Chereads / roti yang bertaburan / Chapter 5 - chapter 5:pulau dengan hujan roti

Chapter 5 - chapter 5:pulau dengan hujan roti

Pertarungan di ruang kemudi kapal semakin sengit. Jenderal Serbuk, dengan pedangnya yang terbuat dari tepung beracun, menyerang dengan gerakan cepat, memotong udara dengan kekuatan luar biasa.

Riko dengan cekatan menghindar, melompat ke samping dan menggenggam tali di dek kapal, menarik tubuhnya agar tetap stabil. "Kita harus segera mengalahkannya!"

Sera mengamati gerakan Jenderal Serbuk, mempersiapkan dirinya. "Kita harus menyerang bersamaan! Kalau tidak, kita akan kalah!"

Kapten Bara mengangguk, menyarungkan pedangnya. "Aku akan menghadangnya, kalian serang dari belakang!"

Begitu Jenderal Serbuk mengayunkan pedangnya lagi, Kapten Bara menangkisnya dengan pedangnya, suara gemeretak keras terdengar. "Kalian tidak bisa mengalahkan Raja Kelaparan!" Jenderal Serbuk tertawa, matanya bersinar tajam di bawah topeng tengkoraknya.

"Jangan pernah bilang itu!" kata Sera, melompat ke belakang Jenderal Serbuk dan melemparkan belatinya dengan cepat. Namun, pedang Jenderal Serbuk berputar dengan sangat cepat, memantulkan belati itu dan hampir mengenai Riko.

Riko berlari dengan gerakan cepat, mengambil sepotong besi dari dek kapal dan melemparkannya tepat mengenai titik lemah pada pakaian Jenderal Serbuk. "Sekarang, Sera!"

Sera tidak membuang waktu. Dengan gerakan cepat, dia memanah titik lemah Jenderal Serbuk yang terungkap setelah lemparan Riko. Anak panah itu tepat mengenai tubuh Jenderal Serbuk, dan dia terjatuh ke lantai kapal.

"Kita berhasil!" Riko berseru, sambil mengusap pelipisnya yang penuh keringat.

Kapten Bara memeriksa tubuh Jenderal Serbuk yang terjatuh, memastikan bahwa dia tidak akan bangkit lagi. "Tapi kita harus cepat. Perjalanan kita belum selesai. Kita sudah dekat dengan Langit Gandum!"

Namun, sebelum mereka bisa bernapas lega, tiba-tiba kapal mereka bergetar hebat. Langit di luar menjadi gelap, dan badai besar mulai menghantam kapal.

"Apakah ini... badai roti?" tanya Sera dengan terkejut.

Pak Tano yang ada di belakang mereka tersenyum penuh makna. "Itu lebih dari sekadar badai. Kita sudah memasuki Pulau Hujan Roti."

Riko menatap ke luar jendela. "Pulau apa itu?"

Pak Tano menjelaskan, "Pulau itu adalah tempat terlarang. Selama berabad-abad, badai roti selalu datang dari sana, dan pulau itu dihuni oleh makhluk yang menyimpan rahasia roti-roti legendaris."

"Kita tidak punya banyak waktu," kata Kapten Bara. "Kita harus cepat melewati badai ini, atau kita akan jatuh ke pulau itu!"

Saat badai semakin besar, kapal mereka terdorong ke arah pulau itu. Roti-rumput dan awan tepung berhamburan dari langit, membuat suasana semakin kacau. Di kejauhan, mereka bisa melihat pulau besar yang tampak terbengkalai, dengan tembok-tembok tua yang tertutup lapisan tepung tebal.

Tiba-tiba, mereka melihat sesuatu yang besar bergerak di pulau itu. Sebuah makhluk raksasa berbentuk roti muncul dari balik gunung tepung!

"Kita harus berhati-hati. Makhluk itu penjaga pulau ini," kata Pak Tano. "Dan jika kita tidak segera keluar, kita akan terkubur di bawah hujan roti dan tepung!"

Mereka harus berpacu dengan waktu untuk menghindari bahaya yang lebih besar. Namun, jalan mereka semakin sempit, dan makhluk raksasa itu semakin dekat. Petualangan mereka di pulau ini baru dimulai...