dia tak akan mundur. Dalam benaknya, hanya ada satu tujuan: menjadi yang terkuat.

Saat mereka berjalan menuju pintu tenda, seseorang mendekat. Seorang pria berbadan tinggi, berambut hitam panjang, dengan aura yang penuh kekuatan. Matanya yang tajam memandang Ryuta dan Lucas.

"Kalian berdua pasti petualang yang berbakat," kata pria itu dengan suara dalam. "Tapi hati-hati. Ujian ini tidak hanya soal bertarung, tapi juga soal siapa yang bisa bertahan hidup."

Ryuta menatap pria itu dengan waspada. "Siapa kamu?"

"Nama saya Rex Keldric," jawab pria itu. "Salah satu petarung yang sudah melewati ujian sebelumnya. Aku ingin memberikan peringatan. Selama ujian, tidak ada teman. Semua orang yang bertarung di sini adalah pesaing. Dan kalian tidak tahu seberapa brutal ujian ini."

Lucas mengernyit. "Jadi, kau sudah ikut ujian sebelumnya?"

Rex tersenyum tipis. "Tentu saja. Dan aku berhasil lolos. Tapi aku tidak akan memberi ampun pada siapapun yang menjadi penghalang."

Ryuta memandang Rex, merasa aura kekuatannya sangat mengancam. "Jika kita bertemu di medan pertempuran, maka kita akan lihat siapa yang bertahan lebih lama."

Rex terkekeh. "Aku harap kalian siap. Karena jika tidak, kalian akan sangat menyesal."

Dengan itu, Rex melangkah pergi, meninggalkan Ryuta dan Lucas yang masih berdiri mematung. Suasana menjadi semakin tegang setelah pertemuan tersebut.

"Dia kuat," kata Lucas pelan, suaranya penuh waspada. "Kita harus lebih berhati-hati. Dia bukan lawan sembarangan."

Ryuta mengangguk, namun tatapannya tetap penuh tekad. "Aku tidak peduli seberapa kuat dia. Aku akan melewati semuanya."

---

Ujian Dimulai

Akhirnya, setelah berhari-hari persiapan, ujian dimulai. Di seluruh penjuru kota Jakarath, ribuan peserta berkumpul untuk menghadapi ujian pertama yang penuh dengan tantangan. Begitu banyak orang yang ikut, tapi hanya sedikit yang dipilih untuk bertahan. Semua peserta harus memasuki arena ujian, sebuah wilayah besar yang dipenuhi dengan berbagai rintangan, monster, dan tantangan tak terduga.

Saat giliran mereka tiba, Ryuta dan Lucas berjalan memasuki arena. Begitu memasuki gerbang, mereka langsung merasakan perubahan besar—udara yang lebih berat, tanah yang bergetar, dan suara gemuruh dari berbagai arah. Seolah-olah dunia ini sendiri berusaha menantang mereka.

"Tunggu sebentar," kata Lucas, menghentikan langkahnya. "Aku merasakan ada yang aneh."

Ryuta menatap sekeliling. "Apa maksudmu?"

"Sesuatu yang kuat," jawab Lucas. "Sepertinya ada monster besar di sini."

Tiba-tiba, dari kegelapan yang menyelimuti arena, muncul sebuah bayangan besar. Sebuah makhluk raksasa dengan cakar besar dan mata yang menyala merah. Monster itu berjalan perlahan menuju mereka, suaranya seperti gemuruh yang datang dari kedalaman bumi.

Ryuta mengambil napas panjang. "Kita harus melawan, Lucas. Ini ujian pertama kita."

Lucas mengangguk. "Aku akan mengalihkan perhatiannya. Kau serang bagian belakangnya."

Dengan cepat, mereka beraksi. Lucas melompat maju, menarik perhatian monster itu dengan serangan cepat. Monster itu mengayunkan cakarnya, namun Lucas berhasil menghindar dengan gesit, menggunakan kecepatan untuk mengecoh musuhnya.

Ryuta tidak membuang waktu. Dengan secepat kilat, ia mengeluarkan pedangnya dan memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerang bagian belakang monster yang terlemah. Pedangnya menembus kulit tebal monster itu, namun monster itu marah dan berbalik, mencoba menyerang Ryuta.

"Kita harus lebih cepat," kata Ryuta, menghindari serangan monster yang menghancurkan tanah di sekitarnya.

Lucas berteriak, "Aku akan membuatnya jatuh! Kau siapkan serangan terakhir!"

Dengan kekuatan penuh, Lucas menggunakan serangan gabungan, mengarahkannya ke titik lemah monster. Ryuta mengikuti dengan serangan mematikan di bagian tengkuk monster. Dalam sekejap, monster itu terjatuh ke tanah, tubuhnya terkapar tak bergerak.

Mereka berdiri di tengah arena, napas terengah-engah, tubuh penuh luka, namun dengan rasa kemenangan yang tercipta.

"Ini baru permulaan," kata Ryuta, matanya tajam. "Kita akan terus maju."

---