Chereads / Soleha Si Pencuri Hati Dan Dendam Kesumat Mak Kunti / Chapter 2 - Episode 2 : Soleha Si Pencuri Hati

Chapter 2 - Episode 2 : Soleha Si Pencuri Hati

7.30, Tobugo Babe Miing:

"Jika ada yang bilang aku buaya, jangan kau dekat, janganlah kau percaya! Meski ada seribu gadis, namun engkaulah satu-satunya!"

Miing melupakan sesak di dadanya dengan bernyanyi sambil membenahi dagangan yang tergantung di ambang pintu kios itu. Cuma ini pelarian yang tepat ketimbang duduk menunggu pelanggan yang masih stay di rumah masing-masing.

"Jika nanti ku buka pintu hati, ku buktikan aku setia menemani... Oh Tuhan, tolong yakinkan aku pada dirinya! Dia-dia-diaaa yang membuatku terpesona....." Rojali maju-mundur ngedance ala Michael Jackson kala tiba sambil menenteng cerigen minyak gas.

Miing bertolak pinggang, menimang ucapan yang pantas buat membalas lelaki berkumis lebat itu, "Beli apa pagi-pagi gini, Jal?"

"Ngebon minyak gas 1 liter, Be, sekalian mie rebus 3 bungkus dan air mineral 1 botol."

"Astagfirullahalazim...."

"Kurang banyak, Be? Ya udah, tam..."

"Ok-ok, cukup ya, udah cukup untuk minggu ini buat lu."

"Satu lagi, Be. Kalau boleh paket data yang 10 giga. Ane harus posting banyak-banyak biar cepat laku tuh lukisan di kosan."

Lagi-lagi Babe Miing mengalah demi rasa kemanusiaan, dikirimnya kuota sesuai pesanan itu lewat HP Androidnya dalam hitungan detik, "Dah masuk, buruan lu cek deh..."

"Ok, Be. Thank you so much!"

"Kagak ngerti gue bahasa bule! Tunggu ntar gue ambil pesanan lu."

Serah terima kasbon pun dilakukan. Lambaian selengean plus kata "Cau!" dilontarkan Rojali sebagai rasa terima kasih.

.........

Pukul 12 lebih sedikit, matahari telah berada di pusat ketinggian. Panasnya menyengat hingga keringat bercucuran bak air terjun berskala mini.

"Jamu-jamu! Jamunya Mbak Rose, bapak-bapak!"

Nyengir kuda kumpulan bapak-bapak yang dihampiri Mbak Rose. Pertigaan gang sempit itu sudah biasa dipakai mangkal tukang ojek, terkhusus masyarakat kampung Terong Ungu.

Kini cuaca terik seolah menghilang tertutupi pesona Mbak Rose, apalagi warna ngejreng kebaya hitam motif mawar merahnya sangat-sangat menyegarkan mata yang mulai terasa mengantuk.

"Jamu kuat, Rose."

"Gue jamu pelangsing."

"Sekalian paketnya Bang Tukul, biar efeknya cepat sesuai harapan." Sambil menuangkan jamu dari botol ke dalam gelas mini, Mbak Rose menawarkannya.

"Tapi dompet gua kagak bisa diandalkan, Rose..."

"Ya dikumpulin pelan-pelan terus beli deh jamunya, betul kan bapak-bapak?"

"Betul!"

Minum jamu Rose memang berefek sangat besar, usai ditenggak sekali minum, seluruh badan bugar kembali.

"Makasih ya, Rose. Besok datang lagi ya?"

"Siap, Bapak Susan. Tapi jangan lupa bayarannya..."

Si bapak-bapak serempak mengeluarkan uang nominal 5 ribuan dari dompet lecek masing-masing.

Mbak Rose melanjutkan perjalanan ke pengkolan arah rumah baru Soleha. Dari kejauhan nampak Akmal baca koran di kursi bambu estetiknya.

Rose sebisa mungkin menyembunyikan rasa dalam hati meskipun sulit. Ia mengatur napas, gerak tubuh, dan suara sebelum berkata-kata menjajakkan jamu gendongnya,

"Jamu-jamu bapak-bapak! Jamunya bikin sehat-bikin tubuh jadi semangat!"

Akmal menoleh.

"Bang Akmal, jamu beras kencurnya masih ada."

Rose tidak memberi pilihan lain bagi Akmal. Ia mendekat lantas serta-merta menurunkan bakulnya tanpa bisa dicegat.

Akmal segera menengok ke dalam memastikan istrinya tidak mengetahui kedatangan Marlin Munrose, "Segelas saja, Rose...."

"Ya, saya tahu. Nggak usah diperingatkan juga masih ingat, Bang..."

"Astagfirullah..... " batin Akmal.

"Bang?" tegur Soleha.

Deg!

"Neng Soleha juga mau?" sindir Rose nyelekit.

"Nggak, aye masih kuat-masih segar, kagak mungkin loyo masih tengah hari gini."

Rohaya mengibaskan serbet di tangan kanannya ke pundak Akmal, "Lunch-nya sudah siap. Masuk yuk, Beb."

Mulut Rose seketika miring ke kiri mendengar panggilan itu. Ia merasa gadis desa semacam Soleha tak pantas pakai-pakai bahasa gaul apalagi lulusannya cuma tamatan SMA.

"Makasih, Ros..."

"Ih!" cubit Soleha gemas pada lengan suaminya.

"Ok, Bang Akmal.... Saya pamit. Assalamualaikum..... "

"Wa'alaikum salam!" timpal Soleha ketus.

Pada tiap pelataran rumah warga pasti ada sekelompok ibu-ibu bergosip ria. Tidak jarang pula orang yang lewat jadi bahan empuk, tiada terkecuali Mbak Ros.

"Mbak Rose!" seru Gibahar melambaikan tangan.

"Apes!" batin Merlin Munrose. "Mau jamu Mbak?"

"No, Mbak Yu. Aye sudah minum susu UHT full cream barusan, tapi, situ dari rumah pengantin baru? Si Roh Alus pasti tidak beli kan? Dia gimana sikapnya sama Mbak? Ketus? Atau pura-pura bloon kayak biasanya?"

Senyum Rose perlahan memudar, "Biasa saja dia. Tapi ya tadi lumayan ketus. Namanya juga Bang Akmal kan calon saya dulu!"

Gibahar tiba-tiba mengangkat tangan kirinya seraya diputar-putar. Dia sengaja supaya Mbak Rose menyadari gelang emas baru kreditannya, padahal itu juga cuma KW 2, "Udah jam segini, Mbak, saya buru-buru takutnya rawon Si Mbah habis duluan."

"Dipersilakan, Mbak Gib!"

Keduanya komat-kamit nyumpahin satu sama lain kala saling membelakangi. Gibahar nyumpahin bakul Mbak Rose melorot terus jatuh berhamburan, Mbak Rose nyumpahin Gibahar nyungsep ke parit biar encok satu bulan.

Ustad Syam mengintruksikan para jamaah merapikan dan merapatkan saf. Takbir terucap merdu dan keheningan seketika menyeruak.

"Hello Mbak Rose!" Gibahar melambaikan tangan disertai tatapan tajam penuh curiga.

"Eh Mbak Gib, mau jamu Mbak?"

"Nggak dong Mbak Yu. Saya baru aja minum susu uht full cream, masa dicampur jamu Mbak Rose. Tapi eh, situ dari rumah penganten baru ya?"

Mbak Ros mengagguk dengan mulut mingkem.

"Si Roh Alus pasti nggak beli kan? Dia gimana sikapnya sama Mbak? Ketus? Ato pura-pura bloon kayak biasanya?"

"Biasa aja dia. Tapi yah tadi lumayan ketus. Namanya aja Bang Akmal kan calon saya dulu!"

Gibahar tiba-tiba mengangkat tangan kirinya seraya diputar-putar. Dia sengaja supaya Mbak Rose menyadari gelang emas baru kreditannya, padahal itu juga cuma kw 2, "Udah jam segini, Mbak, saya buru-buru takutnya rawon Si Mbah abis duluan."

"Dipersilahkan Mbak Gib!"

Keduanya komat-kamit nyumpahin satu-sama lain kala saling membelakangi. Gibahar nyumpahin Bakul Mbak Rose melorot trus jatuh berhamburan, Mbak Rose ngarepin Gibahar nyungsep di parit biar pinggulnya encok 1 bulan.

Waktu magrib:

Hayya'alassolaah! Hayya'alassolaah.....!

Hayya'alalfalaah! Hayya'alalfalaah....!

Allahuakbar-Allaaahuakbar!

Laailahaillah.....

Ustad Syam mengintruksikan para jamaah merapihkan dan merapatkan syaf. Takbir terucap merdu dan keheningan seketika menyeruak.

" بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

bismillaahir-rohmaanir-rohiim

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ 

al-hamdu lillaahi robbil-'aalamiin

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 

ar-rohmaanir-rohiim

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ 

maaliki yaumid-diin

اِيَّا كَ نَعْبُدُ وَاِ يَّا كَ نَسْتَعِيْنُ 

iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin

اِهْدِنَا الصِّرَا طَ الْمُسْتَقِيْمَ 

ihdinash-shiroothol-mustaqii

صِرَا طَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّآلِّيْنَ"

shiroothollaziina an'amta 'alaihim ghoiril-maghdhuubi 'alaihim wa ladh-dhooolliin

"Aaamiin."

" اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِا لدِّيْن

a ro-aitallazii yukazzibidiin

فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِي

fa zaalikallazii yadu''ul-yatiim

وَ لَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَا مِ الْمِسْكِيْنِ 

wa laa yahudhdhu 'alaa tho'aamil-miskiin

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْ

‎fa wailul lil-musholliin

الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَا تِهِمْ سَاهُوْنَ 

allaziina hum 'ang sholaatihim saahuun

الَّذِيْنَ هُمْ يُرَآءُوْنَ 

allaziina hum yurooo-uun

وَيَمْنَعُوْنَ الْمَا عُوْنَ

wa yamna'uunal-maa'uun

"Tu kan masbuk lagi kita!"

"Baru dimulai, nggak boleh nahan buang hajat, kan?"

Bersambung....