Malam itu, Kota Pasir masih dalam kekacauan akibat serangan Pasukan Raja Kelaparan. Riko, Sera, Kapten Bara, dan Pak Tano menyelinap menuju pelabuhan udara di tepi kota. Dari balik bayangan, mereka melihat Kapal Terbang Angin Badai, sebuah kapal raksasa yang melayang di udara dengan baling-baling raksasa berputar pelan.
"Kapal itu luar biasa..." gumam Riko, kagum melihat lambung kapal yang terbuat dari kayu hitam dengan ukiran berbentuk sayap elang.
"Tapi lihat," bisik Sera, menunjuk ke dek kapal. Para penjaga bayaran Raja Kelaparan berjaga di sekitar kapal dengan senjata sihir berbentuk pengocok adonan raksasa.
Pak Tano tersenyum dan mengeluarkan beberapa kantong kecil. "Inilah saatnya kita gunakan bubuk ragi peledak."
Kapten Bara mengangguk. "Baiklah. Riko, Sera, kita buat keributan di sisi kanan, lalu kita menyelinap masuk dari kiri!"
Mereka bergerak cepat. Riko melemparkan kantong bubuk ragi ke tumpukan peti di dekat penjaga. Begitu bubuk itu menyentuh udara, ledakan berbentuk roti membesar di langit!
"APA ITU?!" Para penjaga panik dan berlari ke arah ledakan. Saat itulah, Riko dan timnya menyelinap naik ke kapal.
Tapi begitu mereka masuk ke dalam dek, hawa dingin tiba-tiba menyelimuti mereka.
"Apa ini...?" Riko menggigil.
Sera menghunus pisaunya. "Ada sesuatu yang aneh di sini..."
Tiba-tiba, suara lirih terdengar di udara. Bisikan-bisikan tanpa wujud...
"Pergi... Pergi dari sini... Ini bukan tempatmu..."
Tiba-tiba, dari bayangan lorong kapal, muncullah makhluk berbentuk bayangan berwajah kosong!
"Mereka ini apa?!" seru Riko.
Pak Tano terlihat pucat. "Legenda itu benar... Kapal ini dikutuk! Ini adalah hantu para koki yang gagal membuat roti sempurna!"
Makhluk-makhluk itu bergerak cepat, melayang ke arah mereka dengan tangan panjang yang berusaha meraih tubuh mereka.
"Kita harus ke ruang kemudi! Itu satu-satunya cara untuk mengendalikan kapal ini!" teriak Kapten Bara.
Mereka berlari melewati lorong sempit, menghindari bayangan yang terus mengejar mereka. Tapi saat mereka hampir mencapai ruang kemudi, salah satu makhluk itu meraih kaki Riko!
"AAAAH!"
Sera dengan cepat melemparkan belati ke tangan makhluk itu, membuatnya berteriak dan melepaskan Riko.
"Ayo cepat!"
Begitu mereka sampai di ruang kemudi, Kapten Bara menarik tuas utama, dan mesin kapal mulai bergetar. Baling-baling raksasa berputar lebih cepat, dan kapal mulai terangkat ke udara!
Makhluk-makhluk bayangan itu mengeluarkan suara jeritan sebelum mereka menghilang.
"Kutukan itu... hanya aktif saat kapal masih di tanah!" kata Pak Tano, terengah-engah.
Riko berdiri dan melihat ke jendela depan. Di kejauhan, tampak Langit Gandum, kerajaan terapung tempat semua roti dibuat.
"Kita berhasil! Kita menuju ke sana!" serunya.
Namun, sebelum mereka bisa bernapas lega, tiba-tiba terdengar suara tawa dingin di ruangan.
"Heh heh heh... Kalian pikir bisa begitu saja sampai ke Langit Gandum?"
Dari bayangan, muncul seorang pria bertopeng tengkorak roti dengan mantel hitam berkibar. Salah satu jenderal Raja Kelaparan telah menyelinap ke kapal!
"Aku adalah Jenderal Serbuk, dan di sinilah perjalanan kalian berakhir!"
Dengan cepat, dia menghunus pedang berlapis tepung beracun, bersiap untuk bertarung!
Petualangan mereka belum berakhir...