Pak Kael dan putrinya ; Kaela sudah pergi. mereka menunjukkan ekspresi yang sangat antusias setelah mencoba Burger. Namun, seperti yang Kaela katakan, ibunya mencari Kael. Mereka masih memuji dan penasaran dengan Burger, sayangnya tidak ada waktu lebih. Mereka juga sangat berterimakasih karena makanan ini. sekarang, hanya ada aku san Grag
"Jadi, kau mau bertanya apa lagi? aku tau, kamu masih banyak pertanyaan."
"Kau ini, setelah diberi makanan baru bisa bekerjasama ya?"
"Eh? aku dari tadi mencoba mencari informasi kau ini berasal dari mana!"
"Tapi aku tidak diberi ruang untuk mencari tahu lebih dalam. "
"Oke oke, tapi bisakah kau belikan aku Burger lagi?"
"Beli? Tidak ada disini. mungkin aku bisa membuatnya."
"Baiklah, aku akan ingat perkataan mu. Apakah kau mau masuk ke dalam Bar? kita bisa berbincang disana. Juga, kau belum makan kan?"
"Boleh. Terimakasih, Grag."
Grag membuka pintu, Einreign melempar Coca Cola nya di depan bar. Ia mengambil nampan itu, dan akhirnya ikut masuk ke dalam Bar.
Beberapa orang tampak tidak peduli, lampu yang bersinar melalui lilin dan obor sungguh membuat hati Einreign nyaman. yang tidak kalian ketahui adalah bahwa Einreign suka dengan suasana seperti ini. ia pembenci kota, mimpinya adalah ingin hidup di pedesaan kanada dan punya peternakan.
"Oh—Ein, duduk disini saja." Grag memberikan Einreign sebuah kursi dan akhirnya mereka duduk disana.
Pedang, Tengkorak hewan dan Tameng terlihat menempel di dinding bar. beberapa orang terlihat bernyanyi dan beberapa sibuk ngobrol. pakaian semua orang disini dominan berwarna cokelat kehitaman, ini memperkuat asumsi Einreign bahwa ia sedang berada di Isekai.
Wangi kayu dan suara gelas yang saling beradu tidak membuat Einreign kaget, justru ia merasa familiar dengan Manga yang sering ia baca.
Pelayan wanita datang.
"Grag? kau datang lagi?"
"Iya, aku ingin mengajak teman baru untuk makan disini."
Wanita itu melihat kearah ku, dan aku hanya balik menatapnya. Kami melakukan kontak mata, namun aku hanya diam. Hingga akhirnya pelayanan itu balik menatap Grag lagi.
"Baiklah, mau pesan apa?"
"Grizzly's Feast, Moonlit Bread. Oh, mungkin dengan dua Frost Beer."
Aku hanya terdiam mendengarkan Grag menyebutkan makanan yang entah seperti apa bentuknya. Cara dia menyebutkan nama makanan membuat otak ku sakit, mungkin aku terlalu perfeksionis namun ada beberapa hal yang disebutkan dalam bahasa Inggris. ini sangat aneh, aku hanya tidak bisa menerima ini.
"Baiklah, tunggu sebentar ya. Mungkin sekitar 1 Jam."
"Kami memang akan lama disini. kami akan tunggu."
"Terimakasih, kalau begitu aku akan pergi."
Hal yang membuat Einreign kesal adalah bahwa tidak semua orang memperhatikan nya. Di skenario otaknya adalah saat ia memasuki bar semua orang akan terkesima karena pakaian nya yang asing. Namun, tidak. Beberapa orang memang melihat dengan seksama kearahnya. Beberapa bahkan membicarakannya. namun hanya sekedar itu.
Einreign merasa bahwa ia tetap tidak diterima di dunia ini.
"Jadi, bisakah kita berbicara?"
"Ya, silahkan. Aku akan membantumu Ein."
"Kenapa dalam beberapa Hal, misal seperti nama hidangan atau bahkan nama kota ini diberi nama dengan bahasa Inggris?"
"Inggris? ini adalah bahasa Kuno. memang di wilayah utara ini Adipati menggunakan istilah istilah dari bahasa Kuno ini."
"Tapi namanya memang bahasa Inggris?"
"Ilthari, Kalau yang sedang kita gunakan namanya bahasa Arkentongue."
"Begitu... apa kah memakai tulisan Romawi?"
"Tulisan, maksudmu Runeric?"
"Apakah ada contohnya? sebuah tulisan di dunia ini."
"Ada, Sebentar." Grag mencari seseorang, tentu saja ia mencari pelayan. Namun, tidak ada. Akhirnya ia berbicara ke seorang pemuda yang mungkin kasir di Bar ini. "Hey, apakah ada menu?"
"Ada, ambil ini." Pemuda itu melempar buku.
Grag menangkap buku itu, lalu membukanya.
"Lihat, ini tulisan Runeric."
"Apa..."
Kepala ku terasa sakit, tulisan ini sangat berbeda dengan Alphabet pada biasanya. Tapi, aku mengerti setiap kata dari Runeric tersebut. Aku masih kebingungan, aku ingat sekali bahwa disaat pertama kali berpindah tempat kesini, tulisan di atas bar menggunakan Latin.
Sakit dan pusing rasanya.
"Sial... jadi begitu..."