Chapter 4 - Two

Aku menyebutkan sebuah nama "Einreign" Itu adalah nickname game ku. Entah apa pun gamenya, aku selalu memakai nama itu.

"Einreign? Terlihat normal di telinga ku." Grag menjawab.

"Tapi, Einreign bilang ia berasal Indonesia."

"Aneh, Mungkin ada di Benua Aryan."

Aku kebingungan, ini terlalu aneh. Tapi, mata ku tetap mencari sesuatu. Sebuah kamera.

"Ya, Mungkin seperti insiden tahun lalu."

"Sepertinya, kau ini terlempar oleh energi sihir."

"Di tempat ku tidak ada sihir." Einreign mengatakan sambil mengambil kursi dan duduk.

"Ya suku Aryan memang tidak tahu sihir. Mereka orang bar bar."

"Mungkin." Aku menjawab, bingung apakah ini prank atau aku benar benar telah bertransmigrasi. "Tapi, Kalian berbicara bahasa indo."

Mereka saling menatap mata.

"Kami, berbicara bahasa Arkentongue. kalau bahasa kami disebut bahasa Indo oleh bangsa mu, berarti tidak salah."

"Mungkin Arkentongue di sebut Indo bagi bangsa Aryan." Jawab grag dengan sedikit tertawa.

"Aryan, apa itu?"

"Ada di benua Utara."

"Oh, kalau kita sekarang ada dimana?"

"Kota Valentine, Ada di utara. Namun Adipati ini ada di sebuah pulau. Di kiri Pulau ada benua Barat, dan dikanan pulau ada benua Utara."

"Adipati? Tadi—kau bilang Valentine?"

"Ya, benar. Valentine Kota Di tengah pulau."

"Valentine itu bahasa Inggris."

"Iya benar."

"NAH! Jadi, ini masih di bumi ya."

"Bumi?" jawab Grag.

"Iy—"

"Permisi." Wanita muda datang.

Wajah kami bertiga menoleh ke arahnya, aku melihatnya dari bawah hingga ke atas. pakaiannya sederhana, dan tertutup. benar benar seperti di Eropa zaman dahulu.

"Oh, Kaela!" Klein menjawab.

"Ayah, Sebentar lagi malam. ibu memanggil mu. Ia sepertinya marah, karena ayah di bar sangat lama."

"Kaela... Jangan seperti itu, ayah ini sedang membantu Einreign. Ia sepertinya tersesat dan hilang ingatan."

"Kaela, kau tahu pakaian seperti ini berasal dari mana?" Grag bertanya.

"Hmm... Terlalu rapih dan simple ya. Dan, kau wangi makanan. Aku tidak tahu kau berasal dari mana. tapi aku yakin kau berasal dari keluarga bangsawan." Kaela mendekati Einreign.

"Yaampun, semua orang disini sangat aneh. Apanya yang bau makanan?"

"Kamu."

"Bukan—oh, mungkin dari Burger ini."

"Burger?" Kaela penasaran.

"Mau coba? Mungkin sudah sedikit dingin karena disini gerimis sedari tadi."

"Ya! Boleh! aku belum makan dari tadi."

"Ini, Buka lah. Tapi tadi jatuh di jalanan. Maaf ya." Tanganya memberi ke Kaela.

"Tidak apa—Aduh, bagaimana cara bukanya?" Kaela bingung karena bungkus itu.

"Aduh, Coba robek saja."

Kaela merobeknya, Masih hangat di dalamnya. ini adalah Burger dengan 3 lapis daging. Ia memakannya! rasa lembut dari roti burger, daging yang empuk, dan rasa dari mayonaise dan saus pedas!

"Enak!"

"Wow, jadi ini makanan dari tempat asal mu."

"Aku bekerja di tempat pembuat makanan ini."

"Boleh aku minta juga? Einreign! Aku akan membantu mencari ingatan mu yang hilang jika kau memberikan aku makanan ini!"

"Aku tidak hilang ingatan, aku tersesat!"

"Ambilah Pak Klein."

"Grag? Kau mau juga?"

"Boleh? Aku juga penasaran!"

"Tapi— aku belum makan."

"Nanti aku belikan makan di dalam bar!"

Grag dan Klein mencoba Burger itu, Mereka suka sekali.

"Padahal terlihat simple."

"Yang kuning dan merah ini apa?"

"Iya, carian apa ini?"

"Itu keju dan Cabai, Atau mungkin tomat."

"Lidah ku terasa terbakar!"

"Ya, tapi tipis sekali."

"Ini seperti rempah rempah dari selatan"

"Apakah tidak ada makanan seperti ini?"

"Tidak, Ini benar benar revolusioner!"

"Kalau begitu, kenapa tidak mencoba berjualan?"

"Apakah boleh?"

"Tentu boleh."

"Ah—Ein.. Terimakasih atas makanan ini. Namun sepertinya aku harus cepat pergi."