Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

KETOS TAMPAN PEMIKAT HATI

aall0vee
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
68
Views
Synopsis
cinta ditolak dukun bertindak? NO cinta ditolak berubah menjadi cegil? YES itulah yang dilakukan Maura. ia sangat naksir pada ketua OSIS yang sangat memiliki aura berbeda dari cowo-cowo lainnya. ganteng, pinter, kaya dan satu lagi lucu. hihii akankah bisa Maura meluluhkan hati ketos tersebut? atau dia malah menyerah? ikuti terus dan ramaikan cerita inii
VIEW MORE

Chapter 1 - 02 MEMBUAT ULAH

"Lo buat ulah lagi 'kan Maura?" tanya Karina sambil menatap sahabatnya dengan tatapan tajam. Kalau berhadapan dengan Maura emosinya langsung diuji karena kelakuan Maura yang diluar nalar baginya.

"Cuma nonjok doang nggak sampai masuk rumah sakit." jawab Maura dengan santai. Bahkan ia masih bisa duduk dengan santai di kantin bersama Karina sementara orang yang ditonjoknya sudah nangis kejer diruang UKS. Perempuan nonjok laki-laki? Dan anehnya lagi laki-laki itu malah menangis bukannya melawan.

"Katanya pengen jadi cewek Erlan tapi kelakuan begini? Mimpi dulu sana kalau bisa jangan mimpi-mimpi lagi kalau akan jadi pacarnya seorang Erlan." cibir Karina. Ia memang sudah muak mendengar Maura yang ingin berubah menjadi lebih baik agar Erlan tertarik padanya. Namun, sama sekali tidak ada perubahan.

Malah, bisa dikatakan lebih parah daripada yang sebelumnya.

"Kenapa bisa lo tonjok?"

Maura menoleh dan menghela napasnya dengan kasar. "Dia ngatai-ngatain gue kalau orang tua nggak pernah peduli sama kelakuan bar-bar dan dia juga bilang gue anak sial, anak sampah yang seharusnya nggak ada di dunia ini. Gimana nggak mendidih coba? Gimana—" sebelum menyelesaikan perkataannya Karina langsung memotongnya begitu saja sambil berdiri dari tempat duduknya.

"Seharusnya bukan hanya lo tonjok mukanya. Kalau bisa nih, Lo tonjok juga kepalanya biar encer tu otak! Kalau bicara nggak mikir apa? Gimana kalau dia diposisi seperti itu? Mau gue bantuin ngehajar itu laki-laki cemen?!" teriak Karina sambil sesekali memukul meja dengan keras.

Orang-orang yang berada di Kantin hanya menyeritkan dahi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya mereka memang sudah terbiasa dengan keributan yang diperbuat oleh Maura dan Karina. Seolah-olah itu sudah menjadi tontonan mereka sehari-hari karena Maura dan Karina memang seterkenal itu dengan sebutan 'dua wanita bar-bar'.

"Maura! Gila. orang tua laki-laki yang lo tonjok udah datang mereka juga bawa bodyguard banyak banget udah kayak acara perwiritan." ucap seorang siswa perempuan yang masih sekelas dengan Maura dan Karina.

"Tenang, kita-kita bakal selalu ada ngedukung lo! Jangan khawatir jangan bimbang cukup hadapi dengan tenang." sambung Karina sambil memegang kedua pundak Maura dan tersenyum lebar.

Perkataan Karina langsung diangguki seluruh siswa-siswi yang berada di kantin sekolah Nusa Bangsa. Mereka juga tampak bertepuk tangan untuk menyemangati Maura. Gimana nggak tersanjung kalau pendukung segini banyak? Ini namanya menang sebelum berperang. Eh, gimana?

Maura berjalan menuju kantor guru untuk menghadapi anak mami yang bahkan ia saja tidak sampai memanggil orang tua hanya karena masalah sepele ini. Maura tidak salah yang salah anak mami itu karena telah menghina dirinya. Jadi, untuk apa ia takut?

Saat baru membuka pintu saja Maura sudah menjadi target utama. Ia mendapatkan tatapan tajam, sinis, meremehkan dan banyak lainnya namun hanya satu orang yang ditatap Maura yaitu 'Erlan' ketua OSIS yang dicintai olehnya.

Erlan yang ditatap oleh Maura langsung membuang pandangan dan memberi Maura senyum yang meremehkan.

"Jelaskan apa yang terjadi Maura, sehingga bisa sampai seperti ini." ucap Hani, kepala sekolah Nusa Bangsa.

"Dia telah menghina saya Buk. Dia mengatakan kalau saya anak pembawa sial, sampah, dan tidak pantas untuk ada di dunia ini. Emangnya saya tidak berhak untuk membela diri saya sendiri Buk?" tanya Maura yang membuat orang-orang yang berada di ruangan langsung terdiam dan menundukkan pandangan.

Hani mengangguk. "Apakah semua sudah jelas? Bagi saya Maura tidak berbohong karena kalau ia tidak diganggu tidak akan mungkin anak Ibuk seperti ini. Bijaklah dalam menghadapi masalah Buk, jangan terlalu gegabah giliran seperti ini siapa yang malu? Diri sendiri bukan?"

Skakmat! Maura pantas memberikan kedua jempolnya untuk kepala sekolahnya karena sudah mempercayai dan membela dirinya. Tidak sia-sia dirinya sekolah disini karena tidak ada yang diperlakukan tidak adil semuanya diperlakukan secara adil kalau memang dirinya tidak bersalah.

apalagi, gara gara sekolah ini ia menemukan pujaan hati nya.

Maura sempat melirik Erlan namun setelahnya ia berdecak, "ck, untung gue sayang sama lo Erlan! Kalau nggak udah gue penyet-penyet kayak ayam geprek!" gumam Maura dalam hati sambil menatap Erlan dengan sengit.

"Maafkan saya, saya sudah terbawa suasana dan berakhir seperti ini Jordan juga tidak mengatakan dan menjelaskan dia hanya berkata kalau ia ditonjok teman perempuannya jadi kontan saya langsung emosi mendengarnya." jelas Mama Jordan, ia berulang kali menangkup-kan kedua tangan didepan dada sambil tersenyum sungkan dan menatap mereka secara bergantian.

"Baik akan saya maklumi Mah namun, lebih bijak lagi dalam mengambil keputusan yah agar tidar seperti ini lagi dan merugikan orang lain."

Sungguh. Kalau Maura berada diposisi Jordan pasti langsung malu setengah mati. Laki-laki tukang ngadu lagi eh, malah kalah gimana nggak malu cobak? Nyungsep ajalah ke semak-semak! Hehe.

Belum lagi Jordan harus menerima ejek-ejekan dari teman sekelas Maura yang pada bermulut pedas dan sinis semua sehingga yang mendengarnya akan merasakan sakit hati yang mendalam. Agak lebay memang tapi, itulah kenyataannya!

***

Saat keluar dari kantor guru Maura sempat berpapasan dengan Erlan bahkan wanita itu berniat menegurnya tetapi, Erlan malah melewatinya begitu saja tanpa mau menatap dirinya walaupun hanya sedetik. Gini banget kalau cinta bertepuk sebelah tangan. Rasanya tuh hati mungiel Maura langsung tercabik-cabik!

Maura berjalan dengan lemas, lesu dan tak berdaya. Kadang kalau mencintai seseorang itu yah gini, bingung harus tetap maju atau mundur dengan secara perlahan-lahan. Apalagi kalau cowok yang kita sukai sudah mempunyai gebetan atau orang yang dia suka, sudahlah! Nasib? Terima ajalah.

"Gimana aman?" tanya Karina.

Maura menoleh dengan malas lalu berdecak. "Aman lah! Orang memang dia yang salah kok bukan gue jadi, harus menerima kekalahan sama malunya aja." jawab Maura.

"Lo tahu nggak?" Maura langsung menggelengkan kepalanya dengan muka yang polos. Ia juga menyandarkan kepalanya di bahu sahabatnya sambil menutup mata. Ia tampak berkali-kali menghela napas dengan kasar.

"Gimana mau tahu, orang gue aja belum siap ngomong. Jangan langsung dijawab ogeb!" kesal Karina yang hanya mendapatkan cengiran khas dari Maura sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Gue tadi pas mau nemuin lo, sempat berpapasan dengan Erlan tapi, dia sempat ditemui oleh cewek. Cantik, anggun dan kelihatan banget kayak berprestasi tapi yang bikin gue eneg adalah cewe itu kalau ngomong dilembut-lembutin langsung hilang rasa kagum gue. sabar yah bestie!" jelas Karina.

Mau gimana lagi, marah? 'kan nggak ada hubungan jadi untuk apa marah. Cemburu? Nah, kalau ini nggak dilarang walaupun nggak ada hubungan karena itulah nasib cinta bertepuk sebelah tangan cuma dapat rasa cemburunya doang tapi, nggak dapat cintanya. Menyedihkan sekali bukan?

"Kenapa nggak menjauh aja sih?" Karina bertanya sambil mengelus-elus rambut Maura.

"Berat, kayaknya gue udah cinta mati sama itu orang padahal cuek, dingin, suka marah-marah, ngatur tapi kenapa bisa-bisanya gue jatuh cinta coba?"

Karina mengendikkan bahunya, "cinta nggak memandang itu semua, cinta itu datang tiba-tiba tanpa bisa kita cegah. Dan mungkin itu memang nasib lo karena sudah cinta sama orang yang mungkin lebih mirip dikatakan patung."

Maura yang mendengarnya langsung terkekeh sambil menepuk-nepuk pundak sahabatnya. Kebiasaan wanita seperti ini ketawa sambil mukul-mukul nggak jelas.

"Selain patung dia itu kayak ada tampang-tampang kulkasnya bahkan nih yah, baru lewat aja rasanya kita butuh selimut sampai sepuluh karena saking dinginnya tuu ketua OSIS!" gantian sekarang giliran Kirana yang tertawa mendengar ucapan Maura tapi kali ini dia hanya tertawa saja tanpa memukul-mukul orang disampingnya.

"Puas banget ceritain gue. Maura! Lo ikut gue sekarang sebelum sahabat lo ini ikut dampaknya juga." Mendengar namanya disebut langsung membuat Maura mati kutu. Ia salah apa? 'kan perempuan nggak pernah salah.

Kenapa juga tiba-tiba Erlan berada disekitar mereka sehingga ia bisa mendengarkan kalau ia sedang menjadi topik ghibah antara Kirana dan Maura.

"Maura Azretta! Lo dengerin gue nggak sih? Atau memang udah budeg jadinya nggak bisa dengerin perkataan orang dengan baik?"

"Iya, telinga gue udah tertutup cinta. Puas lo?!" Sekarang gantian Maura yang kesal. Sebenarnya ia tidak kesal dengan Erlan melainkan dengan Kirana yang sekarang menghilang. Sahabat syalan!

"Cinta, cinta! Masih bocil udah mikirin cinta. Emangnya lo mau makan dengan cinta?" tanya Erlan dengan sinis.

"Kalau lo mau sama gue, nggak apa-apa deh tiap hari makan cinta ikhlas kalau emang lo bucin maksimal. masalah harta? bokap nyokap gue masih mampu kaya nya biayain kita berdua."

Erlan menganga, Maura memang aneh! Perempuan aneh sedunia, dan paling percaya diri sedunia. Dimana-mana orang itu mencintai crushnya secara diam-diam atau perlahan-lahan namun berbeda sekali dengan Maura yang langsung sat-set.

"Terserah," putus Erlan. Berdebat dengan Maura tidak akan ada habisnya jadi, lebih baik ia mengalah daripada telinga yang akan bermasalah mendengar suara cempreng dari Maura yang kalau teriak sudah ngalah-ngalahin emak-emak komplek yang ngajak anaknya tidur siang.

"Dih, baperan!" cibir Maura.

"Siapa yang baperan Maura? Gue emang lagi nggak mau berdebat aja sama lo."

"Berarti, lo udah mulai cinta sama gue." ujar Maura sambil mesem-mesem sendiri. Fix, sudah kenak otak nih!

"Apa hubungannya?"

"Karena lo nggak mau ngeliat gue capek-capek untuk berdebat nah otomatis itu namanya perduli! Makasih udah mulai cinta."

Erlan terdiam sejenak. Lalu berpikir, "apa hubungannya malas berdebat dengan mulai cinta?" lirihnya sambil menatap Maura yang kini sudah menjauh dari pandangannya. Memang benar-benar wanita aneh kan?

BERSAMBUNG.

maafkan kalau ada typo atau kesalahan lainnya tolong dimaklumi dan author meminta maaf sebesar-besarnya seperti besarnya cinta author kepadanya tapi nggak dianggap. hehe, jadi curhat.