Saat Shen Wei dan murid-muridnya melangkah ke dalam Gerbang Dimensi Tertinggi, cahaya keemasan menyelimuti tubuh mereka. Dalam sekejap, mereka merasakan sensasi melayang di udara.
"Ini… tempat apa?" tanya Chen Guang sambil menatap sekeliling.
Mereka kini berada di dunia yang berbeda. Langitnya berwarna ungu gelap dengan bintang-bintang berputar seperti pusaran galaksi. Tanahnya berwarna biru keperakan, bersinar samar di bawah langit yang luas.
Mei Er menggenggam lengan Shen Wei. "Senior, aku merasa energi di sini berbeda… lebih berat dari biasanya."
Shen Wei mengangguk. "Ini adalah Dimensi Tertinggi. Hanya para Dewa dan makhluk dengan kekuatan besar yang bisa bertahan di sini. Jika kita tidak berhati-hati, energi di tempat ini bisa menguras kekuatan kita perlahan-lahan."
Yu Lan menelan ludah. "Jadi kita harus tetap waspada..."
Shen Wei merasakan kehadiran kuat di kejauhan.
"Ayo kita bergerak. Aku bisa merasakan sesuatu di depan sana."
Mereka mulai berjalan melewati tanah yang bersinar, langkah demi langkah menyusuri jalanan berbatu yang terasa mengambang di udara.
Tak lama, mereka tiba di depan sebuah gerbang raksasa berwarna emas, diukir dengan simbol-simbol kuno yang bersinar terang.
Tiba-tiba, sebuah suara bergema.
"Manusia yang berani memasuki Dimensi Tertinggi… siapakah kalian?"
Dari balik gerbang, muncullah seorang pria berjubah putih keemasan dengan sayap bercahaya di punggungnya.
Mei Er terkejut. "Siapa dia?"
Shen Wei menatap pria itu dengan serius. "Dia pasti salah satu Dewa Penjaga di sini."
Pria itu melangkah maju, matanya bersinar seperti cahaya matahari.
"Aku adalah Dewa Penjaga Gerbang Dimensi Tertinggi, Tian Luo. Aku tidak akan membiarkan sembarang orang melewati tempat ini."
Chen Guang menggenggam pedangnya. "Kita harus bertarung?"
Shen Wei menggeleng. "Tidak. Kita harus tahu apa syaratnya untuk bisa melewati gerbang ini."
Tian Luo menyilangkan tangannya. "Hanya mereka yang memiliki 'Hati Sejati' yang bisa melangkah lebih jauh di Dimensi Tertinggi. Jika hatimu penuh keraguan atau kejahatan, maka kau akan binasa di sini."
Mei Er menatap Shen Wei. "Senior, apa maksudnya?"
Shen Wei menghela napas. "Dia ingin menguji apakah hati kita cukup kuat untuk menghadapi cobaan di tempat ini."
Tian Luo mengangkat tangannya, dan seketika cahaya emas mengelilingi mereka semua.
"Sekarang, aku akan melihat isi hati kalian!"
Tiba-tiba, Shen Wei dan murid-muridnya merasa tubuh mereka menjadi ringan.
Saat mereka membuka mata, mereka berada di dunia ilusi masing-masing.
Mei Er
Mei Er berdiri di sebuah taman penuh bunga. Namun, tiba-tiba, ia melihat Shen Wei berjalan menjauh darinya, semakin lama semakin jauh.
"Senior, jangan tinggalkan aku!" Mei Er berlari, tetapi Shen Wei terus menjauh.
Suaranya bergetar. "Apakah aku cukup kuat untuk tetap berada di sisinya?"
Tiba-tiba, bayangan Shen Wei berbalik dan tersenyum. "Jika hatimu yakin, maka aku tidak akan pernah pergi."
Mei Er menggenggam dadanya dan tersenyum. "Aku yakin!"
Ilusi itu pun menghilang.
Chen Guang
Chen Guang berdiri di tengah arena pertarungan. Ia melihat dirinya sendiri bertarung melawan bayangan yang lebih kuat darinya.
Setiap kali ia menyerang, bayangan itu selalu lebih cepat dan lebih kuat.
"Aku… lemah?" gumamnya.
Bayangan itu berbicara. "Jika kau tidak percaya pada dirimu sendiri, maka kau memang lemah."
Chen Guang mengepalkan tinjunya. "Aku tidak akan kalah dari ketakutanku sendiri!"
Ia mengayunkan pedangnya dengan penuh keyakinan, dan ilusi itu pun menghilang.
Yu Lan
Yu Lan berada di sebuah ruangan penuh cermin.
Namun, di setiap cermin, ia melihat dirinya yang berbeda-beda—ada yang penuh amarah, ada yang lemah, ada yang tersenyum, dan ada yang menangis.
"Siapa aku sebenarnya?" bisiknya.
Salah satu bayangan berbicara. "Kau tidak tahu tujuanmu, Yu Lan. Kau hanya mengikuti arus. Apakah kau benar-benar ingin terus menjadi bayangan?"
Yu Lan mengepalkan tangannya. "Tidak! Aku… aku lebih dari sekadar bayangan. Aku adalah Yu Lan! Aku akan menemukan jalanku sendiri!"
Saat ia mengatakan itu, semua cermin pecah, dan ilusi pun menghilang.
Shen Wei
Shen Wei berdiri di tempat yang sangat gelap.
Di hadapannya, berdiri sosok dirinya sendiri, tetapi dengan mata merah dan aura hitam yang mengerikan.
"Apakah kau benar-benar bisa melindungi semuanya?" tanya bayangan itu.
Shen Wei terdiam.
Bayangan itu melangkah mendekat. "Kau tahu bahwa semakin tinggi kekuatanmu, semakin besar beban yang kau tanggung. Apa kau yakin bisa menanggungnya?"
Shen Wei menutup matanya sejenak, lalu membukanya dengan keyakinan. "Aku tidak akan mundur. Aku bukan hanya seorang pelindung—aku juga seorang guru, dan aku akan melakukan apa pun untuk melindungi mereka!"
Bayangan itu tersenyum tipis, lalu menghilang.
Saat mereka membuka mata, Shen Wei dan murid-muridnya kembali berdiri di depan gerbang.
Tian Luo tersenyum. "Kalian telah lulus ujian Hati Sejati."
Gerbang emas itu mulai terbuka, dan cahaya terang menyambut mereka.
Shen Wei menatap murid-muridnya. "Kita berhasil."
Mei Er tersenyum lega. "Senior, aku merasa lebih kuat sekarang."
Chen Guang mengangguk. "Aku juga. Ujian itu membuatku sadar bahwa aku harus percaya pada diriku sendiri."
Yu Lan tersenyum tipis. "Aku tidak akan menjadi bayangan lagi. Aku akan menentukan jalanku sendiri."
Shen Wei tersenyum. "Bagus. Tetapi perjalanan kita masih panjang. Di balik gerbang ini, ada kekuatan yang lebih besar yang menanti kita."
Mereka pun melangkah maju, memasuki dunia baru yang penuh misteri…
(Bersambung ke Bab 54...)