Malam itu Adi tidak bisa tidur lagi. Bayangan wajah hancur yang muncul di dalam mimpinya terus membekas dalam benaknya.
Adi juga melihat banyak sekali bayangan yang melintas cepat dari satu sudut ruangan ke sudut yang lain.
"Apa itu? " Tanya Adi penasaran, tapi Adi terlalu takut untuk mengeceknya, jadi Adi hanya diam dan mencoba untuk tidur.
***
Keesokan harinya, Adi dan teman-temannya, serta para tetangga Dodi hendak menguburkan jasad Dodi.
Ketika selesai penggalian makam dan jenazah Dodi sudah dikebumikan, Adi melihat Dodi dengan wajah hancurnya mengamati pemakamannya sendiri dari kejauhan.
Dari sudut matanya Adi tampak menangis. Alih-alih air mata yang keluar dari kedua mata Dodi, Adi justru melihat darah segar yang mengalir keluar dari sela-sela kelopak mata Dodi.
Adi yang tidak mau mengacaukan suasana duka di pemakaman pada waktu itu memilih untuk memendam rasa takutnya. Adi juga merasa heran, mengapa arwah Dodi menampakan dirinya di pagi hari?
Karena merasa tidak nyaman, Adi memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Tidak lupa Adi berpamitan kepada Dewi.
"Tan, saya pulang dulu ya" Kata Adi sambil menjauh dari kerumunan orang.
"Oo, iya Nak Adi. Hati-hati di jalan, ya! " Jawab Dewi dengan nada yang masih bercampur sedih.
Ketika hendak mengajukan motornya, Adi dihadang oleh Dodi. Adi seketika membeku, dia tidak bisa menggerakkan badannya, seakan-akan ada yang menahannya.
"Lo harus ikut sama gue! " Kata Dodi sambil tertawa ringan.
"Nggak mau, gue masih mau disini. Lagian kenapa lo masih bergentayangan di sini?" Jawab Adi yang bergidik ngeri.
"Lo harus tepati janji lo sama gue! " Kata Dodi sambil terus tertawa.
"Nggak mau... " Bentak Adi.
"Emang apa janji gue sama lo? " Tanya Adi lagi.
Dodi pada saat itu tidak menjawab, dia hanya mundur dan tiba-tiba menghilang begitu saja.