Sesampainya Adi di rumah, ia merebahkan badannya di tempat tidurnya.
Tak berselang lama, Adi mendengar suara gemuruh angin dan hawa dingin mulai masuk ke kamarnya.
Tentu aneh bagi Adi untuk mendapatkan peristiwa seperti itu di tengah kota.
"Kenapa ini? Kok hawanya jadi nggak enak, apa yang terjadi? " Kata Adi kebingungan.
Tiba-tiba satu hembusan angin kencang menyapunya dari belakang, hingga Adi terpental lumayan jauh.
Adi tergeletak di lantai kamarnya, ia begitu lemas karena kepalanya terbentur tembok. Lalu.,Adi pun pingsan.
Ketika Adi pingsan, Adi bertemu dengan Dodi di ruangan yang sempit, dinding, lantai, dan atap ruangan itu berwarna putih polos.
Alih-alih mendatangi Adi dengan wajah yang berseri-seri, Dodi malah datang dengan wajah yang dipenuhi luka akibat goresan benda tajam, dari luka-luka itu juga mengalir darah segar.
"Aahhh... "
"Do-Do-Dodi, kenapa lo ke sini lagi"
"Kalau gue ada salah sama lo, gue minta maaf yaa"
"Di, lo jangan bergentayangan kaya gini, lo itu sudah tenang di alam sana"
Dicecar banyak pertanyaan Adi tidak membuat Dodi pergi darinya. Dia hanya diam berdiri di sudut ruangan sambil menampakkan wajahnya yang hancur.
Tiba-tiba Dodi berkata.
"Tepatilah janjimu! Tepatilah janjimu! Tepatilah janjimu!... " Dodi terus mengulangi kata-katanya.
"Tepati apa? Janji apa? Janji apa gue sama lo? " Tanya Adi.
Tak menggubris pertanyaan Adi, Dodi hanya terus mengulang-ulang kalimat itu.
Tiba-tiba Dodi menghentikan kalimatnya dan menghilang begitu saja dari pandangan Adi.
Lalu, Adi siuman dari pingsannya, ia tidak menyangka kalau Dodi akan mendatanginya secara tiba-tiba.
"Kenapa ya? Kok Dodi sampai mendatangi gue?