Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Chrono System: Legacy of the Forgotten

🇮🇩Kael_Vorn
14
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 14 chs / week.
--
NOT RATINGS
59
Views
Synopsis
Di dunia yang telah damai setelah munculnya Chrono System, dungeon dan konstelasi menjadi bagian dari kehidupan manusia. Aventus Vorn, seorang pedagang barang rongsokan di Seoul, tampak seperti orang biasa. Namun, tanpa ada yang tahu, setiap barang yang ia jual memiliki sejarah tersembunyi. Saat putranya, Leon Vorn, memutuskan menjadi hunter, Aventus memberinya buku pedang kuno dan menyuruhnya membacanya setelah masuk akademi. Sementara itu, Aventus menghadiri lelang rahasia, menjual barang misterius yang hanya bisa dikenali oleh segelintir orang. Tanpa ada yang sadar, dia bukan sekadar pedagang biasa—dan ketika dunia kembali bergejolak, identitasnya akan mengguncang segalanya.

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - Awal Yang tenang

Tahun 2040—dunia sudah lama memasuki era damai setelah munculnya Chrono System. Dulu, ketika dungeon pertama kali muncul, dunia berada di ambang kehancuran. Monster mengamuk, peradaban hampir runtuh, dan manusia harus berjuang untuk bertahan hidup. Namun, seiring berjalannya waktu, perlawanan manusia semakin kuat. Hunter Association dibentuk, sistem dungeon mulai dikendalikan, dan dunia beradaptasi dengan kehadiran kekuatan baru ini.

Di tengah dunia yang telah pulih, ada seorang pria yang menjalani hidupnya dengan tenang.

Dia dikenal sebagai Aventus Vorn.

Seorang pria berusia 39 tahun, yang menjalankan toko kecil di pinggiran Seoul. Toko itu tidak begitu mencolok, hanya sebuah bangunan sederhana yang terlihat seperti tempat barang rongsokan. Barang-barang yang ia jual tampak seperti sampah bagi kebanyakan orang—pedang berkarat, armor usang, permata retak, dan benda-benda lain yang tidak jelas kegunaannya. Namun, bagi orang yang benar-benar tahu… tempat ini menyimpan harta karun yang tak ternilai.

Aventus hidup bersama istrinya, Evelyn Vorn, mantan hunter peringkat SS yang sudah pensiun setelah melahirkan anak pertama mereka. Meski memiliki masa lalu yang luar biasa, kini dia hanya seorang ibu rumah tangga yang mengurus dua anak mereka—Leon Vorn (17 tahun) dan Aria Vorn (13 tahun).

Sebuah Keluarga yang Damai

Di dalam rumah yang terhubung dengan toko, suasana pagi terasa hangat. Aroma makanan memenuhi udara, suara piring beradu terdengar dari dapur.

"Ayah! Aku sudah memutuskan!"

Suara Leon menggema di ruang makan.

Aventus, yang sedang membaca koran sambil menikmati secangkir kopi, melirik ke arah putranya dengan ekspresi santai. Dia memiliki rambut hitam sedikit berantakan dan sorot mata tajam yang selalu tampak tenang.

"Oh? Memutuskan apa?" tanyanya, menyeruput kopi tanpa menunjukkan reaksi berlebihan.

Leon menggenggam tangannya dengan penuh tekad. "Aku akan menjadi seorang hunter!"

Suasana seketika menjadi hening.

Evelyn yang sedang menghidangkan makanan menoleh dengan ekspresi khawatir, sementara Aria hanya melihat kakaknya dengan wajah penasaran.

Aventus tidak langsung menjawab. Dia menatap putranya dengan tatapan yang sulit ditebak.

"Kenapa?"

Leon menghela napas, lalu menjawab dengan penuh keyakinan, "Karena aku ingin melindungi keluarga kita. Dan… aku ingin menjadi seseorang yang kuat."

Aventus menatap anaknya beberapa detik sebelum tersenyum kecil. "Begitu ya…"

Evelyn meletakkan piring dengan sedikit kasar. "Kamu sadar betapa berbahayanya dunia hunter? Kenapa harus memilih jalan itu?"

"Karena ini adalah jalan yang kupilih, Ibu," jawab Leon tanpa ragu.

Evelyn ingin membantah, tapi Aventus menepuk bahunya dengan tenang.

"Kalau itu yang kau inginkan… maka bersiaplah. Dunia hunter tidak seindah yang kau bayangkan."

Leon mengangguk, lalu melihat ayahnya dengan tatapan penuh harapan. "Ayah… bisa mengajariku sesuatu?"

Aventus tersenyum samar.

Dia berdiri dan berjalan menuju rak tua di sudut ruangan. Tangannya meraih sebuah buku tebal dengan sampul kulit yang sudah mulai usang. Lalu, dia menyerahkannya kepada Leon.

"Bacalah ini saat kau sudah masuk akademi," katanya dengan nada santai.

Leon menerima buku itu dengan penuh rasa ingin tahu. Saat dia membuka halaman pertama, hanya ada satu kata yang tertulis di sana:

「Swordsmanship」

Rongsokan atau Harta Karun?

Setelah sarapan, Aventus membuka tokonya seperti biasa.

Barang-barang yang ia pajang tetap terlihat seperti sampah tak berharga—pedang yang sudah berkarat, perhiasan yang retak, dan armor yang tampak sudah tidak bisa digunakan. Namun, meski begitu, ada beberapa pelanggan tetap yang selalu datang.

Banyak dari mereka adalah hunter pemula yang tidak mampu membeli peralatan mahal. Mereka sering datang ke sini untuk mencari barang murah.

Hari itu, seorang pria tua yang dikenal sebagai Pak Jang, seorang kolektor barang antik, datang ke tokonya.

"Seperti biasa, kau menjual barang-barang rongsokan, ya?" katanya dengan senyum mengejek.

Aventus hanya mengangkat bahu. "Siapa tahu suatu hari nanti, barang rongsokan ini akan menjadi sesuatu yang berharga."

Pak Jang tertawa. "Aku hanya melihat-lihat. Oh, yang itu berapa harganya?"

Dia menunjuk ke sebuah cincin tua yang tampak retak dan kusam.

Aventus meliriknya sebentar sebelum menjawab, "50.000 won."

Pak Jang mengangkat alis. "Hah? Itu terlalu mahal untuk barang rusak seperti itu!"

"Terserah. Kalau tidak mau, jangan beli," jawab Aventus santai.

Pak Jang mendengus dan pergi tanpa membeli apa pun. Tapi Aventus tidak peduli. Dia tahu bahwa cincin itu bukan barang biasa.

Bagi orang biasa, itu hanya rongsokan. Tapi bagi seseorang yang benar-benar memahami… itu adalah artefak kuno dari era para konstelasi.

Sebuah Lelang Rahasia

Di malam hari, setelah toko tutup, Aventus diam-diam meninggalkan rumahnya.

Dengan langkah ringan, dia berjalan menuju sebuah bangunan tersembunyi di pusat kota Seoul. Itu adalah tempat di mana lelang barang-barang berharga diadakan.

Saat memasuki gedung, suasana berubah drastis. Ruangan mewah dipenuhi oleh kolektor kaya, hunter veteran, dan pedagang berpengaruh.

Di depan, seorang pria tua berjas rapi berdiri di atas panggung. Dia adalah pemilik rumah lelang ini—Tuan Kang.

Saat Aventus masuk, mata Tuan Kang sedikit menyipit. Dia adalah salah satu dari sedikit orang yang bisa mengenali nilai sebenarnya dari barang-barang Aventus.

Tanpa membuang waktu, Aventus menyerahkan sebuah kotak kecil kepada staf lelang. Di dalamnya terdapat sebuah liontin tua dengan ukiran simbol misterius.

Tuan Kang meliriknya, lalu tersenyum kecil. "Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang menarik."

Aventus tidak menjawab. Dia hanya duduk di kursi penonton dengan ekspresi santai.

Di luar, dia hanya seorang pedagang biasa yang menjual rongsokan.

Tapi di balik layar… dia adalah seseorang yang tidak boleh diremehkan.

Dan malam ini, dia akan membuktikannya lagi.